Sosok Gladis

25.2K 754 22
                                    


Flashback

Gladis masih menangis karena anaknya yang hilang. Tiba tiba Gabriel melihat benda berkilat. Ia menghampiri benda tersebut dan mengambilnya. Sebuah klip dasi. Gabriel pun memberikannya kepada Gladis. Gladis yang bingung pun hanya menatap klip dasi yang dibawa Gabriel. Gladis melepaskan pelukannya terhadap Meira dan mengambil klip dasi tersebut. Ia coba patahkan klip dasi tersebut dan terkejut melihat nama yang terdapat didalamnya.

DIRGA PUTRA MAHESA.

Flashback end.

Gladis membuka pintu mobil Abrar kasar dan masuk dengan sangat tidak pelan. Clara masih menangis digendongannya. Gladis menutup pintu mobil tersebut kasar.

"Dis, gue tau lo marah. Lo lagi kesal. Tapi jangan gini Dis. Kasian anak lo. Dia nangis terus. Kalo nggak biar gue yang gendong anak lo." Ujar Meira kesal. Ia kesal melihat tingkah laku Gladis. Namun tanggapan Gladis membuat semua yang ada dimobil kaget.

"Hiks...kak Adit. Aku minta maaf...hiks..hiks.. Meira tolongin Adis. Hiks.. aku nggak sengaja bilang gitu sama Kak Adit...hiks...hiks..." untung saja Gabriel tidak ada didalam mobil tersebut. Meira memeluk Gladis untuk menenangkan sahabatnya tersebut.

"Emang kak Adit kenapa Dis?" Tanya Meira mencoba menenangkan Gladis dengan mengusap usap punggung Gladis. Abrar pun turut mengusap Gladis berharap tangis Gladis reda. Gladis masih saja menangis tersedu sedu.

"Mei, biar gue yang nenangin Gladis. Lo setir mobil ya." Ujar Abrar sambil mengambil alih Gladis. Meira mengangguk dan pindah menuju bangku pengemudi. Abrar meletakkan Gladis dipangkuannya. Sedangkan Gladis masih menangis membiarkan Abrar memangkunya.

"Sudah Dis. Jangan menangis. Kami ada disini buat kamu. Jadikan kami sebagai tempat sandaranmu. Jadikan anak anakmu sebagai penguatmu, ya. Kamu harus ingat kalau kamu masih mempunyai kami dan anak anakmu." Ujar Abrar menenangkan sambil mengelus lembut rambut hitam milik Gladis. Gladis yang mendengar penuturan Abrar, Gladis membenamkan kepalanya keleher Abrar. Ia kembali menangis. Bukan karena kesedihan. Namun karena kebahagian. Bahagia karena memiliki kedua sahabatnya. Anak anaknya. Ia memeluk leher Abrar mencari tempat yang nyaman. Tak lama ia merasakan kantuk. Ia menguap beberapa kali sedangkan Abrar masih mengusap punggungnya.

"Kamu ngantuk Dis?" Gladis hanya mengangguk saat ditanya oleh Abrar. Gladis pun mencoba turun dari pangkuan Abrar namun Abrar menahannya.

"Sudah, tidur aja disini. Nggak papa kok." Ujar Abrar membuat Gladis tersenyum. Gladis hanya mengangguk menuruti perkataan Abrar. Sedangkan Abrar meletakkan kepala Gladis didada bidangnya. Posisi seperti ini mengingatkan Gladis ketika ia bermanja pada Dirga. Membuat ia akan mengeluarkan air matanya. Tak lama ia sudah berada dialam mimpinya.
~~~~

Dirga mengaduh kesakitan ketika Anjel mengobati lukanya. Sekarang mereka diruang tamu. Luka Dirga begitu parah. Sangat babak belur. Ia tidak mendapat celah untuk melindungi dirinya dari amukan maut Gladis. Itu catatan barunya. Kalau Gladis mempunyai sisi gelapnya.

"Dit, lo pernah liat Gladis mengamuk nggak?" Tanya Ajun memecah keheningan. Semua mata tertuju pada Adit.

"Pernah, tapi nggak separah itu. Dia nggak lampiaskan keorang, tapi kekamarnya." Ujar Adit mengingat ingat ketika adik kesayangannya mengamuk. Sementara yang ada disana menyimak perkataan Adit.

"Emang karena apa dia ngamuk Dit?" Tanya Reihan penasaran. Adit menoleh kearah Dirga memandangnya tajam.

"Waktu tau kalau sibrengsek ini punya pacar."

"HAH" ujar mereka serempak ketika mendengar penuturan Adit.

"Lo serius Dit?" Tanya Ajun kaget. Adit hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Gue bilang ya. Adek gue itu udah suka sama sibrengsek ini sejak dia masih SMP. Mereka berdua ini selalu sekelas. Adek gue itu nggak mudah untuk memiliki perasaan itu. Waktu mama gue ngadopsi dia jadi anak aja baru 1 tahun kami akrab. Kami memiliki dia itu semenjak umurnya 6 tahun. Dia itu seperti malaikat tanpa sayap bagi kami. Ia menolong orang tanpa sepengetahuan kami. Ingatkan ketika mama gue meninggal gara gara apa?"

"Gara gara penyakit ginjal kan." Jawab Dimas. Adit mengangguk.

"Lo tau kak Dim. Yang donorin darah buat mama gue itu adalah Gladis. Nggak ada seorang pun yang tau. Bahkan mama gue. Kami taunya waktu seorang suster mengatakan kalau stok darah dirumah sakit tersebut habis. Awalnya kami takut karena golongan darah kami beda sama golongan darah mama gue. Golongan darah mama gue B. Sedangkan kami AB. Gue terkejut ketika mendengar perkataan suster tersebut. Namun ketika gue liat Gladis yang pucat itu, gue percaya kalau dia yang menolong mama gue. Mama gue sempat sehat selama beberapa bulan. Namun, yang namanya ajal. Mama gue meninggal pas setahun Gladis dirumah gue." Cerita Adit panjang lebar membuat semua orang terdiam. Adit menerawang mengingat kejadian beberapa tahun silam.

"Makanya gue bilang kalau lo laki laki paling brengsek yang pernah adek gue temuin." Ujar Adit kembali bersuara. Sedangkan Dirga hanya diam. Tak ada yang bisa ia ucapkan.

BERSAMBUNG...

Maafkan saya atas keterlambatan update saya. Saya sibuk. Maaf sekali lagi. Dan juga mood saya cepat berubah. Tapi saya kuatkan mood saya ketika membaca komen para pembaca. Dan juga yang telah menambahkan cerita saya ke reading list nya. Makasih banyak banyak para pembaca.

Thank you.....

Nikah Muda (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang