Chapter 11

3.4K 139 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 11

Tiap manis yang kau berikan, tetap hambar bila kembali dirasakan.

🍁

Beberapa hari di sekolah terasa membingungkan bagi Ratu akhir-akhir ini. Dia tadi terpaksa nebeng Nisa lagi karena Bang Miko yang tidak bersedia menjemputnya, bukan apa-apa hanya saja dia tidak mau merepotkan temannya itu.

Sampai di rumah, dia segera menuju kamar, melepas sepatunya, berganti baju, dan cuci muka. Ia tidak pernah terbiasa jika sudah sampai rumah tapi dirinya masih memakai seragam, rasanya geli. Setelah urusan bersih-bersih setelah pulang sekolah selesai, Ratu melangkahkan kakinya ke kasur lalu merebahkan dirinya di sana dengan kepala yang ia telungkupkan di bantal.

Ratu merasa bahwa Nisa kemarin bersikap aneh padanya, tapi ada yang lebih patut ia pikirkan dibanding itu. Laki-laki yang tanpa sengaja bertemu dengannya waktu itu, Revan, mengobrol dengannya. Baru pertama kali Ratu melihat dan mengetahui Revan di SMA Harapan Raya, dan tidak menyangka Revan menawarinya menjadi sekertaris OSIS bahkan menawarinya pulang bareng.

Kenapa Revan tidak menawarinya menjadi pacarnya saja ? Ratu menggelengkan kepalanya, menimbulkan suara gemerusuk di bantal. Kenapa pikirannya berkelakar sampai situ ? Ratu menggelengkan kepalanya lagi dan segera kembali ke alam sadar.

Terdengar ketukan di pintu membuat Ratu sedikit berjengit kaget dan terdengar suara lembut perempuan, "Rat, ada yang nyari kamu di depan, katanya mau ngajak kamu pergi," ternyata suara Farah, ibunya. Farah membuka pintu kamar Ratu dan melenggang masuk.

"Siapa Ma ?" tanya Ratu sambil berganti posisi menjadi duduk dengan rambut tak beraturan yang menutupi sebagian mukanya, lucu menurut Farah.

"Itu Si Rei temen kamu," jawab Farah duduk di tepi tempat tidur Ratu.

"Kamu masih berhubungan sama dia ?" tanya Farah tiba-tiba membahas hal lain.

"Cuma sahabat, Ma," jawab Ratu santai sambil mencepol rambutnya asal-asalan.

"Apa kamu pernah ada angan-angan balik sama dia ?" tanya Farah lagi, terdengar setitik nada khawatir di sana.

"Enggak, Ma. Perasaan Ratu dulu udah enggak ada, walaupun dia sering bersikap manis kepada Ratu, tapi Ratu udah enggak pernah ngerasain deg-degan setiap di deket dia. Sekarang Ratu benar-benar udah bisa merasakan dia di samping Ratu sebagai sahabat," jelas Ratu.

"Anak mama udah besar ternyata," kata Farah tersenyum kepada Ratu.

"Loh Ma, Ratu kan emang udah besar," tawa Ratu berderai.

"Udah gih sana siap-siap, kasihan Rei kalau nunggu lama."

"Siap, Ma."

Setelah Farah keluar dari kamar Ratu, dengan segera Ratu mengganti pakaiannya. Hari itu dia memilih memakai celana joger pants panjang warna putih dan kaos lengan panjang warna biru-tosca. Sementara itu, rambutnya yang tadi berbentuk cepol tak beraturan kini ia cepol rapi. Setelah itu dia mengambil tas dan ponselnya, lalu keluar dan mengunci pintu kamarnya.

Saat ia hendak melangkahkan kakinya ke tangga untuk turun ke lantai dasar, langkahnya dihadang oleh Miko. Kenapa Miko sudah ada di rumah, padahal tadi dia tak mau menjemputnya ? Ah, pasti karena abangnya ini ada urusan sama ceweknya. Dasar, Miko.

"Rat, Rat. Lo mau pergi kemana ? Gue ikut dong," kata Miko memohon dengan mata dimelas-melaskan.

Ratu memperhatikan Miko dari ujung kepala sampai ujung kaki, memakai kaos polos hitam dan celana jins selutut, dan yang paling parah adalah rambut yang sangat berantakan, itu lah kira-kira penampilan Miko saat ini, sangat tidak 'oke' untuk diajak pergi.

"Aduh, Bang. Jangan ikut-ikutan urusan anak SMA dong, lagian lo tadi juga gak jemput gue padahal lo udah di rumah ya kan ? Tercela sekali lo," omel Ratu.

"Lah kan gue masih berjiwa SMA," Miko menaik-turunkan alisnya.

"Lo ? Berjiwa SMA ? Udah berumur siap nikah gitu dikata masih jiwa SMA," ejek Ratu dengan muka jijik sambil menunjuk Miko.

"Udah ah, Bang. Gue berangkat dulu," kata Ratu sambil berlalu menuruni tangga.

Miko masih menyahut, "Yee, lo mah kalo udah ada cowok lupa sama abangnya."

Dari lantai dasar Ratu membalasnya dengan sedikit berteriak, "Gue belum punya cowok, Bang. Ngaco mulu sih lo."

Setelah percakapan kurang penting dengan Miko tadi Ratu benar-benar keluar rumahnya. Saat sudah sampai di gerbang, Ratu melihat Rei berdiri di samping mobilnya. Dengan kedua tangan menggengam tali tas selempangnya, ia menyapa Rei.

"Hai, Rei. Mau pergi ke mana ?" tanya Ratu, dan entah kenapa dia gugup.

"Eh iya, Rat, anterin gue ke toko bunga buat pesen buket-buket bunga buat acara bokap gue besok malem," jawab Rei menyadari Ratu sudah ada di hadapannya.

"Oh gitu," Ratu menganggukan kepalanya tanda paham.

"Kalo gitu ayo berangkat," kata Rei menuju kemudinya dan kemudian disusul Ratu duduk di sampingnya.

Ini adalah yang pertama kalinya setelah 2 tahun yang lalu, pikir Rei. Rei melajukan mobilnya meninggalkan jalanan depan rumah Ratu.

***

Hello, tunggu update-an chap12 nanti siang. Semoga aja aku gak terlalu sibuk.

Vomentnya pls...

Regards,
Ayurahmi

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now