29

14.3K 745 36
                                    

"Jadi 2 hari yang lalu kau kerumahnya?!!"

Daniel meletakkan kembali kopinya yang baru saja ia minum. Dengan santainya ia mengangguk pada sahabatnya yang kini tengah menatapnya tajam.

"Kau ini bagaimana? Kau bilang kalau sudah tidak ingin bertemu dengan Kayla lagi dan ingin melepaskan wanita itu tapi kenapa kau malah ke rumahnya?"

"Aku kesana bukan untuk menemui Kayla. Aku kesana untuk menemui Sasa, anakku"

"Sasa anaknya Kayla? Dia itu bukan anakmu, Daniel. Sadarlah"

"Aku tahu. Aku tahu kalau Sasa itu bukan anakku tapi percaya atau tidak, dia benar-benar menggemaskan. 2 hari yang lalu aku dan dia memenangkan lomba bersama. Keren, kan?" ucap Daniel dengan nada bangga. "Aku sangat menyanginya seperti anakku sendiri"

"Aku tidak yakin dengan ucapanmu. Kau menyangi Sasa atau ibunya?"

"Percayalah. Aku kesana tulus karena anak itu. Kami juga punya banyak kesamaan makanya aku merasa sangat nyaman jika berada di dekatnya"

"Baiklah terserah kau saja. Intinya, kau tidak boleh bolos kerja lagi. Aku sangat lelah bekerja sendirian selama 2 hari. Tidakkah kau mengasihaniku?"

"Kau hanya 2 hari, bayangkan aku yang bekerja sendiri selama bertahun-tahun"

"Kau dan aku berbeda. Aku masih muda dan masih butuh kesenangan"

"Jadi menurutmu aku sudah tua? Ingat umur kita cuma beda 1 tahun dan itupun kau yang lebih tua dariku"

"Tapi kau sudah menikah dan aku belum. Ini perbedaan yang sangat nyata"

"Aku yang menikah tapi kau yang sering melakuka 'hal-hal mesum"

"Itu namanya cinta, Daniel"

"Mana ada cinta dalam one night stand"

"Ada. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka"

"Suka bukan berarti cinta"

"Tapi sama saja"

"Suatu saat, kau akan menemukan seorang wanita yang membuatmu mengerti apa arti sesungguhnya dari cinta"

"Jangan mulai. Aku malas mendengar ocehanmu"

"Serius. Kau akan merasakan apa yang aku rasakan. Percayalah cinta yang sesungguhnya lebih indah dari one night stand"

"Berbicaralah sepuasmu"

Daniel mulai tertawa. Sahabatnya itu memang kurang nyaman jika membicarakan tentang hal-hal yang serius seperti ini. Setahu Daniel, Daren seperti ini karena belum bisa move on dari cinta pertamanya padahal cinta pertamanya itu pas mereka masih SMA.

"Ehhh bagaimana kabar Tasya?" goda Daniel pada Daren yang kini sedang meminum kopinya.

"Jangan bicarakan wanita itu lagi," ketus Daren.

Niatnya untuk mengganggu Daren terpaksa harus dia tunda karena handphonenya tiba-tiba berdering.

"Ya," kata Daniel pada seseorang di seberang teleponnya.

"..."

"Benarkah?"

"..."

"Baik. Aku akan ke sana sekarang"

"..."

"Ada apa? Jangan bilang kau membuat masalah lagi," kata Daren sesaat setelah Daniel memutuskan teleponnya.

"Tidak. Kali ini aku tidak tahu apakah akan jadi kabar bahagia atau kabar buruk lagi. Aku pergi dulu. Tolong bayar makanannya," kata Daniel sambil tersenyum lebar.

Let Her Go (COMPLETE) ✅✅حيث تعيش القصص. اكتشف الآن