Flashback..

28.2K 739 31
                                    


Gladis mengusap perutnya yang sudah membesar karena memasuki umur 8 bulan. Ia memandangi langit sore dari vila besar tersebut. Ia merindukan segala hal tentang Jakarta. Kakak kakaknya, ramai Jakarta, sahabatnya, dan juga termasuk....

Suaminya...

Gladis mencoba memaafkan Dirga. Walau kadang ia merasakan sakit hatinya kembali muncul, namun ia sudah memaafkannya.

Ketika sedang asyik mengamati sunset, ia merasakan pergerakan dari dalam perutnya.

"Hey, kalian rindu mommy ya? Kalian sehat sehat ya didalam. Nanti kalau udah lahir, kita ketemu daddy. Oke!!" Gladis tersenyum dan mengelus perut buncitnya.

"Mommy!!! Ada yang datang." Gladis berjalan pelan pelan menuju pintu tersebut. Seseorang yang selama ini dirindukannya sedang berdiri tegap didepannya.

"Dirga.." Gladis menatap Dirga yang hanya menatapnya datar.

"Apa kabar? Ayo mas-"

"Tidak perlu. Aku kesini hanya ingin memberikan ini." Dirga menyodorkan amplop krem. Gladis membukanya dan membulatkan matanya. Disana dengan jelas terpampang.

Surat perceraian

"Sesuai yang kamu minta, aku akan menceraikanmu. Dan ini, undangan pernikahanku." Gladis menerima undangan tersebut dengan bergetar.

"Setelah kita cerai, aku akan melangsungkan pernikahanku. Kuharap kau datang." Gladis menunduk. Tak lama ia rasakan seseorang memegang tangannya seolah memberi kekuatan.

"Baik, kami akan datang. Dan selamat atas pernikahanmu tuan Mahesa." Gabriel memandang Dirga dengan tatapan sinis. Ia menarik tangan mommynya dan menutup pintu tersebut seolah mengusir Dirga.

"Sudahlah mom, nggak usah sedih. Masih ada aku sama adek adek yang nemenin mommy." Gladis tersenyum paksa sambil mengangguk.
~~~~

Gladis menggendong bayi kecilnya. Ia sudah siap untuk menghadiri perceraiannya. Sekarang ia sudah berada di depan ruang perceraiannya.

"Kamu yang kuat Dis. Masih ada anak anak yang menjadi penyemangatmu. Aku juga bisa jadi penyemangatmu." Gladis hanya bisa tersenyum. Vino mengambil  alih bayi laki laki itu dari gendongan Gladis dan mendorong sedikit punggung Gladis. Didalam sana sudah duduk Dirga dengan tenang didampingi oleh seorang wanita yang ia tau adalah calon istri Dirga. Gladis pun duduk dikursi yang sudah disediakan. Persidangan pun berjalan dengan lancar. Hak asuh anak sepenuhnya jatuh pada Gladis.

Setelah persidangan selesai, mereka berjabat tangan. Dirga hanya menjabat sekilas lalu menarik kembali tangannya. Ia menggandeng calon istrinya. Gladis hanya mematung melihat sikap Dirga. Terjadi kesalahan. Seharusnya dia yang bersikap seperti itu. Bukankah ini terbalik? Pikir Gladis. Tak lama ia merasakan sesorang menepuk pundaknya.

"Ayo pulang. Kasihan baby mu nanti kepanasan kalau kelamaan.'" Ujar Vino menarik lembut tangan Gladis. Gladis hanya menurut dan memasuki mobil Vino.

Walau Gladis masih tersenyum kepada anak anaknya selama setahun belakangan ini, tapi Vino tau, Gladis selalu melamun dikala ia sendirian. Contohnya malam ini, Vino membuka pintu kamar Gladis ingin berbicara serius. Namun, Gladis bahkan tak menyadari kalau Vino sudah berada dibelakangnya.

"Dis!!" Gladis terkejut ketika ada sentuhan dibahunya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Vino yang menatapnya sendu.

"Aku mau ngomong serius sama kamu." Gladis menatap Vino bingung. Vino menarik nafas perlahan.

Nikah Muda (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang