Chapter 19

718 43 0
                                    

No One Can Stop Us - Dipha Barus
ft. Kallula

" Terkadang seseorang menjauh bukan karena dia berhenti peduli, tapi karena lelah kepeduliannya sudah disia-siakan. "
—Unknown
***

Sepulang sekolah, Atha melihat mobil ayahnya terparkir di lahan parkir SMA national plus.

Atha menyapa Arya penuh semangat dan hangat, " Hai pah!"

Arya mencium kening Atha, " Siap?" Atha mengangguk mantap, pintu mobil Arya buka untuk Atha, seperti seorang pelayan.

Hari ini Atha akan dating dengan ayahnya sendiri. Sudah sangat lama dirinya tidak pernah jalan-jalan berdua dengan ayahnya.

" Tadi bagaimana pelajarannya? Susah?"

Atha mengangguk, " Sejak aku amnesia, pah, jadi lupa terus pelajarannya. Hehehe," kekeh Atha. Lalu membuka buku fisika.

Atha tahu dulu ayahnya ketika SMA mengikuti olimpiade fisika dan memenangkannya.

Setelah Arya menjelaskan, Atha tersenyum. " Terima kasih pahh, im the luckiest daughter in this world."

Arya membalasnya dengan menggenggam tangan putrinya dan menciumnya berkali-kali. Namun tiba-tiba sesuatu mengalir keluar dari lubang hidung Atha.

Darah segar.

" Pah, a-aku mimisan."

Seketika Arya panik, mengerem mobilnya yang menghambat beberapa pengguna jalan. Keselamatan putrinya lebih utama baginya.

" Pake tissue, sayang. Ditahan. Nanti sampai parkiran Papa kasih sesuatu yang ada di kotak P3K mobil," balas Arya memberi belasan lembar tissue pada Atha dan membantunya membersihkan darah-darah yang masih mengalir tak henti.

Aku lelah. Aku lelah berjuang demi hidup yang sempurna dan normal.

" Pah, udah. Im fine, seriously. Papa nyetir aja, gak usah khawatirin Atha," cetus Atha menggenggam tangan Arya erat, lalu tersenyum.

Arya hanya mencium punggung tangan Atha berkali-kali, " Maafin Papa."

" Papa gak salah kok. Kalau takdir berkata seperti ini, aku gak bisa nolak," kata Atha dengan sedikit terengah-engah.

Arya mengangguk pelan, lalu melanjutkan aktivitasnya yaitu menyetir.

***

" Mbak, saya pesan Caesar salad dan minumnya Ice lychee tea."

Arya menatap Atha tajam, namun tersenyum. " Kan gak kenyang, sayang."

Atha tersenyum pada ayahnya, " Mager makan, Pah."

Arya tertawa, melihat putrinya kembali ceria adalah hal paling menyenangkan di hidupnya.

Atha memakan makanan yang ia mesan dengan lahap. Bahkan Arya hanya tertawa melihat anaknya begitu 'rakus' memakannya. " Pelan-pelan dong, sayang."

" Abis ini kemana pah?" tanya Atha sambil memakan leci yang ada di ice lychee tea miliknya.

Arya mengatakan, dirinya akan mengajak Atha menuju satu toko baju dewasa.

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang