SENSITIVE

37.8K 907 8
                                    


Hari ini adalah hari pertama Dirga kembali mengikuti sekolah setelah tiga hari libur. Ia sekarang sedang memakai dasi. Ia menoleh pada Gladis yang sejak tadi hanya cemberut. Setelah selesai memakai dasi, Dirga segera duduk di dekat Gladis. Gladis hanya memalingkan wajahnya kearah lain.

"Dis jangan gitu dong. Aku kan harus sekolah Dis. Masa aku harus berhenti sekolah. Gimana aku akan memimpin perusahaan kalau aku bodoh." Dirga mencoba membujuk Gladis. Gladis tetap bersikeras.

"Terserah kamu. Pergilah." Ucap Gladis sambil beranjak ke ranjang berniat ingin tidur. Tapi perutnya terasa teraduk aduk. Ia menutup mulutnya dan segera berlari ke arah kamar mandi. Inikah yang namanya morning sickness. Dirga yang panik segera menyusul Gladis. Ia membopong tubuh Gladis dan menyenderkannya di ranjang. Kalau begini ia tidak tega meninggalkan Gladis sendirian.

"Dis please ya. Biarkan aku pergi sekolah. Ini demi kebaikan kita,ya. Aku mohon." Dirga mencoba membujuk kembali Gladis. Gladis menunduk. Isakan kecil lolos dari bibir tipisnya itu. Dirga tambah nggak tega meninggalkan Gladis.

"Maaf Ga. Tapi aku cuma takut kamu berkhianat. Aku nggak mau kamu di goda cewek centil yang ada di kelas kita." Gladis terus menangis. Sedangkan Dirga hanya tersenyum maklum. Ia tau kalau orang hamil itu lebih sensitif. Ia mengusap pucuk kepala istrinya itu. Ia mengangkat dagu Gladis yang masih berlinang air mata itu untuk menatap matanya.

"Hei buat apa aku menikahimu kalau hanya untuk disimpan dirumah? Aku ini mencintaimu Dis. Sangat malahan. Jadi jangan berpikir begitu. Kepercayaan adalah tiang pernikahan. Jadi percaya padaku ya honey." Ucap Dirga sambil menghapus air mata Gladis. Ia mendekatkan bibirnya namun tiba tiba..

"Oi Dir. Lo jadi pergi sekolah nggak? Gue udah mau telat nih. Kalau mau drama dramaan nanti aja kalau udah pulang." Gedor Ajun keras yang membuat Dirga mendelik kesal. Ia segera bangkit sambil menggerutu tak jelas. Namun Gladis menahan tangan Dirga. Membuat Dirga berhenti menggerutu dan menatap bingung kearah Gladis.

"Tunggu Ga. Bantuin aku berdiri dong." Ujar Gladis manja. Dirga hanya tersenyum. Mudah sekali mood orang hamil berubah. Ketika Gladis sudah berdiri sempurna, Gladis menempelkan bibirnya ke bibir Dirga yang membuat Dirga  terkejut namun hanya sebentar. Ia menikmati bibir tipis nan manis Gladis. Setelah cukup Gladis melepaskan bibirnya dari Dirga dan menggandeng tangan Dirga dan tersenyum manis. Ia tidak canggung lagi seperti hari pertama mereka.

"Aku tau kamu kemaren juga pengen dicium. Yah tugas aku dong meladeni." Ucapan Gladis membuat Dirga mencubit gemas pipi lembut Gladis yang ditanggapi dengan cengiran dari Gladis.
~~~
Setelah keberangkatan Dirga dan kakak kakak iparnya, rumah menjadi sepi membuat Gladis menghela napas. Dia akan menuju kamarnya. Dirga menyarankan untuk banyak beristirahat. Bukan menyarankan namun sudah menjadi perintah. Ia hanya mendengus mengingat perkataan Dirga tadi malam.

Kamu mau menjadi istri durhaka? Nggak mau kan? Makanya ikuti perintahku ya may waifu.

Ia mendengus sebal. Ia akan menuju kamarnya namun suara bel membuat ia berhenti melangkah dan berbalik arah ingin membukakan pintu. Setelah ia membuka pintu, ia berteriak senang sambil melonjak lonjak. Sedangkan orang yang ada di pintu hanya memutar kepala bosan.

"Oii lo mau ngebunuh calon bayi lo." Ucapan tersebut sontak membuat Gladis berhenti dan memegangi perutnya. Ia baru sadar kalau ada kehidupan lain di perutnya. Ia hanya nyengir sambil menggandeng tangan orang tersebut.

"Hehehe... abisnya Adis senang ada Cici disini. Adis nggak kesepian lagi deh. Oh ya Cici mau minum apa? Biar Adis buatin."

"Nggak usah. Lo duduk aja tenang tenang disini udah buat haus gue hilang." Ucap Desyca sambil meletakkan kantong yang di sampingnya. Mara Gladis langsung berbinar binar melihat kantong putih tersebut.

"Cici bawa apa tuh? Kayaknya makanan" ucap Gladis membuat Desyca hanya mendengus melihat wajah adik angkatnya itu.

"Nih gue bawain lo buah apel. Baik buat lo juga sama calon bayi lo. Kalau nggak gara gara denger tangisan alay suami lo, gue nggak akan kesini." Ucapan Desyca membuat Gladis tersenyum. Ia tau sebernanya bukan Dirga yang meminta tapi Cicinya memang menunjukkan perhatiannya walau gengsi tingkat dewa. Jelas dari hidungnya kempas kempis menandakan kalau Cicinya sedang berbohong. Ia bersyukur mempunyai orang orang yang menyayanginya.

BERSAMBUNG

Maaf kalau ini agak gaje. Nggak ngehibur mungkin. Supaya saya nggak gaje lagi jangan lupa vomment nya ya. Dan saya menunggu kritik dan saran dari pembaca. Thank's

Nikah Muda (REVISI)Where stories live. Discover now