28

15.2K 695 35
                                    

Daniel keluar dari mobilnya lalu dengan sedikit memicingkan matanya, dia memperhatikan sebuah mobil berwarna putih yang parkir di depan rumahnya.

"W 111 IAM," ucap Daniel yang membaca pelan plat mobil itu. "William. Ayah!!"

Daniel berlari ke dalam rumahnya yang tampak lebih sedikit hidup karena di jam seperti ini lampunya ruang tamunya tidak redup seperti biasanya.

"Ayah. Kau --"

Ucapan Daniel terpotong saat dia melihat kedua orangtuanya sedang asyik bercerita bersama seorang perempuan yang tidak ia kenal. Ralat. Belum dia kenal.

Seketika tatapan tertuju pada Daniel yang masih diam membeku di depan pintu.

"Apa kau setiap hari pulang jam begini?" tanya William.

"Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Apa kau tidak suka jika kami kerumahmu?"

"Tidak, ayah. Bukan itu maksudku. Aku hanya bertanya kenapa kalian tumben datang ke rumahku?"

"Karena kau tidak mau berkunjung ke rumah kami makanya kami memutuskan untuk datang kerumahmu " jawab Anna dengan nada sinis.

"Baiklah. Maafkan aku. Kalian nikmati saja tehnya dan aku akan mandi dulu"

"Apa kau tidak mengenalku, Daniel?" ucap wanita asing itu yang membuat Daniel terhenti lagkahnya. Dengan tatapan intens, dia memperhatikan wanita itu dari atas rambut sampai ujung kaki.

"Aku mencintaimu, Elisa. Mau kah kau jadi kekasihku?"

Suara itu tiba-tiba muncul di kepala Daniel. Sepotong ingatan yang membuat ia ingat siapa wanita cantik pemilik senyum menawan yang selalu ia puja dulu.

"Elisa?" kata Daniel ragu.

"Apa kabar, anak omelet. Eh maksudku tuan omelet"

Wanita pemilik nama Elisa itu tiba-tiba memeluk Daniel. Meski awalnya sedikit kaget dan ragu, Daniel akhirnya membalas pelukan Elisa.

"A--aku baik-baik saja, anak gula," jawab Daniel ragu karena debaran yang ia rasakan di dalam dadanya.

"Maafkan aku, Daniel. Aku tidak bisa menerima cintamu. Kau sudah ku anggap seperti kakak yang begitu ku sayangi tapi tidak bisa kucintai"

Elisa Whitney. Sahabat Daniel waktu kecil sekaligus merupakan perempuan pertama yang mengenalkan Daniel pada cinta, cinta monyet lebih tepatnya.

Daniel kecil tidak pernah menyerah menyatakan perasaannya pada Elisa meski hanya selalu berujung penolakan.

Daniel ingat betapa ia merasa sangat kehilangan saat Elisa pindah ke luar negeri tanpa memberitahunya lebih dulu. Berminggu-minggu ia murung dan tak mau keluar rumah. Ia ingin menyusul Elisa tapi dia juga tidak tahu kemana perempuan itu pindah.

"Berapa lama kita tidak bertemu? 10 tahun? 20 tahun? Rasanya sangat lama aku tidak bertemu denganmu, tuan omelet," kata Elisa lalu melepas pelukannya. Daniel tersenyum kikuk.

"Iya. Rasanya sudah sangat lama"

"Maaf aku tidak sempat memberitahumu tentang rencana pindahku. Aku sudah ingin memberitahumu tapi aku rasanya tidak sanggup melihatmu bersedih"

Let Her Go (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang