Dua Puluh Sembilan

14.7K 1.8K 72
                                    

"Nebulaaaa buruan woy! Gue gak tahan ini, udah di ujung!!!" Teriakan Bulan mewarnai suasana pagi hari ini. Bagaimana tidak, sejak pukul lima tadi ia terbangun karena merasa sakit perut yang sangat luar biasa. Bahkan ia sudah lebih dari tiga kali keluar masuk toilet karena perutnya semakin menjadi.

Nebula yang sedang mandi di dalam kamar hanya bisa menggerutu pasrah dan mempercepat mandinya. Padahal belum ada lima menit Nebula masuk ke dalam kamar mandi tetapi Bulan telah menghujaminya dengan teriakan dan gedoran pintu yang memekakan telinga.

"Duh, ada apaan sih pagi-pagi ini udah teriak?" ucap Orion yang menuruni anak tangga dengan mata setengah terbuka sembari menguap.

Bulan menyipitkan mata untuk memastikan bahwa orang yang di lihatnya benar Orion.

"Sejak kapan ada lo disini?" tanya Bulan heran karena seingat Bulan, Orion tidak mengatakan ingin kembali. Tapi pagi ini ia memelihat kakaknya itu turun dari kamar di lantai atas.

Orion tidak menjawab. Cowok itu malah melenggang ke arah dapur dan mengambil minum. Sementara perut Bulan kembali bergejolak dan membuat tangan serta mulutnya otomatis berteriak dan menggedor Nebula yang masih berada di dalam toilet.

"Bisa sabar gak sih lo?!" sembur Nebula ketika keluar dari toilet dengan rambutnya yang basah dan handuk yang terlilit di pinggang.

Bulan langsung mendorong Nebula agar menjauh dari pintu, "bodo amat," jawabnya seraya masuk dan menutupnya dengan cara membanting.

Entah kesialan apa yang membuat Bulan harus keluar masuk toilet di pagi buta begini. Bulan mencoba mengingat apa yang membuat Bulan sakit perut, tetapi Bulan merasa tidak ada yang salah dengan makanannya. Ia hanya makan bubur yang dibelikan Bintang, lalu malamnya ia memakan mie ayam serta kripik yang di bawakan Aster.

Sepuluh menit kemudian, Bulan keluar dengan tubuhnya yang lemas serta keringat dingin. Bulan tidak sanggup lagi jika harus kembali masuk ke toilet untuk ke sekian kalinya.

Dengan tak bertenaga, Bulan duduk di kursi yang berhadapan dengan Orion.

"Kenapa sih lo?" tanya Orion yang sedang sibuk mengoleskan selai di atas roti yang ia pegang.

Bulan menggeleng karena tak sanggup untuk berkata apa-apa.

"Mau ke rumah sakit?" tanya Orion lagi.

Bulan langsung menoleh dengan sinis, "menurut lo?" ucap Bulan kesal. "Mau ngeliat adik lo yang cantik ini mati mendadak karena bolak-balik masuk wc?"

"Lagian lo habis makan apaan sih semalam?" sahut Nebula yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya melenggang menuju meja makan.

Bulan menoleh ke arah Nebula dan memberikan tatapan membunuh. "Gak usah sok asik lo! Urusan lo sama gue belum kelar!"

Terpaksa hari ini Bulan kemungkinan tidak masuk sekolah. Jika perutnya mulai membaik, mungkin ia akan masuk sedikit lebih siang dari jam yang seharusnya di tentukan. Bukan karena rajin, Bulan hanya tidak ingin ketinggalan pelajaran karena dalam waktu dekat ia akan mengikuti ujian yang menjadi penentu kelulusannya.

Bulan telah bertekad, ia harus bisa mewujudkan kemauan orangtuanya yang ingin melihat Bulan sukses sebagai dokter. Meski Bulan sendiri tidak tahu bisa melakukannya atau tidak.

"Aduduh..." ringis Bulan menekan perutnya ketika kembali bergejolak. Secepat mungkin ia bangkit dan berlari menuju toilet. Bulan benar-benar mengutuk kesialannya pagi ini.

Sementara Nebula dan Orion memandangi Bulan yang tergesa-gesa menuju kamar mandi, lalu mereka berdua saling bertatapan dan berbicara melalui isyarat mata.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now