Chapter 17

2.7K 119 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 17

Terkadang kenyataan itu jahat, membuat kita terluka dengan takdirnya. Tapi dibanding hanya ada di awang-awang, tanpa tahu bahwa sesungguhnya itu bukan hanya cenayang.

🍁

Cuaca panas siang itu mungkin kalah dengan suhu yang meninggi di hati Revan. Cowok itu buru-buru melangkahkan kakinya, kali ini bukan karena dia terlambat masuk sekolah. Namun karena rasa kecewa dan sedikit amarah yang menggebu-gebu di gemuruh dadanya. Menelan detak jantungnya dalam-dalam sampai rasanya ia tidak merasakan debarannya lagi. Hatinya mencelus jatuh, jauh, akibat kejadian yang dia lihat tadi.

Rasa sakit, kecewa, amarah, semuanya bercampur aduk.

Dia tadi sengaja segera pergi dari lapangan indoor saat Ratu menanyakan keberadaannya. Ia masih tidak ingin bertemu Ratu dalam waktu dekat. Dirinya masih tidak menyangka kalau Nadiva sangat mirip dengan Ratu tanpa kacamata, kejadian di pintu ruang guru yang dilihatnya tadi benar-benar membuat kacau pikirannya.

Revan ingin menemui Rei yang hari ini ekskul sepak bola, pastinya Rei masih ada di sekolah. Dia harus bertemu dengan cowok itu, dan juga dia akan menemukan titik temu yang sebenarnya. Rei mengenal Ratu, bahkan keduanya tampak sangat dekat waktu acara malam itu. Revan tak mungkin salah kira kalau Rei sangatlah mengenal Ratu.

Sesampainya di kelas Rei, Revan melihat Rei sedang memberesi mejanya, tanpa basa-basi, Revan menarik paksa Rei untuk keluar kelas. Rei yang kaget dengan kehadiran Revan yang tiba-tiba tampak tersentak kaget, namun dia tidak bisa apa-apa ketika Revan menyeretnya dengan kasar.

Revan melepaskan tangannya dari Rei, tatapannya tajam, deru nafasnya memburu. "Rei, jelasin ke gue siapa Ratu sebenernya !" bentak Revan ketika dia sudah berhadapan dengan Rei, ia sudah tidak bisa menahan ledakan tanda tanya yang sudah berpecik di kepalanya.

Rei mencoba memasang tampang santai. "Wait-wait, Bro. Santai aja, lo kenapa tiba-tiba datengin gue dengan muka serem kek gitu terus nanya-nanya Ratu ? Aren't you ? Sejak kapan lo peduli sama Ratu ?"

Tatapannya semakin menajam meminta penjelasan kepada laki-laki di depannya. "Bukan itu jawaban yang gue inginkan. Rei, jawab sekarang siapa Ratu !" bentak Revan lagi dengan notasi naik beberapa oktaf.

"Kok lo nyolot sih ? Ada perlu apa lo tahu soal Ratu ? Gak ada kan ? Jadi gak ada gunanya lo nanya-nanya ke gue," Rei balik membalas dengan sentakan.

"Gue berpikiran kalau Ratu adalah Nadiva," suaranya memelan saat mengucapkannya, terlebih pada dua nama itu. Seolah pita suaranya tercekat dan mengharuskan dia untuk berbicara dengan pelan.

Rei merasa tersentil dengan perkataan Revan barusan, dia tersentak. Rei cukup kaget Revan bisa berpikiran seperti itu, tapi hal itu juga wajar jika suatu saat Revan pasti mengenali sosok Ratu.

Rei menatap nyalang ke arah Revan, membuat Revan menelan ludahnya susah payah.

"Iya, dia Nadiva yang pernah lo sakitin dulu," jawab Rei tanpa nada, seolah hal itu sudah mati tak bernyawa.

Dalam hitungan detik, Revan merasakan ada palu gohdam menghantam kepalanya ketika Rei berkata seperti itu. Revan melepas tatapan tajamnya.

Revan seperti kehilangan kata-katanya, hal yang hanya dia duga dalam beberapa saat telah jelas kenyataannya.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now