Chapter 38

2.4K 107 5
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 38

Jika memang sudah menetap, jangan lagi pergi berderap.

🍁

Ratu berusaha membuka matanya yang terasa berat dan berusaha mengangkat kepalanya yang sedikit pusing. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk melihat apa yang ada di hadapannya, maupun sekitarnya. Ia membulatkan matanya dan menegakkan punggungnya saat kesadarannya sudah pulih.

"Gue di mana?" tanya Ratu pada dirinya sendiri. Ia menautkan alis saat tidak tahu dan tidak bisa mengenali tempat di mana dia berada.

Dia di mobil. Sendiri. Dan dia duduk di kursi penumpang.

Berarti bukan dia yang menyetir mobilnya sampai ke sini.

Dia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum ini. Ratu menepuk jidatnya, dia ingat tadi dia bersama dengan Revan. Tapi saat di perjalanan, Ratu merasa mengantuk karena tak ada obrolan apapun di antara mereka, dan dia ketiduran.

Ya ampun, Ratu. Lo malu-maluin banget sih.

Itu bukan hal yang patut dipermasalahkan sekarang.

Keberadaan Revan lebih penting. Ratu mengambil ponsel dari dalam tasnya, mengetikan pesan kepada Revan.

Ratu : Re, lo di mana ?

Sent.

Ratu bernafas lega ketika pesan itu dapat terkirim, karena dia sekarang seperti berada di pegunungan yang biasanya langka sinyal.

Revan : Eh, lo udah bangun? Gue di dalem warung, lo masuk aja.

Tuh kan.

Revan aja sadar kalau Ratu tidur.

Ah sudahlah, lupakan. Ratu memasukan ponselnya ke saku rok, dan menatap warung di depan mobilnya dan segera membuka pintu mobil.

Dia melongokan kepala mencari-cari sosok Revan di dalam sana. Demi apapun, ini sulit karena ternyata warungnya sangat luas dan bersekat-sekat. Akhirnya setelah 2 kali berputar pada lingkaran yang sama, tunggu, kenapa dia jadi terbawa perasaan? Ah, abaikan. Ratu akhirnya menemukan Revan sedang duduk di kursi panjang yang menghadap langsung ke pegunungan yang membentang di depannya.

Ratu berlari kecil menghampiri Revan dan menepuk pundak Revan dengan nafas satu-satu.

"Re, tempat apa sih ini? Luas banget kayak lapangan bola," kata Ratu sambil duduk di samping Revan ikut menatap pemandangan di depannya dan berusaha menetralkan ritme nafasnya.

Revan menengok dan tertawa kecil. Belum sempat Revan menjawab, Ratu sudah menyeloteh lagi. "Aku capek, Re. Haus. Nyari kamu di sini kayak nyari kamu di hutan."

Revan sedikit terkejut.

Aku-kamu?

Tapi dia tersenyum tipis setelahnya.

"Kamu mau minum?" tanya Revan berusaha keras menggunakan kata 'kamu' sesantai mungkin.

"Gak deh, nanti aja, pemandangan sebagus ini gak boleh dicuekin," balas Ratu mengunci pandangannya ke deretan bukit-bukit yang hijau dan puncaknya yang tersentuh awan, selain itu pemandangan kota di bawahnya yang mempesona. Ratu menghirup udara minus polusi itu dalam-dalam, meskipun Ratu bukan anak mapala atau yang lain sebagainya, dia tetap suka alam karena menurutnya bisa langsung bersentuhan dengan alam itu terasa menenangkan.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant