Ngidam 2

37.4K 847 4
                                    


Setelah meminta izin dari dokter untuk pulang. Mereka langsung menapakkan kaki keluar dari rumah sakit tersebut. Mereka akan dijemput oleh kak Adit dan kak Rei. Mereka menunggu cukup lama sambil Dirga menceritakan bagaimana galaunya Dirga ketika disekolah tadi karena tidak adanya kehadiran Gladis dikelas. Adis hanya tersenyum sesekali menanggapi perkataan Dirga. Karena menunggu terlalu lama. Gladis mulai bosan.

"Ga aku pengen ice cream coklat. Kita beli yuk." Ucap Adis sambil memasang wajah harap. Dirga tersenyum dan mencubit gemas pipi Adis. Gladis merenggut tidak suka.

"Ayolah Ga. Kepengen banget. Kamu nggak mau kan anak kamu nanti ileran." Ucap Adis memelas. Dirga tersenyum penuh arti pada istrinya itu.

"Yaudah tapi aku harus ucapin doa dulu buat kamu dan calon baby kita." Baru Adis akan membuka mulutnya. Dirga langsung nyelonong.

"Aku nggak terima penolakan." Ucap Dirga tegas. Adis pasrah. Toh itu untuk kebaikannya juga. Adis mengangguk mengiyakan perkataan suaminya tersebut. Langsung saja Dirga mendekatkan wajahnya keperut datar Gladis. Beginilah kira kira doa yang dipanjatkan oleh Dirga.

Ya tuhan, lindungilah istriku dan calon bayiku.
Mereka anugrah terbesar dalam hidupku.
Mereka sekarang bagian dari hidupku,tanggung jawabku.
Tawa mereka kebahagian bagiku.
Tangis mereka kesedihanku.
Maka dari itu lindungi mereka.
Kabulkanlah doaku ya tuhan.

Setelah selesai memanjatkan doanya, Dirga mengecup sebentar perut istrinya dan mengelusnya sebentar. Sebenarnya Gladis malu karena banyak mata yang memandangi mereka. Tapi ia juga terharu mendengar doa dari Dirga untuknya dan untuk bayi mereka.

"Ayo aku sudah mendengarkan doa untukmu dan untuk calon anak kita. Sekarang kita beli ice cream yuk." Ucap Dirga sambil mengulurkan tangannya kepada Gladis untuk membantu Gladis berdiri. Gladis menerima uluran tangan suaminya dan segera berdiri. Baru mereka akan melangkah, mobil sport hitam mendekat pada mereka. Itu mobil Adit. Disamping kursi pengemudi sudah duduk Rei dengan tenang. Dirga menggandeng tangan istrinya untuk masuk kedalam mobil tersebut. Adit memandang Gladis dengan cemas.

"Dis kamu nggak papa kan? Apa ada yang sakit lagi? Atau kau masih pusing?" Pertanyaan beruntun diajukan pada Gladis. Rei hanya terkekeh melihat sikap brother complex milik Adit keluar.

"Duh kak satu satu dong. Gimana mau jawab kalau pertanyaannya sebanyak itu." Jawab Adis kesal. Bukannya dia makin sehat, tapi malah tambah pusing.

"Ya kakak kan cuma khawatir. Emang kamu nggak seneng dapet perhatian dari kakakmu." Ucapan Adit mau tak mau membuat Dirga angkat bicara. Ia tau saat ini Adis sedang capek.

"Udahlah kak dia udah nggak papa kok. Adis cuma butuh istirahat yang banyak kok." Ucap Dirga membuat Adit melihatnya melalui kaca spion tengah. Memang ia melihat Adis capek sehingga membuat dia bungkam kembali.

"Dis kamu ngantuk hmm." Pertnyaan Dirga yang hanya direspon anggukan kecil dari Adis. Dirga mengusap ngusap sayang kepala istrinya tersebut dan merebahkannya di bahu lebar miliknya. Adis cuma menurut dan merebahkan kepalanya di bahu suaminya tersebut. Sampai akhirnya Adis mengeluarkan dengkuran halus dari bibir tipisnya.

"Eh kak kita mampir dulu ke mini market sebelah situ dulu. Tadi Adis minta ice cream. Mungkin ini salah satu ngidamnya. Mengingat dia kan nggak suka es krim coklat." Ucap Dirga mengingat permintaan Adis yang belum terpenuhi tadi.

"Okey kita akan mampir dulu. Gue juga haus nih. Hari ini panas banget."
Ujar Adit sambil menepikan mobilnya.

"Gue aja nih yang pergi?" Pertanyaan Adit yang hanya diangguki oleh Dirga dan Rei.

"Beliin juga buat kak Dimas sama si Ajun satu." Ucap Rei mengingatkan. Dimas akan marah kalau mereka membeli cemilan kesukaannya tanpa dirinya. Adit mendengus mengiyakan dan masuk kedalam mini market. Tak lama kemudian Adit nongol dari balik pintu bening tersebut. Adit mencepatkan langkahnya untuk masuk kemobil.

"Iii ngeri gue sama kasirnya. Cantik tapi garang." Ucapnya membuat Rei terkekeh. Adit mendelik kesal pada Rei dan memukul kepala Rei. Rei yang tidak terima juga membalas memukul. Dan terjadi lah perang pukul yang membuat Dirga memutar matanya bosan.

"Woii istri gue tidur nih. Adik lo tidur. Adik ipar lo tidur." Ucapan Dirga membuat mereka berhenti dan saling melemparkan tatapan kita-lanjutin-nanti. Dan Adit pun segera melajukan mobilnya.
~~~
Sesampainya dirumah

Dirga menggendong istrinya ala brydal style kekamar mereka. Ia tidak tega membangunkan Gladis yang terlihat nyaman dalam tidurnya. Sesampainya dikamar Dirga menidurkan Gladis diranjang dan mengecup kening istrinya. Inilah yang akan menjadi ibu dari anak anaknya nanti. Ia yang akan menjadi kekasih hidupnya sampai maut menjemput.
Tinggal menunggu 8 bulan lagi dan dia akan menjadi ayah. Setelah memakai kaus santai Dirga juga merebahkan badannya disamping istrinya. Ia memeluk pinggang istrinya. Ia menghadiahi kecupan kecupan kecil di wajah istrinya. Sesekali Adis menggeliat karena ulah Dirga. Dirga tak menyangka bahwa dia melangkahi para kakak kakaknya.
~~~
8 bulan kemudian

"Pagi cantik." Ucapan Dirga sambil memeluk Gladis sukses membuat Adis menghentikan sebentar  acara masak memasaknya pagi itu. Ia mengelus lengan suaminya. Dari belakang Dirga mengusap perut buncit milik Adis. Ia berlutut dan mencium perut buncit tersebut.

"Pagi anak daddy. Jangan nakal nakal ya di dalam sana. Kasian lo mommy nya." Ucapan Dirga membuat Adis merintih. Membuat Dirga langsung memasang wajah cemas.

"Nggak papa Ga. Dia tau apa ucapan daddynya." Ucap Gladis sambil mengusap perutnya. Dirga tersenyum dan bangkit. Ia segera menuju meja makan. Ini hari libur semester dan dia bisa menghabiskan waktunya bersama istrinya.

Gladis pov

Aku menyiapkan makanan sarapan. Disini semuanya berkumpul. Dimeja makan. Bahkan Kak Adit dan cicinya pun turut disana. Memang mereka hanya menghitung hari untuk proses melahirkan bayi nya nanti. Bayi laki lali yang diberi nama Gabriel Riando Putra Mahesa. Ngidamku berhenti ketika kandunganku berumur 3 bulan. Walau cuma 3 bulan, itu mampu membuat semua keluargaku pusing 7 kelliling. Dan selama usg aku bisa mendengar detak jantung anakku. Aku menghidangkan makanan di meja makan dan menyusul duduk. Aku juga sudah menyiapkan perlengkapan bayiku. Sedang asyik makan perutku sakit. Kulihat kakiku basah. Wajahku memucat dan tegang.

"Ahh.." rintihanku yang disertai aku jatuh dari kursi sukses membuat semua yang ada disana panik terlebih Dirga dan Kak Adit. Aku memegang perutku. Sangat sakit. Nafasku memburu menahan sakit. Apa sekarang waktunya? Aku tidak tahan lagi. Dirga segera menggendongku dan meneriaki untuk menyiapkan mobil. Jelas dimatanya perasaan cemas dan takut.

"Bertahanlah Adis. Sebentar lagi." Ucapan Dirga sambil masuk kedalam mobil. Aku meremas bajunya kuat menahan sakit.

"Salurkanlah sakitmu padaku. Aku akan senang hati menanggungnya." Ucap nya sambil menggenggam tanganku. Aku menangis menahan sakit di selangkanganku. Dirga menatapku.

"Sabarlah Dis. Inilah hasil perbuatan kita. Kita harus menanggungnya. Ini akan indah pada waktunya." Yakinnya sambil mengecup keningku. Kakakku tidak kalah paniknya membuat ia menerobos lalu lintas. Ya tuhan kuatkan aku demi anakku dan orang yang menyayangiku.

BERSAMBUNG

Woow Gladis akan melahirkan. Apakah ini akan menjadi ending atau tidak ya.
Sampai disini dulu deh hari ini.
Jangan lupakan vote and commentnya ya untuk membantu Gladis melahirkan.

See you next time all readers.
^3^
Thank's

Nikah Muda (REVISI)Where stories live. Discover now