penderitaan

28.2K 745 12
                                    


Abrar menggendong Gladis menuju kamarnya. Ia tidak tega membangunkan Gladis yang kelihatan capek. Sedangkan Meira menggendong Clara yang juga tertidur pulas.

"Aunty, mommy sama Clara nggak papa kan?" Tanya Gabriel sembari menggendong adik kecilnya. Meira hanya tersenyum mengangguk. Diusia yang masih 7 tahun itu, Gabriel sudah mengalami yang namanya broken home. Siapa saja pasti akan bersimpati melihat derita anak kecil seperti Gabriel. Tak lama Abrar sudah berada didekat mereka.

"Mommy nggak papa kok El. Cuma mungkin mommy lelah aja. Jadi biarin aja mommy tidur dulu ya sayang." Ujar Abrar mensejajarkan tingginya denfan Gabriel. Gabriel mengangguk dan tersenyum. Untung saja ia memiliki orang seperti Abrar dan Meira.

"Yaudah El. Biarin Chalven tidur disebelah mommy kamu. Kamu nggak capek gendong adek kamu?" Gabriel menggeleng menjawab pertanyaan Meira.

"Selama itu membuat adek aku nyaman. Aku nggak akan pernah lelah menggendongnya. Dan kami yang akan melindungi mommy kalau kami udah besar." Meira dan Abrar memandang takjub wajah Gabriel. Bayangkan saja anak umur 7 tahun menggendong bayi dan berbicara seperti itu. Oh tuhan kenapa kau beri derita seperti ini pada anak kecil ini? batin Meira miris.

"El kira cuma El dan Chalven yang akan melindungi mommy kamu? Daddy juga akan melindungi mommy kamu." Ujar Abrar mengacak acak rambut Gabriel. Gabriel hanya cengengesan mendapat perlakuan seperti itu dari Abrar.

"Gimana mau ngelindungin mommy. Kalau digelitik saja matanya sudah berair." Celetuk Gabriel mengundang gelak tawa. Sedangkan Abrar menunjukkan wajah cemberutnya.

"Iya iya kamu menang deh. Yaudah biarin adek kamu tidur. Kasian loh nanti adeknya." Gabriel menganggukkan kepalanya sembari mencoba menghentikan tawanya. Dengan hati hati ia meletakkan adiknya disamping tempat tidur mommynya tersebut. Ia mengajak keluar kedua orang sahabat ibunya membiarkan mommy dan adiknya tidur.

~~~~~

Sinar matahari membuat Gladis terbangun dari tidur lelapnya. Ia melihat seseorang sedang membuka tirai kamar tersebut. Ia mengerjapkan mata indahnya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Ketika sudah terbiasa dengan cahaya matahari pagi, ia melihat seorang yang selama ini membantunya.

"Kamu sudah bangun Dis?" Tanya Abrar sambil menuju kearah ranjang Gladis. Gladis hanya mengangguk dan melihat kesekitar kamarnya.

"Anak anakku mana Brar?" Tanya Gladis. Abrar tersenyum dan meninggalkan Gladis untuk menghampiri 2 box bayi tersebut. Ia menggendong anak kembar Gladis dan menghampiri Gladis.

"Ini, sebaiknya kamu memberi mereka asi." Ucap Abrar meletakkan Chalven dan Clara kegendongan Gladis. Gladis hanya mengangguk seraya menyambut kedua anak kembarnya.

"Abrar, Gabriel mana?" Tanya Gladis sambil menimang nimang anak kembarnya. Abrar yang akan keluar pun menoleh dan tersenyum.

"Dia bantuin Meira buat sarapan. Ia memaksa untuk bantuin Meira." Gladis hanya tersenyum mendengar perkataan Abrar. Ia pun mengode Abrar untuk keluar dari kamar tersebut.

"Jangan lama lama ya. Nanti sarapannya dingin loh." Ucap Abrar yang hanya diangguki oleh Gladis.
~~~

Gladis sekarang sudah bergabung dimeja makan bersama kedua sahabatnya dan anaknya. Sedang asyik asyiknya makan, Gladis membuka suaranya memecah keheningan.

"Ra, Brar aku mau minta izin." Ucap Gladis membuat Meira dan Abrar menoleh padanya. Gabriel jufa ikut menoleh pada Gladis karena bingung atas apa yang diucapkan oleh mommynya tersebut.

"Lo mau minta izin kemana? Kayak disekolah aja." Tanya Meira memandang Gladis. Gladis hanya tersenyum tipis.

"Aku ingin pergi kepanti asuhan. Mungkin disana aku bisa menenangkan pikiranku. Aku juga merindukan bunda. Dan juga adik adikku yang ada disana. Aku juga merindukan pohon pohon yang ada disamping panti. Kumohon izinkan aku." Ujar Gladis sdikit memelas. Sedangkan Meira tampak berpikir dan menghela nafas.

Nikah Muda (REVISI)Where stories live. Discover now