Thank you - part 28

891 84 73
                                    

Aku merasa dekat denganmu, bahkan hanya karena aku mengetahui sebagian kisah dari hidupmu.
-Keira-

•••

Sejak senin, aku selalu bertanya tentang Ka Albyan kepada Dio, tidak dengan cara agresif tapi dengan perlahan, satu hari dua pertanyaan dan tanpa akar. Seperti itu.

Ka Albyan adalah kaka kelas Dio sewaktu SMP, mereka dekat karena pernah satu eskul yaitu eskul Basket.

Eskul yang pernah di ikuti Ka Albyan adalah Basket, Sepak bola, Karate, Seni, Bulu tangkis, Volly, English club. Bukankah itu sangat banyak? Aku hanya bisa menganga saat Dio memberitahu ku itu.

Ka Albyan termasuk siswa populer di sekolahnya dulu -sekarang juga sih-, bukan hanya karena fisiknya yang membuat para cewek menggila, tapi juga kepribadiannya yang misterius. Terkadang dia bersikap dingin dan tidak jarang juga dia bersikap sangat friendly.

Dia salah satu siswa yang sangat di sukai sekaligus di benci guru, prestasinya di bidang akademik dan non akademik sangatlah membanggakan, tetapi kebiasaan bolos dalam pelajaran tertentu sangat tidak bisa di maafkan.

Terlepas dari kehidupannya di sekolah, aku juga bertanya tentang kehidupan pribadinya seperti keluarga atau pacar mungkin.
Tapi tidak ada jawaban yang ku dapatkan dari pertanyaan, ya...seperti yang sudah ku katakan bahwa Ka Albyan adalah orang yang misterius.

Selanjutnya, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi karena Dio yang mulai curiga dengan alasan dari setiap pertanyaanku.

"Lo suka ya sama dia? " tanya Dio dengan menatapku lurus.

"Engga, gue cuma mau sekedar tau aja kok, " jawabku sambil menyeruput santai Coffe latte di depanku kini.

Hening, Aku pun mengalihkan pandanganku ke arah Dio.

"Apa? " ujarku saat melihat Dio menatapku dengan tatapan menyelidik.

Dio menaikkan sebelah alisnya, "Gapapa gue cuma mau liat lo bohong apa engga. " katanya yang membuat aku sedikit gugup.

Santai Kei santai jangan sampe ketahuan!

"Terus apa yang lo liat? " jawabku dengan melawan balik menatapnya.

Dio semakin menatapku dengan lekat, aku berusaha santai membalas tatapannya, alhasil kami pun saling menatap.

"Brukk" tiba-tiba gebrakan meja menyadarkan kami.

"Woy kalian ngapain tatap-tatapan begitu di kantin? Mau bikin gosip hah? " ujar Vela yang langsung duduk di depanku.

Aku pun melihat ke sekitar dan mendapatkan beberapa pasang mata yang memperhatikan kami.

Karena malu aku langsung meneguk minumanku lagi, sedangkan Dio hanya menggaruk kepala yang sepertinya tak gatal.

"Gue kepilih Kei, " kata Vela dengan tersenyum lebar.

"Demi apa? " ujarku tak menyangka.

"Wiih selamat ya Vel, " ucap Dio.

"Hehe makasih Di, lo ngasih selamat juga dong Kei! " ujar Vela.

"Eh iya, oke selamat deh Vel, gue iri sama lo. " kataku sedih.

"Haha jangan sedih dong Kei, kali aja di kelas lo ada yang pindah juga, " jawab Vela.

"Gak jadi OSIS sama MPK juga gak rugi kali Kei," ujar Dio.

"Ya tapi gue pengen aja Di. " jawabku.

Only HopeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu