Chapter 36

2.1K 89 5
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 36

Jika aku bukan pilihanmu, mengapa seolah kamu mengatakan bahwa pilihanmu adalah aku?

🍁

Revan dan teman-temannya sedang ketawa haha-hihi di kantin, bahkan saat belum jamnya pulang sekolah. Tadi Revan sengaja mempercepat rapat atas rengekan Step dan akhirnya mereka keluar dari ruang OSIS lebih awal, sedangkan yang lainnya sudah di-chat oleh Step untuk bolos pelajaran. Ardian, Tama, dan Devian bersama-sama membujuk Pak Nino agar mereka dapat keluar kelas. Kali ini mereka berhasil dengan alasan dipanggil ke perpustakaan lewat chat.

Dan itu sepenuhnya bohong.

Setelah berhasil keluar dari kerangkeng Pak Nino, ketiganya segera menuju kantin menghampiri Step dan Revan yang sudah duduk manis di kursi meja yang berada di tengah.

Posisi itu sangat strategis sampai pedagang di kantin geleng-geleng kepala melihat lima anak yang bolos pelajaran itu.

"Re, lo parah banget ngajak kita bolos, nilai bahas inggris gue bisa-bisa jadi turun drastis," celetuk Devian.

"Alah, Dev, lo kelewat pinter buat ikut pelajarannya Pak Nino," sahut Ardian.

"Bukan gue ya yang ngajak kalian, ini semua idenya Step bin Steptiro," protes Revan.

Seketika tawa Tama mencuat keluar dari mulutnya. "Ya ampun, gue gak bisa gak ketawa setiap denger nama bokapnya Stepian," Tama ngakak sendiri.

"Heh-heh, diem aja ya lo. Revan sih," gerutu Step.

"Kok gue?"

"Ya jelas lo."

"Loh kan bukan gue yang kasih nama bokap lo sebagai Steptiro," ucapan Revan membuat ketiga lainnya ikutan tertawa terbahak-bahak.

"Woy, udah, woy, kasihan Step mukanya sampe merah kayak kepiting rebus gitu," kata Devian berusaha menetralkan suasana, tapi yang terjadi malah mereka menatap ke arah Step dan setelahnya tertawa lagi, terbahak-bahak lagi.

"Kalian. Jahat. Banget. Sih. Sama. Gue," Step sengaja memenggal setiap kata dengan penekanan dan dia memasang wajah dramatis sekarang.

Tidak, teman-temannya tidak berhenti tertawa.

Mereka tertawa lebih keras lagi.

"Ehm, SETOP ya ketawanya," gertak Step.

"Gue mau ngomong sesuatu, PENTING," katanya lagi dengan suara lebih keras.

Mendengar kata 'penting' keempatnya berhenti tertawa dan menatap Step dengan wajah penasaran masing-masing.

"Gue jadi berasa alim kalo kalian ngeliatin gue kayak gitu," kekeh Step.

Jelas, membuat keempatnya berucap secara bersamaan.

"Jangan bercanda, Step bin Steptiro."

"Oke-oke, gue sebenernya sangsi gue bisa ngobrol serius sama kalian kar—"

Perkataannya harus terpotong.

Karena ucapan keempat temannya lagi, bersamaan lagi.

"SERIUS, Step."

"Oke, lama-lama gue jadi parno."

"Tapi gue tetep bakal bicara dan ngasih tau berita ini ke—"

"CEPETAN, STEP," ucap Revan, Tama, Ardian, dan Devian bersamaan lagi dan dengan nada yang lebih tinggi.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang