Peka? - Part 32

950 73 40
                                    

Tidak mudah untuk merubah perasaan yang hati tetapkan, Meskipun itu baru saja muncul di permukaan.

***

Apa sekarang aku sedang bermimpi?

Dengan segala kejadian yang aku alami, ini benar-benar terasa seperti mimpi.

Mengenalnya secara langsung...

sekalipun aku tidak pernah memikirkan hal itu.

Bagiku, itu angan yang terlalu jauh untuk seorang secret admirer sepertiku ini.

Apa aku bisa...,

"Keira Syadra Alifia!!!" suara pekikan membuat tubuhku melompat reflek mendengarnya.

Aku terkejut.

"Iya Pak?" tanyaku bingung sambil melihat ke semua mata yang kini menatapku.

"Ini adalah waktunya untuk belajar! Bukan melamun!" bentak Pak Dodi dengan kumis tebal yang membuat dia tampak seram.

"Maaf Pak, saya gak akan ngulangin lagi Pak," kataku seraya menunduk takut karna mendengar suaranya.

Untuk pertama kalinya, aku dibentak oleh seorang guru. Damn.

Aku melihat Pak Dodi geleng-geleng kepala, "Cepat kamu kerjakan soal ini!" perintahnya sambil menunjuk papan tulis dengan spidolnya.

"Soal apa?" gumamku, kemudian mataku membulat sempurna saat melihat judul dari soal itu.

Hah?

Trigonometri?

Mampus gue!

*

"Minum dulu Kei, tahan-tahan." Niken menyodorkan jus Alpukat yang baru dipesannya.

"Gue malu, gue kesel!" ujarku dengan mengaduk kasar jus itu.

"Sabar Kei, lagian cuma temen kelas lo kan yang liat." celetuk Vela sambil menyeruput minumannya santai.

"Aisshh!" Aku menatap Vela tajam, dia seperti tidak tahu saja kalau aku sangat anti dengan hal yang dapat mempermalukanku, meskipun itu hanya di antara teman kelas.

"Walaupun cuma gitu, gue juga ngerasa kesel Vel," kata Aurel, aku menoleh ke arahnya lalu mengangguk seperti mengatakan -bagus!-.

"Nih, ya. Lo tau gak Kei, pas lo gak bisa jawab soal itu, Pak Dodi langsung senyum puas gitu, " ucap Aurel, "kaya ngerasa menang dari lo, Kei!" lanjutnya.

"Gue rasa, dia punya dendam terselubung sama lo, Kei." sambung Vita dengan suara kecil yang tegas.

Seketika keningku mengernyit, "Lah emangnya gue pernah salah apaan sama dia?"

"Emm," Vita mengalihkan pandangannya ke atas.

"Emm ... mungkin karna selama ini, lo selalu merdeka ngerjain soal-soal dia, pas dia lagi mau nyusahin kita dengan soal MTK yang abstrak itu. Lo kaya gak tau sifatnya aja, yang gak pernah seneng kalo anak muridnya merdeka." pendapat Niken sambil menatapku yakin.

Aku menaikkan kedua alisku sambil melihat satu per satu temanku yang sedang mangut-mangut setuju.

"Kalo kaya gitu, ngapain dia mau jadi guru coba?!" Aku menjauhkan gelas jus alpukat dengan kesal, "gue harap kelas 11 nanti, gue gak di ajarin sama dia lagi!" umpatku sedikit kencang.

Only HopeWhere stories live. Discover now