Chapter 42

2.3K 85 6
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 42

Bahagia itu ketika bersama.

🍁

Revan sudah berkali-kali menekan tombol panggilan ke nomor Ratu, tapi perempuan itu tidak juga mengangkatnya. Revan semakin khawatir, takut jika terjadi apa-apa saat Raka bersama gadis itu. Revan hafal tabiat Raka, dia bisa melakukan apapun yang dia mau, APAPUN. Revan hanya bisa berharap agar apapun itu tidak melukai maupun menyakiti Ratu.

"Argh, gak diangkat lagi," kata Revan geram menurunkan ponselnya dari telinga dan mengacak rambutnya frustasi.

"Sabar, Re, ini kita lagi usaha," ucap Ardian menenangkan Revan.

"Sebenernya kenapa sih, Re? Tadi kenapa?" tanya Tama menengok kepada Revan yang ada di belakang kursi kemudi.

"Salah paham," jawab Revan singkat, dia masih mencoba untuk menelfon Ratu.

Berkali-kali terdengar nada sambung dan berkali-kali juga panggilannya tidak diangkat.

"Coba cari GPS-nya Ratu, Re," saran Rei.

"Bener juga, kenapa kita gak kepikiran dari tadi," sahut Ardian.

Revan segera mencari keberadaan Ratu dengan  GPS, tak lama muncul hasil yang membuatnya membulatkan mata.

"Posisinya udah jauh banget, gila ya itu anak, pake kecepatan berapa coba?" kata Revan heboh, ini mungkin heboh Revan yang pertama kalinya.

"Di mana? Gue liat," ucap Ardian. Revan memajukan handphone-nya ke hadapan Ardian juga Tama, tepatnya di tengah-tengah mereka berdua.

"He's nutter," simpul Ardian kembali fokus kepada setir yang dia kemudikan.

"Ini lumayan jauh," kata Tama juga.

Revan nampak sedang mencari-cari sesuatu lalu akhirnya dia menyerah karena tidak berhasil menemukannya dan akhirnya memilih bertanya kepada sang pemilik mobil.

"Ar, mobil lo gak ada holder hape ya?"

Ardian nyengir lebar, "Belum ada duit buat beli. Pegangin aja kali, Re, hape-nya. Gitu aja kok susah."

"Bisa kesemutan gue," protes Revan.

"Rela kesemutan atau rela Ratu gak ketemu?" ancam Ardian sedikit kejam.

Revan tidak membalas, dan hanya merutuk di dalam hati.

Gak rela dua-duanya.

Beberapa menit bahkan jam, mobil Ardian melaju di jalanan yang mulai sepi, Revan berseru.

"Tinggal deket."

Revan melirik jam tangan yang dipakainya di tangan kiri, menunjukan pukul 9 malam.

Rat, lo di mana sih? Gue khawatir, batin Revan.

"Liat, Re," kata Ardian meminta untuk mengambil alih ponsel Revan.

Revan menyerahkannya dan Ardian mulai mengamati.

"GPS-nya Ratu ilang, Re. Arkh, parah, padahal dikit lagi," sesal Ardian.

"Ini aja kayak udah jarang ada orang, nyeremin juga jalanannya," komentar Tama memandang sekitar.

Rei yang sedari tadi diam sebenarnya berdoa untuk Ratu, dia merasa bersalah atas semua ini.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now