Chapter 18

2.6K 106 1
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 18

Miko emang nyebelin, tapi seenggaknya dia perhatian. Apa ada cowok yang seperhatian Miko? Ratu sedikit gak yakin. Seenggaknya untuk saat ini.

🍁

Ratu sedang berada di dalam mobil bersama Miko yang menjemputnya tadi, Ratu menyesali mengapa dia harus mengatakan bahwa dia tidak akan membutuhkan layanan antar-jemput Miko. Dan sekarang, Miko sedang mengomel-omel karena kelakuan adiknya yang labil itu.

"Lo sih, makanya kalo sama abangnya gak usah pake sombong-sombong segala," omel Miko.

"Gak usah sok-sokan gak butuh gue."

"Jangan berbuat seakan lo bisa tanpa gue."

"Gue ini abang lo, Rat. Tugas gue adalah jaga lo. Mau gimana pun, gue harus jaga lo, apalagi lo perempuan."

Hati Ratu seperti tertusuk belati, pasalnya jarang-jarang Miko marah kepadanya.

"Iya, Bang. Ratu minta maaf, lagian kan Ratu cuma bercanda," ucap Ratu tertegun, dia menunduk tak berani menatap Miko.

Ucapan Ratu membuat Miko tahu bahwa adiknya itu benar-benar merasa bersalah karena Ratu tidak menyebut dirinya dengan 'gue' melainkan dengan namanya sendiri.

Ratu merasa tak ada sesuara pun yang menyelinap di telinganya, hanya hening sejak tadi. Dia menoleh ke arah Miko dengan kedua alisnya yang gabung jadi satu.

"Bang, kok malah diem sih. Dimaafin gak ini ?" desak Ratu.

Miko tampak berpikir, setalahnya dia tersenyum manis ke arah Ratu.

"Iya deh iya, adik cantiknya abang," kata Miko sambil mengacak rambut Ratu.

Ratu menyingkirkan tangan Miko dari kepalanya. "Lebay lo."

"Kan ketularan lo," ledek Miko.

Ratu mendengus geli. "Ih, apa ? Gue gak lebay kali, Bang."

Miko baru ingin membalas perkataan Ratu saat terdengar dering telepon dari handphone adik perempuannya itu. Ratu tampak menelusuri tasnya, mecari-cari keberadaan ponselnya yang berbunyi.

Sesaat ia langsung menemukan handphone-nya, dan segera menyentuh tombol hijau.

"Bentaran, Bang. Gue angkat telepon dulu," akhirnya Miko hanya bisa diam, kembali menatap jalan kembali dan sedikit curi-curi dengar percakapan Ratu dengan penelpon.

"Halo, Rei. Ada apa ?" kata Ratu membuka pembicaraan.

Ternyata Rei, batin Miko.

"Gue suruh ngapain ke rumah lo ?"

"Hah ? Ada yang mau diomongin ? Penting ? Jangan sok serius gitu dong, Rei. Gak cocok," sedetik kemudian Ratu menjauhkan ponselnya dari telinga, meringis geli, menatap layarnya sebentar lalu sesaat kemudian mendekatkan kembali ke telinganya dan berucap, "Ya gak usah pake teriak-teriak juga kali, Rei. Bercanda doang."

"Iya deh iya, gue ke sana."

"Iyaaaa. Udah ah, bye."

Ratu mematikan sambungan teleponnya dan menatap Miko yang balik menatapnya dengan tatapan jahil. Entah sejak kapan abangnya itu memasang tampang menyebalkan seperti itu.

Ratu menabok pundak Miko. "Apa sih, Bang, ngeliatin gue kek gitu ? Daripada lo ngeliatin gue mending lo ngeliatin jalan raya di depan yang butuh perhatian lo tuh, supaya gak meleng," protes Ratu.

Miko masih tersenyum jahil. "Gue suka kalo ngeliat Ratu lagi falling in love," balas Miko tanpa melepas tatapannya pada Ratu.

"Bang, pliss. Pertama lo salah kalo lo bilang gue lagi jatuh cinta karena bukan itu kenyataannya. Dan kedua lo salah kalo lo lebay lagi gitu," cetus Ratu.

"Apa-apa aja lo bilang lebay," sahut Miko mengalihkan pandangannya ke jalan di depannya. Tatapannya tampak sebal karena ucapan Ratu barusan.

Ratu tahu kalau abangnya itu pasti tidak terima karena dibilang lebay, ia terkikik pelan.

"Bang, nanti anterin gue ke rumah Rei ya ?" rengek Ratu sambil mengguncang-guncangkan lengan Miko sekaligus agar Miko tidak marah lagi.

Miko melirik kesal adiknya. "Nah kan, barusan lo hampir bikin meleng," protes Miko karena adiknya itu mengguncang lengannya dengan tenaga gorilla.

Ratu mengerjapkan matanya beberapa kali. "Oke, maaf," kata Ratu melepaskan tangannya dari lengan Miko.

"Pasti mau nge-date," tebak Miko.

"Apaan sih lo, Bang, gue sama Rei itu cuma sahabatan. CUMA SAHABATAN."

"Oke-oke, tapi kalo jadian, gue traktir makan ya ?" godanya lagi.

Ratu tampak menarik nafasnya dan membuang nafasnya perlahan. Dia mempersiapkan suara untuk memperingati Miko sekali lagi.

"Gue gak bakal jadian sama Rei dan gak bakal traktir lo makan," kata Ratu yang sudah tak terbantahkan.

Miko justru terkekeh. "Iya deh, daripada lo ngambek, malah berabe nanti."

"Nah gitu dong, Bang. Anterin gue ya, pulang ke rumah dulu, gue ganti baju terus anterin gue," kini nada suaranya sudah berganti lagi.

Miko menyela. "Lah, Rat. Gue bukan sopir lo."

"Sopir sementara, gue lagi males nyopir mobil sendiri. Lagian kan kalo sama lo gue lebih aman, katanya abang itu harus melindungi adiknya," bujuk Ratu.

"Hem, iya. Selalu aja ada alesan, dasar."

"Kan ketularan lo," jawab Ratu tertawa.

***

Akhirnya chapter ini ter-update juga, sibuk yang makin sibuk rasanya menyita waktu buat ngurusin cerita ini. Tapi demi kalian yang setia nungguin kelanjutan ceritanya, aku dengan senang hati mengerjakan cerita ini ditengah kesibukan mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Anyway, makasih buat kalian yang udah baca sejauh ini. Belum jauh sih ya sebenernya, masih jauh dari kata tamat.

Kira-kira apa ya yang bakal terjadi ketika Ratu di rumah Rei atau bakal ada kejutan buat Ratu di sana ?

Tunggu ya update-an selanjutnya. Tanggal 27 insyaAllah chapter selanjutnya udah siap.

Regards,

Ayurahmi.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant