Pergi

26.3K 786 15
                                    


Dirga pov

Pagi ini aku terbangun dari tidurku. Biasanya disampingku sudah tidak ada orang, namun pagi ini ada seseorang yang masih tidur disampingku. Dia Anjel. Kekasihku. Kalian pasti jengkel denganku kan karna sikapku? Tapi mau gimana lagi, udah terlanjur cinta. Aku membangunkan Anjel dari tidurnya. Ia membuka matanya dan bangkit untuk kekamar mandi setelah memberi morning kiss padaku. Tak lama ia keluar dari kamar mandi dan menyuruhku untuk mandi. Aku pun segera mandi. Sekitar 15 menit aku mandi dan berpakaian, aku keluar dan melihat Anjel masih mengeringkan rambutnya. Aku memandangnya dari kaca. Memang sangat cantik.

"Ayo Ga, kita kebawah. Pasti kakak kakak sudah menunggu kita." Ujarnya menggandeng tanganku. Aku pun menggandeng tangannya balik sambil tersenyum.

Ketika kami sampai dibawah, kulihat kakak kakakku memegang perut mereka sambil memasang wajah bete. Aku menarik kursiku dan kaget melihat meja makan yang kosong.

"Loh kok kosong? Emang Gladis nggak masak?" Ujarku sambil memasang wajah bingung. Kak Rei memandangku datar.

"Emang lo kira dia pembantu? Yang lo suruh suruh sedangkan lo asik sama selingkuhan lo. Kenapa nggak suruh aja pacar lo masak." Ujarnya datar. Aku hanya diam. Aku menoleh pada Anjel.

"Kamu bisa masak Njel?" Tanyaku lembut. Ia menatap balik padaku dan menggeleng.

"Maaf Ga. Aku nggak bisa masak." Ujarnya takut takut. Aku hanya tersenyum maklum. Jadilah pagi ini kami hanya memesan delivery.

Saat kak Ajun menelpon, aku sedikit heran dengan tingkah laku Gladis dan Gabriel. Tidak biasanya mereka tidur sampai selama ini. Aku memandang kearah kamar kami. Sepertinya ada sesuatu. Aku pun beranjak dari kursiku menuju kamar kami. Ketika aku sudah sampai pada kamar kami, aku membuka pintu perlahan. Kosong. Aku lihat lemari pakaiannya juga kosong. Atau dia pergi dari rumah. Aku tak menyangka dia bisa senekat itu. Kalau kak Adit tau pasti ia marah. Aku akan segera menelepon kak Adit namun terhenti ketika sebuah tangan memegang tanganku.

"Lo mau ngapain? Bilangin ke Adit kalau Gladis pergi dari rumah. Lo kira dia akan marah sama Gladis?" Ujarnya datar. Aku menepis tangannya.

"Apaan sih lo kak? Nggak ngerti deh gue sama lo. Kenapa lo suka banget ngurusin gue? Lo cari aja istri. Inget umur lo udah brapa?" Ujarku kesal. Dia selalu saja mengurusi semua urusanku.

"Kalau bukan karena perintah mama, gue nggak akan tinggal disini.' Ujarnya sambil pergi menuju pintu. Sebelum ia keluar, ia menoleh padanku.

"Dan kalau bukan gue sayang sama adek gue, udah gue bunuh dia." Ujarnya lagi. Membuat aku tertegun atas ucapannya. Aku pun hanya diam sambil keluar dari kamar tersebut menuju kamar Gabriel.

Ketika aku buka pintu kamar anakku, didalam sana juga kosong. Kulihat lemarinya juga kosong. Berarti Gladis juga membawa Gabriel. Aku mengelilingi kamar Gabriel. Melihat lihat sekeliling kamarnya. Ketika asyik mengelilingi kamarnya, kulihat kertas berserakan. Tidak biasanya kamarnya begini. Kamar Gabriel yang biasanya sangat bersih. Aku pun mengambil seonggok kertas tersebut. Kududukkan pantatku dikasur anakku. Kertas pertama yang kubuka membuat aku kaget.

Mommy kira aku tidak tau kalau daddy punya orang selain kita mom. Jangan anggap aku hanya anakmu mom, anggap aku sebagai tempat berlindungmu. Karena suatu saat aku yang akan melindungimu mom. I love you mom. Mommy adalah wanita terkuat yang pernah aku kenal.

Aku sedikit tercenung melihat surat anakku. Akupun membuka kertas yang kedua.

Mommy bilang kita harus menahannya. Karena suatu saat mr. Mahesa itu akan kembali pada kami. Big no mom. Mengucap namanya saja aku sudah tidak bisa menyembunyikan marahku. Aku tidak kuat lagi melihat mom yang setiap malam menangis. Kalau terjadi apa apa sama adek aku gimana? Nanti kalau mommy kehilangan dedek aku gimana? Kam mommy tambah stres.

Gladis menangisiku? Kulihat setiap pagi dia baik baik saja. Aku akan membuka surat ketiga namun sebuah suara menginterupsiku.

"Ga, ayo kita makan. Pesanannya sudah datang." Ujar Anjel sambil memandangku lembut. Aku pun melempar surat tersebut kesembarang arah dan menuju keluar.
~~~~
Gladis pov

Sejak kemaren aku sudah sampai dirumah Meira. Rumahnya diperumnas xxx. Sedikit jauh dari rumah Dirga. Aku menceritakan semuanya kepada Meira. Memang seharusnya aku tidak boleh menceritakan masalah rumah tanggaku pada orang lain. Namun aku tidak bisa menyembunyikannya kalau berhadapan dengan Meira.

Pagi ini aku akan mengantarkan Gabriel kesekolahnya bersama Meira. Hari ini Meira akan memperkenalkanku dengan bossnya. Meira bekerja di salah satu market. Dan untunglah market tersebut tidak jauh dari sekolah anakku. Dan kebetulan market tersebut membutuhkan karyawan untuk membagi shift.

Sekarang kami sudah sampai dimarket tersebut setelah mengantar Gabriel kesekolah. Sekitar 10 menit berlalu, kami pun bertemu dengan bossnya Meira. Sekarang aku memakai baju bumil berwarna abu abu selutut. Aku pun bersalaman dengan boss Meira yang kuketahui namanya pak Abrar.

"Silahkan duduk nona Gladis." Ujarnya berbasa basi.

"Trima kasih pak." Ucapku sambil duduk diruang khussus penerima tamu.

"Jangan panggil pak lah. Panggil abrar aja. Saya masih muda kok. Ya kan Wet." Ujarnya sambil meletakkan kedua tangannya ditekuknya. Aku hanya mengangguk kikuk.

"Weh, kan udah gua bilang jangan panggil gua cerewet. Gua nggak cerewet ya. Gue ini kalem." Ujar Meira membuatku aku menganga. Sama bossnya dia sangat berani. Sedangkan abrar hanya terkekeh.

"Hei hei..disini tu karyawan gue punya nama samaran masing masing. Kalo lo cerewet. Lagian lo nggak kalem, tapi kelam hahaha." Ujar abrar sambil tertawa terbahak bahak. Jitakan Meira membuat aku menganga kembali.

"Lo nggak usah bingung Dis. Dia ini sahabat gue dari sd." Ujarnya sambil memandang abrar yang meringis. Aku hanya ber oh ria.

"Sudah sudah, jadi kamu bisa bekerja mulai hari ini? Nggak papa kok kalau pakai baju seperti ini sampai baju seragamnya selesai." Ucap abrar. Aku mengangguk semangat yang membuat kedua orang tersebut tersenyum.

BERSAMBUNG
HARUS BACA
Maaf kalau banyak typo. Dan oh ya readers, sebenarnya saya malas melanjutkan cerita ini karena ada yang menjadi readers silent. Jadi saya kurang semangat me.buat ceritanya. Karena sebenarnya vomment para pembaca adalah semangat saya untuk melanjutkan cerita ini. Jadi saya mohon pada para readers untuk memberi vomment.

Thank you yang sudah membaca cerita ini.
Love^3^

Nikah Muda (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang