good news and...

27.5K 609 6
                                    


Gladis mengantarkan anak dan suaminya sampai depan gerbang. Ia menciun pipi anaknya. Membuat Dirga iri setengah jiwa pada anaknya. Setiap pagi dicium. Kalau dia? Diminta dulu baru dicium. Namu tak lama ia merasakan bibir hangat didahinya. Sangat lama sampai ia bingung dengan sifat Gladis.

"Hati hati ya bawa motornya." Ucap Gladis sebelum Dirga mengendarai motornya menjauh dari rumah besar tersebut.

"Semoga mimpiku tidak menjadi kenyataan." Lirih Gladis seraya masuk ke rumah tersebut.
~~~~

Dirga telah sampai di kantornya. Ia membuka pintu ruangannya dan sudah mendapati sekretarisnya membersihkan meja kerjanya.

"Selamat pagi pak." Sapa Anjel si sekretaris tersebut.

"Hm, pagi." Balas Dirga sambil duduk disinggasananya.

"Tolong sebutkan jadwalku hari ini." Perintah Dirga sambil membuka laptopnya. Anjel membacakan jadwal Dirga sambil menatap Dirga. Dirga yang merasa ditatap pun membalikkan badannya kearah Anjel.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu?" Tanya Dirga bingung. Sedangkan Anjel memalingkan wajahnya.

"Tidak. Bapak hanya mengingatkan saya dengan seseorang." Ujar Anjel sambil memainkan gadget miliknya. Dirga hanya mengangkat bahunya dan melanjutkan pekerjaannya. Ketika Anjel akan keluar setelah pamit, tak sengaja sepatu tingginya nyangkut dikabel yang menyebabkan ia hampir jatuh kalau saja Dirga tak memegang bahunya. Dirga menatap wajah sekretarisnya yang menghela nafas lega. Setelah sadar apa yang pikirkan ia melepaskan tangannya dari bahu.

"Maaf saya lancang." Ujar Dirga sambil menuju kursinya kembali. Anjel hanya tersenyum manis.

"Tidak papa pak, seharusnya saya berterima kasih karena bapak telah menolong saya." Balasnya sambil membungkuk ingin keluar dari ruangan bossnya tersebut. Dirga hanya mengangguk gugup. Setelah Anjel keluar, Dirga menampar pipinya sendiri.

"Apa yang aku pikirkan." Ucapnya sambil memegang kepalanya.

"Tapi matanya begitu cantik. Walau cuek tapi tersirat aura perempuan yang sangat kuat." Gumamnya sambil menatap monitor laptonya.

"Tidak tidak! Tidak boleh! Aku sudah memiliki Gladis dan Gabriel. Itu sumber kebahagianku." Ujarnya lagi sambil memandangi bingkai foto yang ada di dinding ruang kerjanya.

"Tapi Anjel begitu cantik." Gumamnya sambil senyum senyum sendiri.

"Arggh, aku tidak boleh memikirkan itu. Aku sudah berjanji pada Gladis kalau aku akan bersamanya." Erangnya frustasi. Ia melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali mwnggumam tak jelas.
~~~

Hari berganti hari, bulan berganti bulan pun berlalu seperti biasanya. Gladis yang selalu badmood kalau digoda saat pagi. Dirga yang terus menerus tertawa melihat wajah istrinya. Kakak kakaknya yang sangat menjengkelkan. Gabriel yang kadang perhatiannya membuat semua orang tersenyum. Namun ada yang berubah dalam dirinya. Setiap ia melihat wajah sekretarisnya, jantungnya berdetak tidak seperti biasa. Apakah ia merasakan perasaan lain pada sekretarisnya? Pertanyaan itulah yang selalu muncul dibenak Dirga ketika melihat Anjel. Kadang ia bermimpi menggendong anak dengan perempuan tersebut. Awalnya ia tidak mwnghiraukan mimpi tersebut. Namu lama kelamaan dia memikirkan mimpinya.

"Oh ya Ga, El, kakak kakak. Aku mau beri hadiah buat kalian." Suara Gladis menginterupsi lamunan Dirga. Mereka yang ada disana bingung.

"Emangnya siapa yang ulang tahun sekarang Dis?  Adit? Atau Ica?" Tanya Reihan sambil menghentikan acara makannya.

"Atau karena kak Dimas sudah punya calon?" Tanya Ajun membuat Dimas mendelik. Gladis hanya tersenyum.

"Bukan. Aku hanya ingin memberi hadiah." Ujarnya sambil tersenyum manis.

"Oh ya, beritahulah mom?" Ucap Gabriel dengan mata berbinar. Gladis memegang perutnya.

"Apa kalian tidak merasa ada yang aneh denganku." Mereka semua menggeleng dan membuat senyuman Gladis melebar.

"Aku.... HAMIL" teriaknya membuat semua orang disana langsung memasang wajah gembira. Gabriel langsung bangkit dari tempat duduknya dan memeluk mommynya tersebut. Begitu juga dengan Dirga.

"Yeee...akhirnya El akan dapat adek." Girang Gabriel membuat Gladis tersenyum senang.

"Sudah 2 bulan. Dan yang lebih mengejutkan lagi..." ucapan Gladis membuat semua yang ada disana memasang wajah penasaran.

"Anakku kembar." Sontak membuat semua orang memberinya senyuman terharu sekaligus senang. Dirga menghadiahi Gladis dengan kecupan kecupan yang membuat Gladis mengulum senyum. Saat sedang asyik asyik mereka bahagia. Ada notif yang berasal dari handphone Gladis. Ia membuka hpnya. Ia menegang. Menatap kosong Dirga. Dirga bingung dan langsung merebut handphone dari tangan Gladis. Ia kaget melihat apa yang ada digambar handphone tersebut.

MATI LO. Tulisan tersebut membuat Gladis pinsan ditempat membuat semua orng panik. Dirga menggendong Gladis kekamar mereka. Gabriel yang awalnya senang tak kalah cemasnya. Setelah meletakkan Gladis dikasur, Dirga menelepon seseorang.

"Halo, tolong batalkan semua jadwalku hari ini."

"...."

"Ya atau undur saja. Aku ada masalah dirumah. Kau urus semuanya." Dirga mematikan teleponnya sebelum menunggu jawaban dari orang seberang sana. Ia menatap panik Gladis dan tidak lama kemudian datang seorang perempuan berjas putih. Ia dokter kandungan yang selama ini merawat Gladis ketika mengandung Gabriel selain keluarganya. Dokter yang bernama Mahira tersebut memeriksa keadaan Gladis.

"Tuhan semoga saja tidak terjadi apa apa dengan istri dan anakku." Lirih Dirga dalam hatinya.

TBÇ...

Siapa ya yang ngirim pesan teror tersebut???.
Anda penasaran? Sama saya juga..
Baiklah, untuk lanjut jangan lupa vommentnya ya readers...

Nikah Muda (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang