Chapter 15

3.1K 117 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 15

Jatuh itu gak pernah enak, sakit. Tapi jatuh cinta ? Definisinya belum jelas selagi belum benar-benar merasakan. Menurut kalian ?

🍁

Pagi itu, Ratu benar-benar merasa senang. Setelah semalam ia bersama dengan Revan, hari ini Revan menawarinya untuk berangkat sekolah bersama dan Revan akan menjemputnya ke rumahnya-Ratu sudah memberitahu alamatnya. Semalam ia sulit tidur karena terus memikirkan Revan yang bersikap manis kepadanya, ah, rasanya dia sudah tertular penyakit baperan teman-teman sekelasnya, tapi dia juga tak bisa berkata bahwa dia tidak senang. Dia senang sekali.

Ratu melonjak-lonjak girang sambil menuruni anak demi anak tangga.

"Pagi, Ma. Pagi, Kak Miko," sapa Ratu dengan sumringah saat ia sudah sampai di meja makan dan sudah siap dengan seragamnya.

Miko menoleh dengan wajah heran terlukis dengan jelas saat mendengar sapaan Ratu barusan.

"Lo kenapa sih ? Aneh gitu," tanya Miko heran juga bingung karena melihat kelakuan-tak-biasa adiknya itu.

Ratu duduk di hadapan Miko. "Lagi seneng aja," jawab Ratu singkat dengan senyum lebar terbentuk oleh bibir tipisnya.

Miko mencondongkan kepalanya pada Ratu dengan alis tertaut dan menempelkan punggung tangannya ke kening Ratu.

Miko mengendurkan kerutan keningnya, "Panas, Ma. Mungkin kita perlu bawa Ratu ke psikiater," kata Miko sambil duduk kembali di kursinya.

Mendengar itu, Ratu cemberut. "Yaampun, Bang. Tega banget sih, liat adiknya seneng itu harusnya lo ikut seneng. Lah ini malah mau dibawa ke psikiater, lo aja sana kalo mau ke psikiater, gue sih ogah. Lagian ya bang kalo badan gue panas itu periksanya ke dokter bukan ke psikiater, nah itu cukup membuktikan bahwa lo yang harusnya dibawa ke psikiater," balas Ratu sedikit kesal sambil mengambil roti yang ada di hadapan Miko dan melahapnya.

Mulut Miko menganga. "Yahh, roti gue," kata Miko dengan dramatis ketika melihat jatah makannya diambil Ratu.

Ratu menelan roti Miko dengan santai. "Aduh, sori, Bang. Udah terlanjur," sahut Ratu dengan polosnya.

"Gak gue anter tau rasa lo," dia melayangkan tatapan ancaman kepada Ratu.

"Oh, gak perlu repot-repot, Bang. Gue berangkatnya dijemput sama temen gue jadi gue gak perlu bawa mobil sendiri dan juga lo gak perlu nganterin gue," balas Ratu tersenyum jahat ke arah Miko.

"Tuh kan, Ma. Ratu jahat banget sama abangnya kalo udah punya cowok," gerutu Miko.

Farah mengerling ke arah dua anaknya sekilas. "Ratu bukannya jahat, dia cuma gak mau ngrepotin kamu aja," jawab Farah santai.

Ratu mengambil roti untuk membuatkan Miko sandwich yang baru. "Nah, bener banget tuh, Ma. Lagian kan gue masih jomblo, Bang," belanya.

Miko meneliti raut wajah adiknya. "Bohong," sanggah Miko.

"Beneran, abangku sayang," kata Ratu mencubit kedua pipi Miko. Miko tampak mengusap-usap pipinya dalam diam, bibirnya maju lima senti.

"Udah ah, Bang. Gue mau berangkat, udah dapet pengganti roti yang gue ambil kan ?" dengan dagunya, Ratu menunjuk roti yang sudah terhidang di depan Miko. Miko mencibir Ratu namun tetap juga mengambil roti buatan Ratu.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now