Dua Belas

40.2K 3.4K 823
                                    

"Gue denger, di kelas lo ada anak baru?" ujar Nebula yang baru saja membuka pintu kamar Bulan dan memperlihatkan Bulan sedang tengkurap di atas kasurnya sembari asik membaca komik.

Tangan Nebula meletakkan setoples kripik ke atas nakas beserta dengan segelas susu hangat kesukaan Bulan. Menyadari bahwa ia tidak sendiri, Bulan menoleh, mengubah posisinya menjadi duduk dan mengambil toples yang di tadi bawa Nebula.

"Iya, namanya Mentari." Jawab Bulan sembari mengunyah. "Kenapa? Lo suka sama Mentari?" tanya Bulan lagi.

Nebula menggeleng. "Enggak, gue cuma nanya doang."

Bulan tidak lagi menjawab. Ia sibuk mengunyah kripik yang kini tersisa setengah. Tahu sendirikan bagaimana Bulan jika berurusan dengan makanan. Kurang dari lima belas menit, ia bisa menghabiskan satu toples kripik, sendirian.

"Mau gue comblangin?" Tanya Bulan sembari terus mengunyah. "Gue lebih setuju lo sama Mentari dari pada sama si nenek lampir, Pelangi."

Nebula menghela nafas. "Apasih yang ngebuat lo sebenci itu sama Pelangi?" Tanya Nebula heran kepada adiknya yang tak pernah berdamai dengan Pelangi, mantan pacar Nebula.

Jujur, Nebula masih menyayangi Pelangi, namun Bulan menentang keras hubungan mereka sehingga dengan teramat sangat terpaksa, Nebula harus meninggalkan Pelangi. Sebut saja Bulan egois, tetapi Bulan melakukan hal itu karena ia tidak suka terhadap sikap Pelangi yang semena-mena, dan juga pernah terjadi sesuatu diantara Bulan-Pelangi-dan masa lalu mereka.

"Ya gak suka aja," jawab Bulan singkat karena ia tidak ingin memperpanjang topik pembicaraan mengenai Pelangi. Toh pada intinya, Bulan membenci Pelangi.

"Pasti ada alasannya dong."

Bulan tidak menjawab. Ia lebih memilih diam sembari menghabiskan kripiknya yang tinggal sedikit.

"Kalian itu udah dewasa, masa iya masih musuhan kayak anak kecil gini. Kan lebih enak kalau kalian bisa--"

"Bilang aja supaya lo bisa balikan sama dia,"  Bulan memotong perkataan Nebula. Raut wajah Bulan berubah menjadi aneh. "Lo gak ingat apa yang dia lakuin ke gue di depannya Anta?"

"Itu udah jadi masa lalu, Bulan."

Bulan tertawa sinis. "Masa lalu yang gak akan pernah gue lupain!" ucapnya. "Anta, pacar gue, orang yang paling gue sayang setelah lo dan Orion, cinta pertama gue, pergi ninggalin gue karena mantan pacar lo yang tukang hasut itu!"

"Lan, gue.."

"Lo tau yang lebih parahnya lagi apa? Pelangi, sahabat gue, orang yang paling gue percaya, nusuk gue dari belakang! Setelah dia berhasil menghasut Anta terus dia jadian sama Anta. Lo tau perasaan gue gimana? Hancur! Gue kehilangan orang yang gue sayang dan gue di khianatin sama sahabat gue sendiri!"

Nebula tak lagi menjawab. Ia membiarkan Bulan berteriak di hadapannya dengan matanya yang berkaca-kaca. Nebula tahu bahwa dirinya salah karena telah mengungkit masa lalu adiknya.

"Apa lo mau ngeliat gue kehilangan lo juga?" Tanya Bulan sendu. "Gue udah kehilangan Ayah dan Bunda, gue kehilangan Anta, gue kehilangan Pelangi,  gue kehilangan Orion yang sibuk dengan pekerjaannya, terus gue harus kehilangan lo juga?"

Nebula langsung membawa Bulan ke dalam dekapannya. Nebula tahu bahwa Bulan menangis, namun tidak bersuara. Hanya tetes air mata yang jatuh ke pipi Bulan.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora