Lockers - part 22

821 90 65
                                    

Hanya detak jantung yang tahu, betapa senangnya aku saat berada di hadapanmu.
-Keira-

•••

Sejak kemarin hingga pagi ini hujan sepertinya enggan untuk berhenti, karena takut terkena basah jika membawa motor, aku pun di antar ke sekolah menggunakan mobil bersamaan dengan Papah ku yang ingin pergi bekerja.

"Makasih ya Pah, Keira turun dulu." ucapku pada papah.

"Nanti kamu pulang sama siapa sayang? " tanya Papah.
"Atau Pak Min nanti yang jemput kamu? " lanjutnya.

"Nanti saya yang jemput aja non. " sambung Pak Min.

"Gak usah Pah, Pak Min, nanti Keira bareng Vela aja. " jawabku tersenyum.

"Oh yaudah nanti kamu hati-hati ya" ujarnya.

"Iya Pah, assalamu'alaikum" kataku setelah salim dan pamit pada mereka.

Aku berjalan di koridor dengan tenang, sepanjang koridor masih sangat sepi, mungkin karna hujan jadi siswa di sekolah ini di perbolehkan telat sedikit dari waktu biasanya.

Sekarang aku berada tepat di atas anak tangga lantai 2 yang bersebelahan dengan kelasku, maju sedikit lalu bertumpu pada pembatas kemudian terdiam sejenak untuk menikmati hujan pagi ini.

"Keira? " terdengar suara seseorang, aku menoleh ke arahnya.

"Lo ngapain disini? Lo udah ngerjain pr Biologi? " kata Vita.

"Pr Biologi? " aku menaikkan sebelah alisku.

Tanpa berkata lagi Vita menarikku ke dalam kelas, suasana kelas ternyata sudah sangat riuh, berisik banyak yang mondar-mandir gak jelas.

"Parasaan gue periksa semalem gak ada pr deh, " kataku.

"Lo gak periksa Line juga ya? Si Reihan baru ngasih tau jam 11 anjir"

Vita melayangkan tatapan membunuh pada Reihan, kemudian orangnya pun tersadar lalu menghampiri kami.

"Sorry, lo pasti lagi pada kesel sama gue ya?" Kata Reihan sambil meringis.
"Udah tau nanya huu" tanggap Vita.

"Emang bu Wina ngasih tugas jam berapa Han? " tanyaku berusaha Rilex. -padahal mah panik-

"Dari jam 7 malem sih Kei, nah kan abis traktir lo semua gue pulang, cape terus tidur. Jadi gak sempet nge-cek Email.

"Ohh iya, gue juga langsung tidur sih yaudah kita cepet kerjain kuy." ajakku lalu langsung bergegas duduk.

Aku tidak ingin memasang wajah kesal seperti yang lain karna aku tau tugas seorang ketua kelas memang berat, belum tentukan dia selalu mantengin internet untuk mendapatkan tugas tambahan dari guru.

"Ahh udah masuk IPS kenapa gue masih ketemu Biologi sii." umpat Aurel yang frustasi.

Kali ini aku sangat setuju dengan umpatan Aurel karna kami ini anak IPS tapi masih saja bertemu yang namanya Biologi walaupun judulnya yaitu Biologi lintas, bukan minat yang seperti di pelajari anak IPA.

"Yah pulpen gue abis lagi," ucapku.
"Gue minjem pulpen dong guys." lanjutku.

Vita, Aurel, Niken memeriksa tempat pensilnya masing-masing.

"Gak ada Kei, cuma punya satu." kata Vita.

"Gue punya sih tapi di rumah hehe" kata Niken.

"Gue ada tapi dimana ya ah WOY SIAPA SIH YANG BETAK PULPEN GUE? " teriak Aurel pada semua.

"Berisik lo Rel, udah tau lagi pada panik. " tanggap yang lain.

"Mengkanya kalo naro pulpen jangan sembarangan huuu" sorak lainnya.

"Yee malah pada nyorakin, yaudah sekarang ada yang punya pulpen 2 gak?" tanya Aurel lagi.

"Gak ada"
"Cuma satu"
"Di betak juga"
"..."
"..."

Dari sekian banyak penghuni kelas ini, tidak satu pun yang mempunyai cadangan pulpen. Hadeehh

"Yaudah gue coba liat di loker deh, siapa tau ada." kataku.

"Mau di anterin gak? " tanya Vita, Niken, Aurel.

"Emm gak usah, kalian selesain aja tuh nanti gue nyontek hehe"

"Ada juga kita nungguin lo Kei haha"

"Huu dasar." timpalku.

aku pun bergegas menuju lokerku.

"Nah ini ada, " gumamku setelah melihat beberapa pulpen yang ternyata ada di dalam loker.

"Cobain dulu kali ya? " aku langsung mencoba satu per satu pulpen yang aku punya.

Ceklek
Bunyi loker di sampingku yang terbuka.
"Yang ini gak nyata, yang ini mendelep, yang ini bocor, yang ini warna biru, yang ini warna merah, arrgghh gak ada yang normal apa? " batinku kesal.

Buk... Ceklek
Sepertinya orang yang ada di sampingku sudah selesai lalu menutup lokernya.

"Aduh kalo gak ada gue bisa gak selesai nih ahh" gumamku.

Lalu aku melihat 1 pulpen yang nyelip di antara tumpukan buku, aku mengambil lalu mencobanya dan yess nyata + seratus persen normal. Hihi

Aku mengunci loker dengan tersenyum, lalu tak sengaja melihat sesuatu yang terjatuh di bawah.

"Punya siapa nih? " aku mencoba mengambil benda itu yang sepertinya sebuah name tag.

"Itu punya gue. " belum sempat melihat nama yang tertera, suara seseorang sudah terdengar olehku.

Aku mengalihkan pandangan ke depan.
Deg

K-ka Albyan?

Dengan cepat aku membalikkan name tag itu.

-Albyan Fareskha-

Yaampun gue megang name tag gebetan waahhh.

Dia berjalan ke arahku, rambutnya basah dan sedikit berantakan, wajahnya bening dan cerah, matanya jernih, sejernih senyumnya yang kini terpancar indah mengarah padaku.

Meleleh hayati bang.

"Itu kayanya punya gue, tadi jatuh pas gue lagi ngambil ini" dia menunjukkan saputangan yang di pegangnya.

Ku ingin menjadi saputangan ya allah.

"Ah.. Eh... Emm iya ini punya kaka, " aku langsung memberikan name tag nya.

Gemeteran astogehh.

"Oke makasih ya, gue duluan. " katanya.

Dia berjalan membelakangi ku lalu berhenti dan berbalik.

Aku yang masih mematung pun tersadar dan tersenyum, lalu dia membalas dengan melayangkan senyuman mautnya.

Aku memegang dadaku, merasakan jantungku yang berdetak mencapai top speed.

Oksigen mana oksigen?

Abis nafas gue...

Astagaa meleleh nih meleleh

Panasss anjirrr

Mimpi apaaa gue semalem? Ketemu pangeran disaat panik gini... Panik? Yaampun lupa gue, tugas biologi belum selesai huuaahhh

Btw, loker gue sebelahan sama dia nih? Anjirr bakalan modus mulu gue haha

••

Albyan comeback guys, dengan pesona yang bikin Keira dag dig dug serr wkwk

Stay read guys, pencet gambar bintang yooo 👌

Only HopeWhere stories live. Discover now