Penyesalan

26.2K 751 19
                                    


Seorang anak kecil tertidur dipojokan dinding. Tak lama datang seseorang  dan membangunkan gadis kecil tersebut dengan tidak wajar.

"Hei bangun pembunuh. Sudah untung masih aku beri tempat tidur. Dan sekarang kau masih tidur. Bangun." Ujar seorang pria dewasa sambil membenturkan kepala gadis kecil itu ke dinding. Gadis kecil tersebut bangun karena merasakan denyutan dikepalanya. Ia mencoba berdiri namun kepalanya sangat sakit. Ia pun kembali terduduk.

"Maaf ayah, kepala Adis sakit." Ujar Gladis kecil merintih. Sedangkan seseorang yang disebutnya sebagai ayah hanya menatapnya tajam.

"Sakit katamu? Mana yanv lebih sakit aku yang kehilangan anakku. DASAR ANAK SIALAN." Ujar ayah tersebut mengamuk. Runtuh sudah pertahanan Gladis kecil ketika dirinya disebut dengan sebutan  anak sialan. Ia menangis tertahan. Sudah benerapa bulan ini ia hidup seperti ini. Sejak kakaknya meninggal. Tak lama datang seorang perempuan menghampiri mereka.

"Yah, ada apa hmm? Apa yang dibuat oleh anjing ini?" Ujar perempuan tersebut. Gladis kecil mengeluarkan isakannya ketika mendengar panggilan dari bundanya.

"Ini bun, anak sialan ini hanya bisa tidur, tidur dan tidur. Aku muak melihat anak ini." Ujar ayah Gladis. Sedangkan bundanya hanya mengelus bahu suaminya menenangkan.

"Sudah ayah, biar bunda yang menghukumnya. Ayah tunggu aja dikamar, ya." Ujar bunda Gladis lembut kearah suaminya. Ayah Gladis hanya mengangguk dan pergi menuju kamarnya. Bunda Gladis pergi menuju gudang dan kembali kehadapan Gladis dengan sebuah rotan.

"Sudah berapa kali kubilang, jangan membuat kami marah kalau kamu masih ingin hidup." Setelah itu hanya terdengar suara rintihan dan teriakan marah dari wanita tersebut.
*
*
*
Abrar pov

Aku menitikkan air mataku ketika mencerirakan semua penderitaan Gladis kecil. Kulihat Dirga hanya menyimak cerita ku sambil memasang wajah datar. Begitu juga kakak kakaknya yang menyimak, namun mereka memasang wajah iba, sedih dan lain lain.

"Tunggu, lalu apa hubungannya dengan masalah gue?" Ujar Dirga menyela. Aku menatapnya datar dan mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Sudah kukatakan, jangan menyela cerita." Ujarku. Aku menegakkan badanku dan menatap lurus kearah mereka.

"Dan semua semakin parah ketika ayah Gladis tau kalau istrinya sudah mempunyai suami lain. Bunda Gladis menikah dengan ayah selingkuhan lo. Ayah Gladis membunuh bunda Gladis dengan kejam. Sedangkan Gladis hanya bisa meraung melihat bundanya yang sudah tidak bernyawa. Raungan Gladis membuat ayahnya menghampirinya dan hampir saja membunuhnya namun pembantu yang bekerja disana melindungi Gladis dan membawa Gladis lari. Gladis dibawa kepanti asuhan milik pembantu tersebut. Dan 2 tahun disana, ia akhirnya diadopsi oleh keluarga Fakhri. Dan lo tau siapa ini?" Ujarku menyodorkan sebuah foto pria.

"Ya, dia adalah salah satu keluarga Pratama. Perusahaan yang selalu ingin menjatuhkan Mahesa inc. Sayangnya tidak ada yang berhasil." Ucapnya bangga. Aku hanya tersenyum sinis dan terkekeh membuat ia menatapku bingung.

"Lo salah dugaan bro. Ada yang terbodohi, yaitu lo." Ujarku tenang. Kulihat ia menggeram kesal.

"Dia sudah punya suami. Dan suaminya itu adalah anak dari keturunan Pratama. Yoga Pratama." Ucapku kembali. Kulihat Anjel hanya tersenyum sinis.

"Nggak, nggak mungkin kan. Lo ngarang cerita. Lo disuruh Gladis kan." Ujarnya marah. Aku hanya tersenyum sinis mendengar ucapannya tersebut.

"Lo jangan selalu nuduh Gladis. Dia wanita baik baik. Dan kalo lo nggak percaya, lo tanya aja sama selingkuhan lo."

Kulihat ia menoleh kearah Anjel. Tak lama kemudian bel berbunyi. Cici Gladis membukakan pintu dan ia kembali dengan seorang pria. Kami terkejut ketika melihat siapa yang datang.

"Well, karena suamiku sudah datang menjemput. Aku balik dulu keasalku." Ujar Anjel sambil tersenyum manis. Kulihat Dirga menahan amarahnya. Wajahnya memerah. Sedangkan kakak kakaknya yang lain hanya bisa tercengang.

"Kau!!! Lalu bagaimana dengan anakku?" Ujarnya sambil menunjuk kearah Anjel. Anjel hanya tertawa pelan.

"Hey, Dirga. Seharusnya kamu tau kalau kita terakhir kali berhubungan kapan? Dan oh ya, terima kasih saham yang kamu berikan padaku. Aku sangat menikmati. Ayo sayang kira pulang." Ujar Anjel menggandeng tangan pria tersebut. Mereka keluar dengan santai. Kami semua diam. Dan tak lama terdengar suara debuman.

"Sekarang lo liat. LO LIAT. BELUM MENGGANTIKAN GUE LO UDAH BUAT MASALAH DAN SEENAKNYA MEMBERIKAN ORANG SAHAM." Suara kakak Dirga yang kuketahui bernama Dimas membuat kami sedikit takut. Ia melayangkan pukulan pukulan mautnya. Sedangkan kami tidak bisa menghentikannya. Suara ketokan pintu membuat kami menoleh kearah pintu. Aku membuka pintu dan melihat 2 orang polisi memberi hormat padaku.

"Siang pak. Kami sudah berhasil menangkap tersangka yang bernama Anjelya Talita Silmi dan suaminya." Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Kemuadian, mereka berdua pergi dari kediaman Mahesa.

"Mereka berdua udah ketangkep karena kasus penipuan. Jadi anda nggak usah takut. Perusahaan anda aman." Ujarku membuat  Dimas melepaskan cengkramannya di kerah  Dimas. Dirga yang sudah babak belur hanya lemas. Tak lama kemudian, suara nada dering ponselku memecah kediaman.

"Halo, ada apa Dis?"

"Hiks..hiks... daddy. Mommy hiks.. kecelakaan." Aku bagai terkena guntur disiang hari. Masih kudengar Gabriel yang terisak.

"El, El tenang dulu okey. Daddy akan kesana." Panikku mematikan sambungan telpon. Mereka memandangku sambil mengernyit. Terlebih Dirga.

"Kenapa keponakan gue manggil lo daddy? Lo sama Gladis udah nikah?' Tanya salah satu kakak Dirga.

"Nggak bisa dijelasin. Tapi intinya ini kesalahan si brengsek ini." Aku pun berlari menuju mobilku. Yang ada dipikiranku sekarang hanyalah Gladis dan anak anaknya. Kupercepat laju mobilku berharap aku lebih cepat sampai ditujuan.

BERSAMBUNG...

Nah ini bonus karena saya terlambat update ya para pembaca....semoga kalian suka...

Nikah Muda (REVISI)Where stories live. Discover now