Chapter 40

2.3K 90 4
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 40

Jika diizinkan jadi melankolis, aku akan mengatakan bahwa senyumanmu selau saja menjadi kebahagiaan bagiku, apalagi jika alasanmu tersenyum adalah karena aku.

🍁

Semua siswa SMA Harapan Raya bersorak senang setelah menerima rapor kenaikan kelas, di SMA Harapan Raya nihil tercatat ada siswa yang tidak naik kelas. Jadi, momen kenaikan kelas adalah suatu hal yang menyenangkan.

Tragedi tim basket pada pertandingan basket tingkat provinsi di SMA Tunggal Jaya sudah 2 minggu berlalu dan kekesalan yang hampir dirasakan seluruh siswa SMA Harapan Raya kini sudah terlupakan dan lenyap, tergantikan dengan teriakan-teriakan heboh di seluruh penjuru sekolah.

Seantero sekolah menjadi riuh oleh teriakan-teriakan mereka, tak ketinggalan Nisa yang terlihat sangat senang.

"Rat, gue naik kelas, Rat. Akhirnya gue bisa berada di kelas XII semester depan, ini yang gue tunggu-tunggu, Rat," teriak Nisa yang ada di samping Ratu sambil jingkrak sana jingkrak sini.

Ratu mengusap-usap telinganya yang terasa penging dengan telapak tangan. "Biasa aja kali, naik kelas doang," jawab Ratu datar.

Nisa langsung cemberut ketika mendengar balasan dari Ratu. "Ih, Rat. Lo gak bisa memahami kebahagiaan gue ya? Gue seneng karena akhirnya gue semakin deket dengan kelulusan dan gue bisa ninggalin mantan-mantan gue."

Ratu yang tadinya sedang memperhatikan anak-anak lain yang sama bergembiranya dengan Nisa kini beralih menatap sahabatnya itu. "Alesan yang sama sekali gak berkualitas, mantan gak selalu buruk lho, Nis. Nyatanya Rei, mantan gue, sekarang jadi sahabat dan Revan sekarang juga balik sama gue lagi."

Nisa mengangguk karena dia begitu mengerti segala peristiwa yang pernah terjadi pada Ratu dengan mantan-mantannya. Tapi setelahnya dia teringat sesuatu. "Ah lo mah enak, mantan lo anaknya alim-alim, lurus-lurus aja. Lha mantan gue? Brutal semua, sampe heran gue kenapa dulu gue mau gitu sama mereka," sahut Nisa bergidik geli.

Melihat tingkah Nisa membuat senyum Ratu sedikit mengembang. "Lo sih, makanya kalo cari cowok gak usah buru-buru, jodoh udah ada yang ngatur, Nis, santai aja lagi."

"Iya deh iya."

Belum semoat Ratu menyahut, Nisa sudah menyambung lagi. "Eh Rat, nanti gue main ke rumah lo ya, ngerayain kenaikan kelas kisahnya, kita main PS ya? Ya ya ya ya?" pinta Nisa dengan muka memelas kayak anak anjing kurang makan.

Jujur saja Ratu merasa eneg dengan muka Nisa yang dibuat-buat melas seperti itu. "Iya, Jelek. Nanti gue ajak Rei sama Imelda," balas Ratu membuat Nisa yang tadinya semangat menjadi menurunkan bahunya lemas.

"Yahh, kan gue maunya berdua aja sama lo," gerutunya.

"Et, gak baik berdua-duaan," gurau Ratu.

Nisa membuka mulutnya lebar-lebar, ia merasa aneh dengan jawaban Ratu yang tidak masuk logika. "Lo kira gue cowok ha?"

"Ya bisa jadi, kali aja selama ini gue gak sadar kalo lo cowok."

"Astaghfirullah," ucap Nisa menjadi melas lagi. Sedangkan Ratu terbahak-bahak melihat ekspresi Nisa yang menurutnya sangat imut dan jarang terjadi itu.

Nisa memutar bola matanya malas karena Ratu justru tambah meledeknya dengan tertawa iblis seperti itu. "Jangan kebanyakan ketawa, nanti cepet tua," tukasnya.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang