Chapter 6

4.4K 171 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 6

Mantan bukan berarti harus jadi musuh kan ?

🍁

Dari parkiran, Revan jalan kilat karena ia takut jika guru yang mengajar di kelasnya sudah masuk, bahkan ia tadi belum sempat memperkenalkan diri dengan perempuan yang Revan tahu bernama Ratu dan bodohnya dia malah meninggalkan Ratu sendirian di parkiran. Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu karena MASUK KELAS DENGAN SELAMAT adalah yang terpenting sekarang.

Revan berjalan mengendap-endap saat hampir sampai di kelasnya, XI-IPA-1, pintunya sudah tertutup, jangan-jangan Pak Juju sudah masuk di kelasnya, mampus, pikir Revan.

Saat sudah sampai di depan pintu, Revan tak segera mengetuk pintu melainkan mengintip dari jendela apakah benar Pak Juju sudah di kelasnya. Ternyata belum ada, syukurlah, ia menghembuskan nafas lega dan membuka pintu lalu masuk.

"Wuihh, telat dengan selamat lagi lo, Re," kata Ardian ketika melihat Revan masuk kelas dengan damainya padahal bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Pasti dengan jurus andalan lo itu," sahut Stepian atau biasa dipanggil Step.

"Dengan pesona dan kharisma seorang Revan Ganendra Aditya," Tama ikut-ikutan.

"Bego lo, lo pikir Pak Galih homo ?" ucap Step menoyor kepala Tama.

"Astaga, Pak Gilang homo ?" ujar Tama. Step kembali menoyor kepala Tama sambil berucap, "Enggaklah bego."

Tama pun membalas dengan wajah blo'on yang memelas, "Ampun, Bang. Eneng masih mau hidup."

"Yash, Tama yang mirip banci di perempatan," kata Revan kejam.

"Melukai sisi cowok gue, Re. Parah lo," jawab Tama cemberut, merasa kalah dia memilih diam.

"Tama kalo udah memelas kayak kambing gak makan satu bulan," balas Ardian. Lalu kelimanya tertawa. Pertemanan mereka bisa dibilang tidak waras, tapi itu lah yang Revan syukuri karena ia punya teman-teman yang apa adanya dan bersama mereka sejenak bisa membuat ia melupakan kerinduannya pada sosok Nadiva.

Ardian si cerewet, Step si konyol, Tama si cowok mirip putri keraton, dan Devian si kalem. Revan tidak pernah menyesal mengenal mereka.

***

Ratu berhenti sejenak saat sudah sampai di depan kelasnya, XI-IPA-3, dari luar dia bisa mendengar bahwa di dalam sudah ada guru yang mengajar, dari suaranya Ratu tau kalau yang sedang mengajar adalah Bu Nika, guru musiknya.

Untung Bu Nika, dapet guru killer ya mampus gue.

Ratu menghela nafas lalu menghembuskannya dan tangannya mulai mengetuk pintu kelas, terdengar sahutan, "Iya, silahkan, masuk," perlahan tangan Ratu membuka pintu. Ketika Bu Nika menoleh, Ratu memasang senyum terbaik sambil mengangguk, "Maaf, Bu. Saya terlambat," seantero kelas menatapnya, tapi Ratu tak mau peduli. Setelah memandang Ratu sesaat, Bu Nika akhirnya mempersilahkan Ratu duduk.

Akhirnya selamat, batin Ratu.

Ia melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya, baris kedua di barisan paling kiri, di samping Nisa tentunya. Dari Ratu berjalan sampai dia sudah duduk, Nisa menatapnya tajam.

Melihat itu Ratu hanya nyengir, "Jangan natap gue kayak gitu dong, mengintimidasi banget," pinta Ratu melas.

Nisa membenarkan posisi duduknya dan berhenti menatap Ratu, lalu berucap, "Oke."

Melihat Nisa masih saja terdiam sejak tadi, Ratu tau kalo dia merajuk. Baru saja Ratu ingin mengeluarkan suaranya, Nisa tiba-tiba berbicara dengan nada yang 180 derajat berbeda dengan yang tadi.

"Oh iya gue inget Rat tadi lo dicariin Raihan tapi tadi lo belum berangkat dia nunggu lo sampe bel masuk tapi lo gak dateng-dateng jadi dia balik deh ke kelasnya," cerocos Nisa tanpa jeda tanpa koma tanpa titik.

Rei nyariin gue, buat apa ? Bukannya terapi amnesia gue udah selesai dua minggu yang lalu ?

Tentang Rei, dia adalah mantan pertama Ratu-sebelum Ratu amnesia tentunya-selain itu dia juga anak dari dokter yang menangani Ratu selama dia sakit setelah kecelakaan satu bulan yang lalu. Mantan bukan berarti harus jadi musuh kan ? Justru Rei dan Ratu bersahabat sejak Ratu putus dari mantan keduanya.

"Kok malah diem sih, Rat ? Direspon apa gitu kek," celetuk Nisa ketika melihat Ratu hanya diam.

"E-eh, iya. Nanti gue temuin dia, lo temenin gue nyari dia ya ?" ajak Ratu.

"Yahh, lo kan tau sendiri gue gak suka keluar-keluar kelas, apalagi jalan-jalan nyari orang."

"Dasar tukang mager," sindir Ratu. Nisa cemberut, lalu Ratu menambahkan sambil menyenggol bahu Nisa, "Lo kalo cemberut tambah jelek deh," Nisa balas mendengus, saling diam, keduanya memperhatikan penjelasan Bu Nika.

Tapi pikiran Ratu tetap saja berputar pada alasan mengapa Rei mencarinya, apa ada hal penting yang perlu disampaikan. Sejauh ini Rei hanya menemuinya di saat-saat penting saja. Ratu melirik ke arah jam dinding di kelasnya, masih lama. Tentu saja. Ia ingin segera mendengar bel istirahat. Tapi sebelum itu ia harus melewati jam pelajaran Bu Nika, pelajaran musik yang biasanya terasa sangat menyenangkan sekarang terasa sangat membosankan. Bahkan ia merasa ingin kabur lalu menemui Rei, tapi Ratu tau itu hal gila. Ia hanya menghembuskan nafas malas, lalu kembali mendengarkan gurunya.

***

Sorry for late uploading. Cuma telat beberapa jam sih sebenernya.
Vomentnya jangan lupa :)

Regards,

Ayurahmi

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Kde žijí příběhy. Začni objevovat