You hurt me

26.4K 808 9
                                    

Bacanya sambil dengerin lagu mulan jamella yang judulnya lagu sedih itu yakk readers..

Sudah beberapa bulan Gladis bekerja di mini market milik Abrar. Mereka berdua sudah dekat bagaikan sahabat lama. Gabriel juga dekat dengan Abrar karena tingkah konyolnya. Abrar sangat sayang terhadap anak anak. Terbukti karena ia mempunyai panti asuhan di daerah ini. Ia juga sabar dalam menghadapi tingkah Gabriel yang manja padanya. Membuat Gladis sedikit segan padanya.

Usia kandungan Gladis sudah memasuki umur 9 bulan. Diprediksi sekitar 2 minggu lagi. Ia juga sudah menyiapkan peralatan bayinya. Ketika usg, Gladis menemukan fakta baru kalau dia mengandung anak sepasang. Membuat ia menangis terharu. Gabriel juga sangat posesif padanya. Alasannya supaya dedeknya mirip sama dia. Abrar dan Meira banyak membantunya. Dan Kak Rei yang selalu meneleponnya. Ngomong ngomong tentang kak Rei, ia memberitahu sebuah pernyataan yang membuat Gladis menangis sehari semalam. Kakaknya, kak Adit. Tidak mengetahui kalau ia tidak berada dirumah. Membuat hatinya pilu. Namun itu hanya sebentar ketika ia melihat senyum anaknya. Ia meyakinkan dirinya bahwa suatu saat semua akan kembali padanya. Ia meyakini itu.

Gladis pov

Saat ini aku sedang merapikan barang barang yang ada di rak rak. Kegiatanku terhenti ketika lonceng yang ada diatas pintu berbunyi menandakan ada yang masuk.

"Selamat data-" ucapanku terputus ketika melihat orang yang masuk. Dia juga sedikit menampakkan ekspresi kagetnya namun hanya sebentar. Ia memeluk pinggang perempuan yang ada disampingnya posesif. Mereka pun menuju rak rak dan aku menuju tempat kasir. Aku mendengar canda tawa mereka membuat aku tersenyum kecut. Tak lama mereka berdua datang. Aku memandang mereka dingin.

"Berapa semuanya?" Ucap Dirga santai padaku. Aku menghitung belanjaannya dengan sebelah tangan. Sedangkan tanganku yang satu lagi memegang perutku. Ketika sedang asyik menghitung, aku dengar kembali bunyi lonceng dan suara yang aku kenal menyapaku.

"Yo Dis. Serius amat kerjanya." Ujar Abrar sambil mengangkat sebelah tangannya dan berjalan santai kesebelahku. Aku hanya menoleh sambil tersenyum dan menghitung kembali belanjaan orang yang sangat ingin aku hindari.

"Nanti kalau nggak serius, bisa bisa digeplak lagi nih kepala." Ujarku bercanda sambil mencabut struk belanjaan orang tersebut.

"Ya elah lu. Lebay deh lu. Masa boss lu yang kece badai ini mukul kepala cantik lo. Bisa bisa tangan gua patah lagi." Aku melotot padanya yang hanya ditanggapi cengiran lima jari darinya. Aku hanya menggeleng geleng sambil memberikan kantong belanjaan kepada kedua orang tersebut.

"Semuanya dua ratus lima ribu tuan." Ujarku menekankan kata tuan.

"Busyet lu Dis. Ngemengnya dingin amat." Ujar Abrar membuat aku hanya tersenyum. Sedangkan kedua orang tersebut hanya melihat kami dalam diam. Orang itu pun memberikan uangnya.

"Terima kasih." Ujarku sambil memerengkan kursiku menghadap kearah Abrar karena tidak ingin melihat mereka berdua. Mereka pun pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku pun menunduk. Dan tak lama kemudian, tanpa diundang air mata jatuh dari mataku. Aku menangis tertahan menahan sakit di ulu hatiku.

"Dis sabar ya, gue sengaja kesini karena melihat mereka menuju kesini. Makanya gue temenin lo disini. Lo jangan nangis lagi ya. Kasian baby lo nanti kenapa napa." Ujarnya sambil memegang bahuku yang bergetar. Bagiku, Abrar dan Meira bagaikan penolong hidupku. Mereka selalu membuatku melupakan masalahku. Aku meletakkan kepalaku dibahunya. Kurasakan ia mengelus punggungku. Aku ingin mencoba menghentikan tangisku. Namun tangisku semakin pecah ketika kurasakan sakit yang menyerang didaerah pangkal pahaku. Aku mencengkram perutku kuat membuat Abrar memandang khawatir. Kesadaranku hampir saja hilang kalau saja Abrar tidak mengguncang tubuhku.

Nikah Muda (REVISI)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ