Delapan

36.9K 3.4K 367
                                    

"Astaga!"

Teriak Aster terkejut ketika melihat Bulan yang mendudukan pantatnya ke kursi dengan wajah persis seperti zombie. Rambut kusut tak disisir, mata sembab, bibir pucat, maskara dan eyeliner luntur. Benar-benar seperti orang gila.

"Lo kenapa dah?" tanya Aster heran. Apalagi Bulan sedari tadi hanya diam melamun. Biasanya, Bulan teriak sana-sini seperti orang kesetanan.

Bulan pun menangis kencang, membuat teman-teman sekelasnya heran. Terutama Aster, yang duduk persis di sebelahnya. Tangisan Bulan membuat telinga Aster serasa ingin pecah.

"Eh-eh lo kenapa sih? Pagi-pagi udah nangis histeris begini," Aster kembali bertanya karena ia benar-benar bingung dengan kelakuan aneh Bulan pagi ini.

Bulan mengambil tisu dari saku bajunya lalu mengelap ingus yang menumpuk di hidungnya sembari sesegukan.

"Gue sedih Astor," ucapnya masih terus menangis.

"Sedih kenapa?"

Bulan tak langsung menjawab. Ia kembali mengeluarkan ingusnya. "Semalam gue habis baca novel, dan novelnya itu sedih banget. Masa si cewek ini hidupnya ribet banget kayak benang kusut. Punya penyakit, terus dihantuin masa lalu, terus harus kehilangan orang yang dia sayang, terus gak dapat perhatian dari orangtuanya. Endingnya, si cewek ini meninggal karena kecelakaan. Kan sedih!!!"

Bulan kembali menangis sekencang-kencangnya, membuat Aster langsung membekap mulut Bulan. Meski mulutnya terbekap, Bulan masih saja menangis.

Tiba-tiba saja Nebula datang ke kelas Bulan dan menghampiri adiknya yang terlihat begitu menyedihkan.

"Tuh sarapan buat lo," ujar Nebula sembari menaruh kotak bekal ke atas meja Bulan.

Bulan mendongak mentap kakaknya, lalu ia berdiri dan menghambur ke pelukan Nebula sembari menangis kencang.

"Kenapa sih lo?" ucap Nebula sembari berusaha melepaskan pelukan Bulan yang begitu kencang. "Teman lo kenapa?" Nebula bertanya pada Aster.

Aster mengendikan bahu tak tahu.

"Nebuluk..." panggil Bulan mendongak dan menatap Nebula dengan Puppy eyesnya.

"Apa?"

"Uang jajan gue ketinggalan di kamar hehe."

Nebula mendengus kesal. Ia pun mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Bulan. Adiknya yang satu itu benar-benar pelupa.

"Yeaayyy," teriak Bulan kegirangan. "Makasih Nebuluk ganteng."

Bulan menghapus air matanya dan menyisir rambutnya dengan tangan. Matanya terasa berat karena sembab dan juga ngantuk. Bagaimana tidak, semalaman ia begadang demi menyelesaikan novel yang di bacanya. Lalu setelah novel itu habis, ia menangis tanpa henti karena membayangkan bagaimana jika dirinya yang menjadi karakter dalam novel tersebut.

"Cuci muka sana. Muka lo beler banget kayak orang gila di pinggir jalan."

Bulan langsung berdiri tegak seraya hormat. "Siap laksanakan komandan."

Nebula tersenyum singkat lalu pergi meninggalkan ruang kelas Bulan. Bulan pun kembali duduk ke tempat duduknya dengan senyuman cerah seperti biasa. Ia mengambil kotak makan yang dibawakan Nebula dan memakan isinya.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now