i'm gone

31.1K 745 32
                                    


Pagi yang cerah menemani Gladis yang sedang  duduk duduk ditaman bersama anak anaknya. Vino yang menjadi dokter Gladis mengawasi gerak gerik Gladis. Vino sedang asyik berbicara dengan Gabriel. Sampai akhirnya tangisan Chalven membuat mereka mengalihkan pandangan mereka. Vino pun menghampiri Gladis yang sedang menenangkan Chalven dan mengambil alih Chalven dari tangannya.

"Cup...cup..cup... Kamu kenapa nangis? Mommy kamu jahat ya." Gladis mendelik atas ucapan Vino. Sedangkan Vino hanya nyengir polos. Gabriel hanya cekikikan melihat wajah cemberut milik mommynya tersebut. Gabriel duduk di pangkuan Gladis dan memeluk mommynya. Ia terisak, membuat Gladis dan Vino terkaget.

"El, ada apa? Kok nangis?" Tanya Gladis seraya mengelus kepala anak sulungnya tersebut. Gabriel menggeleng pelan masih terisak.

"Mom, aku laper...hiks.." Gladis dan Vino hanya melongo konyol.

"Aku kangen masakan mommy..hiks...kan udah 3 bulan nggak makan masakan mommy. Aku kangen..hiks..aku minta maaf karena nggak bisa ngelindungin mommy." Gladis mengeluarkan air matanya dan mengecup lama puncak kepala anaknya tersebut. Tidak ada yang bisa ia katakan saat ini.

"Maaf,,maafin mommy El." Gladis terus mengucapkan maaf kepada anak sulungnya. Sedangkan Vino tak bisa berbuat apa apa. Ia ikut mengusap punggung Gabriel.

"Yasudah kalau El laper. Kita makan diluar ok!!" Ajak Vino mencoba membuat Gabriel senang. Namun Gabriel hanya menggeleng. Ia memeluk erat leher Gladis.

"Nggak mau, El maunya makan masakan mommy." Ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Gladis.

"Makanya, kamu doain mommy kamu cepat sembuh." Ucap Vino. Sedangkan Gabriel mengangguk dalam pelukan mommynya. Mereka dilanda keheningan. Akhirnya, Vino memutuskan untuk mengajak Gladis keruang istirahatnya. Mereka pun beranjak dari kursi taman tersebut. Baru mereka akan beranjak, Desyca menghampiri Gladis dan melayangkan tamparan keras kewajah Gladis membuat Gladis terduduk dengan Gabriel yang masih dipelukannya. Gabriel memekik melihat darah yang keluar dari sudut bibir Gladis.

"Siapa lo yang berani beraninya nampar kakak gue? Emangnya lo disini diistimewakan sampai sampai lo berani nampar kakak gue. Oh mentang mentang lo pernah donorin darah lo kemama gue lo jadi seenaknya. Sorry ya, tapi gue nggak pernah minta lo donorin darah lo kemama gue. Lagian kalo lo masalahnya dengan suami lo, jangan kakak gue yang lo tampar. Lo tu nggak tau diri banget." Ica melampiaskan marahnya kearah Gladis. Sedangkan Gladis hanya terdiam.

"Maaf, tapi ini masih dirumah sakit. Seharusnya anda jaga kesopanan." Tegur Vino dengan formal. Ica mengalihkan perhatiannya kearah Vino dan tersenyum sinis.

"Oh, jadi ini pacar lo. Setelah nggak dapetin Abrar, lo beralih ke seorang dokter. Hebat lo ya, setelah lo bilang suami lo punya kekasih, ternyata lo juga. Lo suami istri sama saja." Gladis tercengang mendengar perkataan Ica. Ica tersenyum sinis lalu pergi meninggalkan mereka. Gladis menunduk menahan air matanya. Ia merasakan usapan lembut ditangannya. Gabriel tersenyum kearahnya.

"Udah mom, nggak usah didengerin. Aunty kan selalu begitu." Gladis hanya tersenyum paksa. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan pikiran masing masing.
~~~~~

Dirga menghentikan langkahnya didepan pintu ruang rawat Gladis. Ia memantapkan hatinya untuk meminta maaf kepada Gladis. Dengan menghembuskan nafasnya perlahan, ia membuka pintu tersebut perlahan dan mendapati Gladis yang sedang tertidur pulas. Ia hampiri ranjang Gladis dan mengamati wajah istrinya. Apa ia bisa mendapat maaf dari Gladis setelah apa yang dilakukannya terhadap wanita ini? Ia mulai mengusap dahi Gladis lembut. Takut membuat si empunya terbangun. Namun, tak lama Gladis membuka matanya dan mengerjapkannya. Matanya langsung menatap wajah Dirga yang sendu. Ia bangkit untuk duduk dan menatap Dirga datar.

Nikah Muda (REVISI)Where stories live. Discover now