Chapter 22

649 46 0
                                    

Belahan Jantungku - Andien

" As he read, i fell in love the way you fall asleep: slowly, and then all at once."
—The Fault In Our Stars (2014)
***

Atha kini hanya fokus menjalankan kemoterapi yang dalam beberapa bulan lagi ia akan sembuh total.

Homeschooling. Ia membencinya, namun karena kondisi fisiknya tak bisa dipaksakan ia terpaksa mengikutinya agar tidak tertinggal pelajaran.

" Hari ini kita selesai ya, belajarnya. Lusa kita belajar lagi," ucap Kinan tersenyum pada Atha, lalu membantu Atha membereskan bukunya. " Kamu dibawah aja. Mama yang bawa ke atas, kan cape bawa giring tabung oksigen," tambah Kinan lalu meninggalkan Atha sendiri.

Atha menatap layar ponselnya, terlihat jelas di homescreen gambar dirinya dan Satria. Sudah satu bulan dirinya tidak bertemu dengan Satria. Rindu merasuki dirinya. Namun sekarang Satria sedang ikut serta turnamen basket sehingga dihantam latihan yang menyita waktu banyak.

" Kira kira dia sibuk gak ya?" gumam Atha mengetuk jari-jarinya di meja. Atha memutar bola matanya, lalu beranjak pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.

Perempuan itu sederhana. Yang rumit itu moodnya, dan khawatirnya, dan rindunya.

***

Satria mengangkat piala juara satu turnamen antar sekolah menengah atas di Jakarta dengan bangga. Tubuhnya diangkat oleh teman-temannya dan meneriakkan nama tim basket national plus high school.

Hari yang melelahkan bagi Satria, ia menyeka keringatnya dengan sapu tangan yang ia bawa. " Selamat ya, bro. Gila lo tadi shoot three pointnya mantap abis," puji Matthew ber hi-five dan meninggalkan Satria seorang diri di lapangan indoor basket national plus.

Satria menatap layar ponselnya. Kalian ingat ketika Satria dan Atha berfoto di dalam pesawat menggunakan polaroid? Satria menggunakan foto polaroidnya di homescreen ponselnya. Satria tertawa kecil, mengingat satu bulan lamanya dirinya tidak bertemu Atha.

Satria menatap sekeliling dan tertuju pada satu figur perempuan yang ia kenal sedang mencoba freethrow, ia masih seperti sebulan yang lalu, namun perlahan rambut tumbuh di kepalanya, bisa dikatakan seperti Hazel Grace —nama seorang perempuan di salah satu karya John Green— dan juga masih mengenakan alat pernapasan.

Cantik, yang bisa Satria definisikan pada gadis tersebut yang secara tiba-tiba muncul di depan matanya. Ekspresi ketika dirinya tak mampu menyelesaikan freethrownya, ekspresi ketika dirinya bahagia karena memasukkan bola tersebut ke dalam ring.

Atha menatap Satria dengan napas panjang. " Kamu gak mau bantu aku?" Satria sengaja tidak mendengar perkataan Atha, ia langsung berlari mendekapnya. Sehingga Atha harus berjinjit karena sepertinya Satria semakin tinggi setelah satu bulan tidak bertemu.

Satria menangis, betapa rindu dirinya pada gadis bertubuh mungil itu. " Aduhh kenapa pake nangis sih, Satria baru aja bawa nama national plus jadi juara. Satria emang cocok jadi kapten," sahut Atha mengelus punggung Satria pelan. Satria menghiraukan perkataan Atha, ia mengeratkan pelukannya.

" Satria!" desis Atha pelan. " Aku sesak," lanjutnya. Satria melepas pelukannya dan hanya terkekeh membuat Atha menatap dirinya tajam.

HiddenWhere stories live. Discover now