Chapter 3

5.7K 223 1
                                    

If you likes, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 3

Perasaan orang memang sulit ditebak, Nad. Menyangkut perasaan terkadang niat yang kita lakukan baik tapi bisa saja pandangan orang lain berbeda-Miko.

🍁

Dua tahun yang lalu....

Saat Nadiva dengan terisaknya menangis di taman belakang sekolah, seusai dari latihan ujian. "Udahlah, Nad, jangan nangis lagi. Banyak orang yang bakal lewat sini buat ke parkiran, nanti dikiranya lo kenapa-kenapa," ucap Nisa berusaha menenangkan temannya itu.

"Gimana kalo kenyataannya gue memang kenapa-kenapa ?" tanya Nadiva di sela isak tangisnya.

"Ya seenggaknya lo nangisnya jangan keras-keras," kata Nisa halus, setelah mendengar itu, Nadiva segera terduduk dengan dua kakinya terlipat dan kepalanya ia telungkupkan disana dengan kedua tangannya sebgai bantalan. Beberapa saat sudah tidak terdengar suara tangis tapi Nisa masih dengan jelas mendengar sesenggukan.

"Gue panggilin Revan, ya ?" tanya Nisa dengan nada khawatir. Nadiva menggeleng dan setelahnya Nisa menghembuskan nafas lelah.

Setelah beberapa menit hanya terjadi keheningan, terdengar suara lembut Nisa, "Pulang, yuk, Nad," Nadiva tidak menjawab, namun dia berdiri dengan mata dan hidung yang memerah dan menjawab "Ayok" sambil menyampirkan ranselnya.

Baru saja Nadiva dan Nisa berbalik, terdengar suara bariton laki-laki,

"Wow, wow, wow, ada apa ini kok-" perkataannya terputus ketika melihat wajah sembab Nadiva, "Yaampun, Nad. Lo kenapa ?" sejenak Nadiva mendongak ke asal suara dan mendapati ada Reza. Dan juga Revan, yang membuatnya menunduk kembali.

"Eh, Nad, gue serius ini. Gue gak suka deh liat cewek nangis. Van, cewek lo kenapa ? Lo bukannya panik malah gue yang panik," sambung Reza.

"Enggak lagi."

Hah ? Apa ? Apa yang enggak lagi ? Jangan bilang-

"Lo ngomong apa barusan ?" Nisa angkat suara.

"Gue udah capek jalanin hubungan sama dia," kata Revan lagi.

Hah ? Tapi kenapa ? Aku udah tau kalau kamu capek karena kamu menghindar dari aku sejak kamu sakit berhari-hari itu, tapi yang aku enggak tau adalah alasan kamu, sampai detik ini, ucap Nadiva dalam hati.

"Jelasin ada apa sebenarnya, Van!" desak Reza. Nadiva hanya bisa bungkam.

"Gue gak mau ngobrol sama orang yang udah nyakitin hati gue, mending kita pulang, atau lo mau masih disini, silahkan. Gue duluan," kata Revan datar. Setelah bimbang beberapa saat, akhirnya Reza menurut juga pada Revan dan ikut pulang.

Bahkan, gue gak tau, Van, apa dari diri gue yang udah nyakitin hati lo.

"Jadi ini yang bikin lo nangis kejer tadi ? Karena Revan yang berubah sikap sama lo ?" ucapan Nisa membuyarkan pikiran Nadiva. Berusaha meneguhkan hatinya, dia menjawab. "Bukan cuma itu, Nis," tanpa sedikitpun suara yang terdengar bergetar.

***

Nadiva akhirnya memutuskan untuk menyiram tanaman di depan rumahnya setelah beberapa saat Nisa pulang dari rumahnya. Bukan berarti suasana hatinya sudah membaik, ia bahkan menangis lebih dari satu jam sesampainya di rumah sampai-sampai Nisa kewalahan menenangkannya. Tapi setidaknya sekarang dia sudah merasa lebih baik.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now