Wrong Opinion - Part 39

610 43 27
                                    

Kejujuran.
Untuk saat ini, aku membenci itu.
-Keira-

***

Awan mendung yang terlihat di pagi hari,

burung kecil yang tidak berkicau dengan ramainya,

dan tawa canda yang seolah hilang dari ingatan semua orang,

membuat rasanya aku tidak ingin terbangun dari mimpiku semalam.

"Kei, Keira," suara panggilan membuat kepalaku menjauh dari tumpuan tanganku di meja.

"Hm?" aku menenggak ke arah Feby yang kini berdiri di sampingku.

"MTK? Liat dong hehe," katanya sambil tersenyum meminta, tidak lupa juga dengan alis yang bermain naik turun.

Aku langsung mengambil bukuku yang berada di kolong meja lalu memberikan padanya.

"Asik...." serunya seperti biasa.

Tanpa membalas kesenangannya, aku menumpu tangan kembali dan ingin menenggelamkan wajahku di sana.

"Loh, kayaknya nomer dua bukan pake cara yang ini deh, coba gue samain dulu ya," ujarnya sembari membandingkan jawabanku dengan buku lain yang di pegangnya.

Aku menghela napas. Ada dua tipe orang menyontek yang aku tahu, pertama, menyontek tanpa bertanya dan kedua menyontek dengan terus bertanya dan membandingkan jawaban ke siapapun yang dia tanya.

Dan untuk waktu saat ini, aku tidak mau terlibat dengan tipe kedua, tapi sayangnya orang ini termasuk ke dalamnya.

"Nah! Iya nih, lo salah cara, Kei, aturan lo pak--"

"Feb, kalo menurut lo punya gue salah, yaudah jangan ikutin." potongku cepat.

"Tapi cara yang dipake Sella lebih gampang nih, gak ribet. Coba lo liat deh, Kei," jawabnya sambil membuka dan menaruh kedua buku di mejaku.

Aku merasa kesal dan beranjak dari tempat duduk, "Tutup buku gue dan jangan mikirin jawaban gue yang salah!" kataku sedikit kencang. Sekarang, aku merasakan tatapan semua orang tertuju padaku.

My mood is very messy.

Aku bergegas keluar saat Feby ingin mengatakan sesuatu. Entah untuk melawan ataupun mengiyakan.

Setelah menjauh dari kelas, perasaan kesal masih menyelimutiku.

Namun, pada langkah selanjutnya aku tersadar, mengapa aku harus membentaknya seperti tadi?

Bagaimanapun juga dia berniat berbagi jawaban benar denganku dan aku tidak bisa melampiaskan kekesalanku padanya.

Woah ... My morning was very bad.

Saat memikirkan kebodohanku, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang.

Aku berbalik tetapi tidak melihat siapapun, lalu saat kembali melihat ke depan ternyata ...

Only HopeWhere stories live. Discover now