Chapter 7

3.8K 166 1
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 7

Happy reading...

Sudah berkali-kali Revan menatap jam dinding lalu Pak Juju yang sedang mengajar di kelasnya, kemudian jam dinding lalu Pak Juju, jam dinding lalu Pak Juju. Seperti itu terus berulang kali. Revan sudah tidak betah duduk di bangkunya, istirahat tinggal 7 menit lagi, tapi kali ini terasa se-abad bagi Revan.

"Lo kenapa sih ? Kayak cacing kepanasan gitu," ucap Ardian, teman sebangku Revan.

Merasa ada yang berbicara, Revan menengok dan menjawab. "Gue....," ia sengaja menggantungkan kalimatnya yang membuat Ardian menatap Revan dengan tatapan malas.

Revan terkikik, "Laper."

Astaga, cuma laper harus segitunya ya nyampeinnya.

"Emang kalo laper harus ya ngeliatin jam terus ngeliatin Pak Juju, ngeliatin jam lagi, terus Pak Juju lagi ?"

Kali ini Revan yang menatap Ardian dengan tatapan malas dan menjawab asal, "Ya kalo laper itu gelisah."

"Bisa bego juga ya lo, Re," tawa Ardian berderai.

"Ardian!" bukan suara Revan. BUKAN. melainkan suara Pak Juju, membuat semua siswa di kelas itu menengok ke arah Ardian. "Kamu menertawakan saya ?" tanyanya gahar.

"Ohh, enggak, Pak. Saya ngetawain Revan," Ardian menjawab dengan santainya sambil menunjuk Revan.

"Abisnya lucuan Revan daripada bapak," kata-kata Ardian membuat seisi kelas tertawa.

"Diam, semua," gertak Pak Juju, semuanya menjadi diam, hening. Sampai akhirnya terdengar bel istirahat yang serasa menjadi rintisan dari Dewi Fortuna.

Mau tak mau Pak Juju mengakhiri debat tak berguna itu dan mempersilahkan murid-muridnya untuk istirahat.

"Selamet gue," kata Ardian mengelus dadanya.

"Gokil lo, Ar. Berani-beraninya nantangin Pak Juju," puji Tama saat rombongan teman-teman Revan berjalan menuju kantin.

"Gue emang keren," sahut Ardian memasang muka sok imut.

"Jijik," sambar Step.

"Lo juga," kata Ardian menunjuk Step.

"Alay," Revan ikut-ikutan.

Lalu dibalas oleh Ardian, "Lo juga."

"Gitu aja terus sampe gue bego," kata Tama.

Dibalas oleh keempat lainnya bebarengan, "Lo banget," sontak tawa mereka berderai membuat Tama cemberut. Orang-orang di kantin hanya memandang mereka dengan pandangan bingung dan juga aneh, tapi tak pernah dihiraukan oleh mereka berlima. Udah biasa kayak gitu, mau diapakan lagi ya kan ?

Revan berjalan santai dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin, tatapan Revan bertemu dengan tatapan perempuan yang tadi di bocengnya masuk gerbang. Muka mereka merah padam yang akhirnya membuat keduanya cepat-cepat membuang muka, lalu Revan segera bergabung dengan teman-temannya di meja yang biasa mereka gunakan untuk sekedar nongkrong ataupun makan disana.

"Es teh lima ya, Pak," kata Revan kepada Pak Suji, salah satu penjual disana.

Bebarengan dengan itu, Revan mendengar suara cempreng perempuan yang membuat Revan menoleh.

"Hai, Rei. Sorry banget tadi gak bisa nemuin lo, gue telat soalnya," ucapnya sambil berlari kecil dan duduk dihadapan laki-laki yang Revan kenal betul siapa dia, Raihan.

Rei mendongak dari handphone-nya kepada asal suara dan mendapati Ratu duduk di hadapannya. "It's okey, gak pa-pa," jawab Rei santai

Mereka saling kenal, bagaimana bisa ? batin Revan.

"Lo ngeliat siapa, Re ? Serius banget," ucap Devian pelan sambil mengikuti arah pandang Revan.

Revan masih mengamati kedua orang yang duduk berhadapan dan saling berbincang itu, "Oh, jadi cewek yang lo bilang waktu itu, dia ?" katanya lagi, Revan hanya mengangguk.

Ah, ngapain juga gue mikirin hubungan Ratu sama Raihan, gak penting, ucap Revan dalam hati dan mengalihkan pandangannya dari pemandangan itu dan beralih menatap keempat temannya yang menatapnya dengan tatapan curiga.

"Ada yang salah ?" tanya Revan polos.

***

Late uploading lagi, maaf ya. Chapter 7 cuma bisa segitu. Nanti update lagi chapter 8, keep reading :)

Regards,

Ayurahmi.

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang