News Daddy

26.7K 727 8
                                    


Gladis sudah keluar dari rumah sakit. Sekarang ia berjalan dengan ketiga orang yang selalu menemaninya. Ia tidak memberitahu kak Rei karena ia tidak ingin menangis disaat ada kebahagian.

Saat ini mereka sedang menuju apartemen Meira. Gladis menggendong kedua anaknya disisi kiri dan kanan. Gabriel juga berada disamping sambil memandangi adik adiknya tersebut. Sedangkan Abrar mengemudi dengan khidmat mobilnya.

"Mom, adek aku yang perempuan mirip ya sama aku. Yang laki laki mirip sama mommy." Ujar Gabriel sambil mengusap usap pipi adeknya. Gladis hanya tersenyum menimang nimang anak anaknya.

"Dis, gua boleh gendong anak lo nggak? Salah satu aja." Ucap Meira menoleh kearah Gladis. Gladis hanya tersenyum dan menyerahkan anak laki lakinya ketangan Meira. Belum sampai didekapan Meira, Chalven sudah menangis duluan membuat Abrar tertawa kencang dan ditanggapi jitakan oleh Meira.

"Busyet lu Mei. Belum didekapan lo aja anak bayi udah nangis. Gimana lo mau punya anak bwahaha." Ledek Abrar sambil memegang perutnya karena saking kencangnya dia tertawa. Meira hanya mendengus kesal dan memalingkan wajahnya kearah jalan. Mendengar tawa Abrar yang kencang, Gabriel mendelik kesal.

"Uncle diam dong. Adek aku lagi tidur nih. Nanti kalau bangun kan kasian. Ya kan mom?" Ujar Gabriel kesal sambil berusaha melindungi adik adiknya. Abrar pun berhenti tertawa dan tersenyum.

"Ya deh El, uncle berhenti."

"Rasain lo diceramahin sama anak kecil." Ujar Meira tersenyum menang. Gladis hanya cekikikan melihat pertengkaran ledua sahabatnya tersebut.

"Mom liat. Chalven sama Clara bangun." Pekik Gabriel senang. Gladis pun memberi kecupan ringan pada kedua anank kembarnya tersebut.

"Hai, ini kakak kalian. Kakak kalian ganteng kan? Iya dong kan mommynya cantik." Ujar Gabriel narsis mengundang gelak tawa orang orang yang ada didalam mobil tersebut. Tak terasa mereka sudah sampai di apartemen Meira. Gladis pun turun dengan menggendong sikembar. Disusul dengan Abrar yang membawa perlengkapan bayi dan perlengkapan Gladis.

"Uncle, sini aku tolongin satu. Kan nggak enak jadinya." Ujar Gabriel mengusap tekuknya kikuk. Abrar pun hanya tersenyum dan mengacak acak rambut Gabriel.

"Nggak papa El. Kan uncle yang maksa tadi." Ujarnya sambil berjalan diiringi oleh Gabriel. Gabriel hanya mengangguk.

Mereka sudah sampai didalam apartemen luas milik Meira. Gladis duduk dengan Meira disamping kanannya. Sedangkan Abrar duduk disamping kirinya sambil memangku Gabriel. Sedang asyik asyik membelai bayi bayi yang baru lahir tersebut, Gabriel mengeluarkan suara imutnya.

"Oh ya mom, ngg..boleh nggak aku panggil uncle Abrar dengan sebutan daddy." Ujar Abrar membuat keadaan hening. Gladis pun hanya tersenyum simpul pada anaknya.

"Sayang, kan kamu udah punya daddy. Nanti kalau uncle Abrarnya marah gimana?" Ujar nya lembut mencoba membuat Gabriel mengerti. Gabriel hanya mendengus kesal.

"Nggak papa lah Dis. Itung itung buat pengalaman dipanggil daddy. Nggak papa kok." Ujar Abrar memandang lembut kearah Gladis.

"Tuh, sama uncle aja boleh. Masa sama mommy nggak. Ayolah mom. Lagian aku ogah manggil 'dia' dengam sebutan daddy lagi." Gladis hanya menghela nafasnya mendengar ucapan anaknya. Tapi nggak ada salahnya juga. Toh ini demi kesenangan anaknya juga.

"Yaudah boleh kok." Gabriel pun berteriak senang dan memeluk Abrar. Abrar hanya tersenyum menanggapi tingkah Gabriel.

"Yee...makasih mommy. El sayang mommy." Gladis hanya tersenyum sambil mencubit gemas pipi anaknya tersebut.

"Apasih yang nggak buat anak mommy." Gladis mencium pipi anaknya tersebut yang ditanggapi senyum bersinar milik Gabriel. Tanpa mengetahui bahwa kedua orang tersebut saling membagi sms.

"Kau hampir berhasil Brar. Lo sudah merebut hati anaknya. Sekarang tinggal ambil hati Gladis. Dan kalian akan menjadi keluarga yang bahagia. Gue akan melakukan apapun demi kebahagian kalian berdua. Gue dukung lo terus."

"Thank you. Lo emang sahabat gue yang paling the best."

Pesan singkat tersebut membuat mereka memberikan telapak tangan mereka dan membuat tos.

BERSAMBUNG
Maaf kalau ada typo. Vomment readers penyemangat saya untuk menulis cerita ini.

Nikah Muda (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang