17

17.4K 899 33
                                    

7 Tahun kemudian

Paris, France.

Daniel sedang sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya yang sepertinya tidak berkurang daritadi. Pria itu tampak berantakan. Bulu-bulu halus tumbuh bebas di rahangnya. Meskipum begitu, ketampanannya tidak berkurang.

"Apa tuan mau kopi?" tanya sekertaris Daniel yang tiba-tiba datang.

"Tidak," jawab Daniel singkat.

"Apa anda mau makan?"

"Tidak!! Jangan ganggu aku!! Keluarlah!" bentak Daniel sambil menatap tajam sekertarisnya itu. Sekertaris itu langsung berjalan keluar dari ruangan Daniel.

Bunyi handphonenya terdengar nyaring di ruangan kerjanya yang sunyi senyap. Emosi Daniel sedikit surut saat ia melihat nama penelpon di layar handpgonenya.

"Halo"

"Kau dimana? Aku sudah menunggu sangat lama"

Daniel terdiam sebentar. Matanya membulat saat ingatan akan janjinya kepada Daren kembali. Daniel meminta Daren untuk menunggunya di salah satu restoran untuk makan siang bersama dan sebagai balasan jika Daren bersedia, Daniel akan mentraktirnya.

"Astaga!! Maafkan aku, Daren. Aku lupa"

"Cepatlah ke sini. Aku sudah sangat lapar. Kau ini!! Pekerjaanmu membuatku kelaparan"

"Baiklah. Tunggu aku"

Secepat mungkin Daniel memakai jasnya lalu berjalan ke lift khusus yang langsung membawanya ke basement.

Saat Daniel telah sampai di restoran yang di sebutkan Daren, ia sudah melihat Daren duduk dengan wajah kesalnya.

"Maaf aku terlambat," ucap Daniel saat sudah duduk di depan Daren.

"Makanya kau ku suruh untuk menikah agar pikiranmu tidak terfokus pada pekerjaan saja," ketus Daren.

"Diamlah. Itu tidak ada hubungannya dengan masalah kita sekarang. Langsung pesan makanan saja," balas Daniel tak kalah ketus.

"Ingin sekali aku menyentil ginjalmu. Hmm." Daren menghela nafasnya pelan.

Mereka menikmati makan siang bersama dengan santai. Banyak wanita yang melihat ataupun hanya melirik ke arah mereka. Daniel dan Daren mengetahui itu tapi mereka bersikap pura-pura tidak tahu.

"Jadi, kau akan cari mereka dimana lagi?" kata Daren lalu kembali memakan makanannya.

"Entahlah," jawab Daniel singkat.

"Kau belum menemukan kabar tentang Kayla?" tanya Daren kepada Daniel yang sedang minum kopi.

"Belum. Aku tidak tahu di mana mereka sekarang," kata Daniel lirih.

Daren menepuk pelan pundak sahabatnya itu. "Sabar. Kau pasti akan menemukan Kayla dan anakmu," kata Daren menyemangati Daniel.

"Aku sudah sangat bersalah kepada mereka. Aku melepaskan mereka demi wanita terkutuk yang sudah menipuku. Seandainya saat itu aku tahu kalau Kayla hamil, aku tidak mungkin menceraikannya"

Daniel kembali mengingat saat di mana ia mengetahui kabar tentang kehamilan Kayla. Andai saja dokter yang menolong Kayla tidak menelponnya, mungkin Daniel tidak akan tahu tentang itu.

Awalnya dokter itu menelpon Daniel seminggu setelah Kayla pergi. Dokter itu menelpon karena dompet Kayla ketinggalan. Daniel sangat kaget saat mengetahui bahwa yang menelponnya adalah seorang dokter, dokter kandungan lebih tepatnya.

Let Her Go (COMPLETE) ✅✅Onde histórias criam vida. Descubra agora