Chapter 22

2.6K 109 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 22

Aku mohon. Tetap di sini dan jangan pergi lagi.

🍁

Ratu merasakan pusing di kepalanya, berat. Dia juga merasakan tubuhnya sedang terbaring. Ia berusaha membuka matanya perlahan dan merasa asing setelahnya, dimana gue ? Ruangan bercat abu-abu terang, dengan kasur di bawah tubuhnya berada di tengah ruangan, di depannya tampak meja belajar dan kabinet kecil, di sisi kiri kasur ada sofa kecil dan juga meja, di tembok sebelah kiri ada pintu yang mungkin adalah pintu kamar mandi yang di sampingnya ada lemari dan di sisi kanannya kamar ada pintu kaca tertutup gorden yang sepertinya adalah pintu menuju balkon.

Selesai menyapu pandangan ke seluruh sudut dan penjuru ruangan itu, Ratu mendengar suara laki-laki dari kejauhan, sepertinya ruangan di mana dia berada ada di lantai dua dan suara itu berasal dari lantai bawah.

"Re, gue pulang dulu ya, makasih lho tebengan nontonnya."

"Iya, Re. Besok kalo kita kumpul-kumpul di rumah lo aja."

"Eh enak aja, ini rumah ya bukan tempat nongkrong. Udah sana pulang."

Percakapan singkat itu membuat Ratu melangkahkan kakinya menuju pintu untuk keluar dari kamar itu. Tapi saat dia sudah sampai di pintu, tahu-tahu kakinya tergelincir undakan kecil di bawah pintu membuat dia terjatuh.

BRUKK

"Awh," Ratu meringis kesakitan. Dirinya terduduk di lantai berkeramik putih yang dingin. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, hanya ada lorong panjang yang gelap.

Rumah apa sih ini, serem banget, batin Ratu.

Sesaat kemudian terdengar suara kaki berjalan menaiki tangga, suaranya semakin lama semakin terdengar jelas. Ratu berusaha mencari-cari di mana letak tangga itu, namun yang ia lihat hanyalah lorong gelap. Tiba-tiba pencahayaan di sana menjadi terang, ada seseorang yang menyalakan lampu. Ratu mencoba mengenali sosok itu. Ternyata Revan.

"Ratu ? Lo ngapain di situ ?" tanya Revan terkejut sambil menghampiri Ratu.

Belum sempat Ratu menjawab, Revan sudah berkata lagi sambil membantu Ratu berdiri. "Udah sini, gue tuntun lo," Ratu hanya menurut dan membiarkan Revan mengalungkan tangannya di leher laki-laki itu.

Revan mendudukan Ratu di sofa dekat kasur lalu mengambil kursi kecil untuk meluruskan kaki Ratu, lalu dirinya duduk di samping kaki Ratu yang menyelonjor dengan membawa sebuah botol.

"Biar gue urut, pasti lo keseleo," kata Revan membuka botol yang ternyata berisi minyak kayu putih itu.

"Gak usah, Re. Gue gak pa-pa kok," jawab Ratu sedikit takut karena dirinya memang tidak suka diurut, itu kan sakit.

"Lo enggak gak pa-pa, gak sak-"

"Aawww. Re, sakit," perkataan Revan terputus oleh teriakan Ratu. Saking sakitnya Ratu ingin menangis.

"Biar sembuh," ucap Revan singkat.

Setelah beberapa saat, Revan berhenti mengurut dan menutup botol minyak lalu berkata, "Coba deh lo berdiri."

Ratu berusaha berdiri di sela ia menahan tangisnya, "Udah gak sakit kan ?" Ratu hanya mengangguk dan duduk lagi.

Melihat mata Ratu yang memerah seperti hampir menangis membuat Revan tidak tega, mungkin tadi dia mengurut terlalu keras, "Jangan nangis, gue ngurutnya terlalu keras ya ?" tanya Revan tak enak hati.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon