Sepuluh

35.3K 3.3K 180
                                    

"Bintang, kita mau kemana sih?"

Satu pertanyaan itu meluncur dari bibir Bulan yang sedari tadi diam tak bersuara. Aneh rasanya, karena Bulan tiba-tiba kaku ketika duduk disamping Bintang. Seolah ada sesuatu yang membuat hatinya dag dig dug seperti orang sedang asik dangdutan.

Bibir Bulan memang sama sekali tidak bergerak, namun hatinya sedari tadi mengoceh karena suasana aneh yang menyelimuti dirinya. Yap, awkward.

"Gue mau ngajakin lo ke mall," jawab Bintang yang tetap fokus pada jalanan di hadapannya.

Dahi Bulan mengkerut. "Ke mall? Mau ngapain? Gue kan gak bawa baju ganti. Emang boleh masuk ke mall pake seragam sekolah? Ntar kalau ketahuan bolos gimana?"

"Gue udah bawain lo baju ganti di belakang. Bajunya Libra sih, tapi semoga aja lo muat. Soalnya gue liat-liat badan lo gak jauh beda sama badannya Libra."

Bulan hanya menganggukan kepalanya dan kembali terdiam. Ia mengutuk dirinya sendiri mengapa bisa bersikap aneh di hadapan Bintang seperti ini. Bintang juga pasti bertanya-tanya, mengapa Bulan yang terkenal hebring tiba-tiba menjadi pendiam dan tak bersuara seperti ayam sakit.

Bintang membelokkan mobilnya menuju SPBU yang berada di depan dengan maksud ingin singgah ke toilet yang ada di sana untuk mengganti seragam sekolah dengan pakaian biasa. Mereka pun turun, dan masuk ke toilet sesuai gander mereka.

Lima menit kemudian, Bulan keluar menyusul Bintang yang sudah berada di dalam mobil. Baju milik adiknya Bintang yang saat ini di kenakan Bulan terlihat pas, dan Bulan terlihat semakin, cantik. Apalagi ketika Bulan senyum, dunia seolah berhenti berputar. Namun Bintang mencoba biasa saja agar Bulan tidak curiga.

"Oh iya, lo suka film apa? Horror, action, animasi, atau..."

"Apa aja yang penting nontonya berdua sama lo, hehe," jawab Bulan sembari cengengesan.

Bintang tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya takjub. Ini dia yang membuat Bintang semakin tertarik pada kepribadian Bulan yang berbeda dari kebanyakan cewek pada umumnya. Bulan itu sesuatu yang sangat langkah, karena itu ia menerima nasehat kedua orangtuanya dan mencoba untuk menjalin pertemanan dengan Bulan.

Sesampainya di mall, mereka langsung menuju bioskop yang berada di lantai paling atas.
Bintang memesan tiket, sementara Bulan membeli makanan. Bulan memesan dua popcorn caramel berukuran besar, mix platter, satu lemon tea, dan satu soft drink. Setelah itu dengan senyum tanpa dosa ia menghampiri Bintang yang sedang menunggunya sembari bermain ponsel.

"Lo yakin bisa habisin semua itu?" tanya Bintang takjub melihat makanan yang ditenteng Bulan dalam kantong plastik.

Bulan menganggukan kepalanya. "Kan lo tahu sendiri kalau gue ini hobi makan."

"Tapi ntar habis nonton gue mau ngajakin lo makan di restoran favorit gue."

"Tenang aja," ucap Bulan mengibaskan tangannya. "Perut gue ini fleksibel kok. Jadi bisa menampung banyak makanan dan minuman," lanjutnya sembari memukul perutnya sendiri.

Lagi dan lagi Bintang tertawa melihat kelakuan Bulan yang dimatanya begitu, ajaib.

Bintang langsung mengambil alih kantong plastik yang di pegang Bulan dan menarik tangan Bulan. Bulan pun hanya mengikuti langkah Bintang dari belakang sembari bersorak senang tanpa bersuara. Jangan tanya bagaimana ekspresi orang-orang disekitar Bulan yang melihat tingkah aneh Bulan. Jujur saja, rasanya Bulan seperti terbang ke angkasa dan menari-nari di atas rembulan. Untungnya Bulan tidak ada riwayat penyakit asma. Jika ada, sudah di pastikan penyakitnya kambuh dan dadanya sesak karena Bintang menggenggam, sekali lagi diulang menggenggam tangan Bulan.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang