This's Over? - Part 38

679 47 26
                                    

"Hah? Pindah?!"

Dua kata yang aku dan Dio lontarkan bersama, setelah mendengar pernyataan dari Bu Sofi.

"Iya, tadi pagi orang tua Reihan kesini untuk mengurus berkas kepindahannya. Memangnya kalian belum tahu?"

Aku hanya menggeleng, begitu juga dengan Dio.

"Reihan kenapa pindah, Bu?" tanyaku penasaran.

"Ibu juga tidak tahu, tapi sepertinya Reihan pindah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik,"

"Pendidikan lebih baik? Maksudnya, Bu?"

"Kalian tahu Kakak Reihan yang kuliah di Australia?" tanya Bu Sofi kembali.

Aku mencoba mengingat lalu mengangguk.

"Jadi Reihan mau pindah ke Australia, Bu?" ujar Dio yang membuat aku sedikit terkejut.

"Australia?" ucapku seraya mencari penjelasan Bu Sofi.

Ia mengangguk yakin, "Yasudah kalian cepat masuk kelas," serunya seraya berjalan menuju tempat dimana guru piket biasanya membunyikan bel.

Bu Sofi menekan tombol dan keluarlah bunyi nyaring dari benda legend itu. "Sudah masuk," katanya kemudian.

Aku dan Dio saling menatap, lalu memutuskan untuk segera pergi dari ruang guru setelah salim pada Bu Sofi.

Di perjalanan menuju kelas, kami sama-sama terdiam dalam pikiran yang memutar.

"Menurut kamu gimana, Di? Masuk akal gak sih, kalo Reihan pindah karena pendidikan?" ucapku masih dengan pikiran yang mengambang.

"Hm, masuk akal aja, sih ... Kamu kan tau Reihan orangnya kayak gimana. Tapi yang bikin aku bingung, kenapa dia gak pernah ngomong sama aku?"

"Jadi kamu beneran gak tau apa-apa?"

Dio menggeleng seraya mengendikkan bahunya.

"Kalo tentang Reihan sama Niken yang putus, kamu juga gak tau?"

"Hah? Mereka udah putus?" tanggapnya.

Aku mengangguk pelan sembari memikirkan apa yang sedang Niken rasakan saat ini. Pasti sangat sedih.

"Oh!" mataku menerawang bebas saat mencerna pikiran yang baru saja bertamu di otakku.

Kemudian aku melihat Dio yang terlihat mengerutkan dahinya.

"Aku tau!" ujarku semangat.

"Apa?"

Aku tersenyum pada Dio, "Alasan Reihan putusin Niken itu karena masalah ini!"

"Maksudnya?"

"Ya ... Kayak yang sering ada di film gitu, Di," ucapku berusaha membuatnya berpikir.

"Eum, LDR ... Gak bisa ... Jadi putus, gitu?" tebaknya ringan.

Aku mangut-mangut yakin, "Iya! Itu pasti alasan mereka putus," ujarku puas.

"Hm, maybe," jawab Dio dengan ekspresi yang tidak terbaca.

"Kok kamu biasa aja, sih? Emangnya kamu punya dugaan lain?" tanyaku yang penasaran dengan pikirannya itu.

"Kalo ... Aurel?" ucapnya datar.

"Aurel? Dia kenapa?"

"Aurel ...," aku bisa melihatnya yang berpikir sejenak, "dia ... Em, tadi kamu nyari dia, kan?" tanyanya yang membuat keningku berkerut seketika.

"Apaan sih, Di? Kok jadi balik tanya," kataku diantara bingung dan kesal.

"Iya, tadi kamu nyari Aurel, kan? Itu tuh Aurel," jawabnya tergesa-gesa sembari menunjuk ke belakangku.

Only HopeWhere stories live. Discover now