Chapter 39

2K 92 4
                                    

If you likes this story, please give yor best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 39

Bahwasanya cinta itu dirasa, bukan dipaksa.

🍁

Happy reading...

Tiga hari setelah Penilaian Akhir Tahun, agenda SMA Harapan Raya selanjutnya adalah ikut berpartisipasi pada Pertandingan Basket Tingkat Provinsi. Selain unggul dalam prestasi akademik, SMA Harapan Raya tak kalah nilai non-akademiknya dengan sekolah lain, namun bagaimanapun nilai akademik lebih mengunggulkan SMA Harapan Raya.

Pada pertandingan kali ini, SMA Tunggal Jaya terpilih sebagai tempat dilaksanakannya Pertandingan Basket Tingkat Provinsi yang akan dimulai tak lama lagi. Tim basket sudah bersiap di pojok lapangan sedangkan para penonton di tribun dari pihak tuan rumah ataupun pihak lawan sama-sama riuh mendukung tim sekolahnya.

Beberapa pengurus OSIS dari SMA Harapan Raya sibuk mempersiapkan ini-itu, sedangkan para pemainnya juga sibuk mempersiapkan diri masing-masing. Ratu yang sudah kelar urusannya sebagai seksi busana yaitu menyiapkan seragam untuk pertandingan ini menghempaskan diri di kursi panjang yang di sediakan di luar lapangan-dalam-ruangan itu.

Merasa ada yang duduk di sampingnya, Ratu menoleh.

"Hai," sapa orang itu. Jelas saja membuat Ratu mengerutkan keningnya tanda bahwa perempuan itu heran dengan sapaan yang ditujukan kepadanya barusan.

"Kenapa harus pake 'hai', Re? Kayak orang baru kenal aja," balas Ratu.

Revan tertawa kecil, dia sudah mengenakan seragam basketnya lengkap dengan sepatunya. Lalu dengan satu gerakan, dia mengambil tangan Ratu dan menggenggamnya. Ratu tambah heran, langsung saja hal itu memicu dia bertanya kembali.

"Kenapa?" Ratu melihat tangannya yang di genggam Revan.

"Gue gak mau lo diambil orang," jawab Revan apa-adanya.

Ratu tertawa geli, "Ya ampun, Re. Di sini gak akan ada penculik."

"Bukan itu, gue gak mau lo direbut sama orang lain dari gue."

Ratu semakin tertawa, "Jangan ngada-ada, Re. Itu gak mungkin terjadi."

"Nothing is impossible and anything is possible," jawab Revan tepat di iris mata Ratu.

"Kalau enggak lo ya mungkin gue yang akan diambil, gimana?" tanya Revan dengan nada horor.

Jujur saja, Ratu merasa ngeri dengan tatapan dan ucapan Revan itu. "Gak mungkin," sanggahnya.

"Harusnya lo jawabnya gak boleh bukan gak mungkin," timpal Revan.

"Lo jangan ngomong yang aneh-aneh ah, mau pertandingan itu ha-"

Harus terpotong oleh ucapan Step.

"Ratu lagi Ratu lagi, gak bosen, Pak?" tanyanya. Kini tangannya sudah tersilang di depan dada.

"Gak," jawab Revan judes sambil melayangkan tatapan kematian kepada Step.

"Santai, Re, santai. Gue cuma nanya bukan mau nyulik Ratu."

"Gak boleh."

"Revan lagi PMS kali, Rat. Sensian mulu," lapor Step kepada Ratu.

Ratu hanya balas tertawa kecil.

"Re, ayo masuk lapangan, udah mau pemanasan," suara bariton laki-laki membuatnya mengalihkan pandangan ke asal suara.

"Iya, Dev, nanti gue nyusul," sahut Revan kepada laki-laki itu : Devian.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang