Chapter 19

2.4K 111 0
                                    

If you likes this story, please give your best feedback, thankyou :)

*

CHAPTER 19

Aku yakin gemuruh ini bukan cemburu. Karena bahkan perasaanku sudah lama layu.

🍁

Ratu berkali-kali menatap jam tangannya lalu pintu yang menjeblak terbuka dan melakukan itu berulang kali bahkan sampai 30 menit. Ia sedang di rumah Rei, di ruang tamu lebih tepatnya. Di ruangan 5 kali 7 meter itu Ratu sedang menunggu Rei, Rei tadi memintanya untuk datang ke sini. Tapi saat dia sudah sampai di rumah Rei, ternyata Rei tidak di rumah.

"Gue telfon Rei aja ya, Rik," kata Ratu pada Rikhan--adik Rei, kembaran lebih tepatnya--yang sedari tadi menemaninya.

Rikhan mengerling pada Ratu. "Hape-nya Rei di rumah, Rat," jawabnya.

"Yaampun, Rei, lo itu ke mana sih," tutur Ratu gelisah mengalihkan pandangannya dari pintu.

"Tunggu sebentar lagi, Rat. Paling-paling dia ke minimarket. Emang ada apa sih Rei minta lo ke sini ?"

"Gue juga gak tau, dia cuma minta gue ke sini, katanya ada hal penting yang mau diomongin."

"Aneh banget tuh anak, katanya penting eh taunya malah pergi," cecar Rikhan.

Ratu baru ingin menengok ke pintu lagi saat terdengar suara ketukan pintu dengan keras, Ratu berdiri lalu menengok ke belakang, "Rei, akhirnya lo da-"

Menyadari yang berdiri di ambang pintu bukanlah Rei, Ratu menghentikan kata-katanya. Seorang perempuan memakai celana jeans hitam, kemeja biru muda, dan Ratu melihat tangan perempuan itu mengepal kuat, matanya menyiratkan amarah yang sangat.

Siapa dia ?, pikir Ratu.

***

Entah sudah seberapa jauh Ratu berjalan, di jalan raya yang ramai itu dia merasakan letih yang teramat sangat ditambah kepalanya yang sedikit pusing. Udara yang dingin malam itu menusuk kulitnya dan membuat Ratu berkeringat dingin, dia merasakan perutnya mual dan rasanya ingin muntah. Dia tadi kabur dari rumah Rei setelah saat insiden perempuan tadi.

"Heh, lo. Lo pasti yang namanya Ratu kan ?" tanya perempuan itu dengan sedikit bentakan. Ratu heran, darimana dia tau namanya. Padahal Ratu tidak kenal siapa dia.

Perempuan asing itu mendekat ke arah Ratu, membuat jarak mereka berdua hanya tinggal satu langkah.

Ratu menjawab dengan tenang. "Iya, gue Ratu, lo siapa ya ?" tanya Ratu balik, masih bingung dengan kehadiran tiba-tiba perempuan itu.

"Dasar cewek gak tau diri," ujar perempuan itu hampir berteriak dengan tangan kanannya menampar pipi Ratu dengan keras.

Ratu memegang bekas tamparan di pipinya, panas dan pilu. Dia salah apa sampai-sampai cewek di depannya ini berani menamparnya. Perempuan itu datang tiba-tiba, tahu nama Ratu, mengatakannya cewek gak tahu diri, dan menamparnya. Musibah apa ini ?

"Imelda, berhenti !" suara satu itu lebih tinggi nada suaranya dibanding perempuan tadi, ternyata Rei.

Imelda ? Siapa imelda ?, batin Ratu dalam hati. Dalam sekejap, jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Oh jadi kamu bela sahabat brengsekmu itu ?" kata perempuan yang ternyata bernama Imelda itu.

Ratu semakin bingung dan perasaannya semakin terasa tidak enak.

"Aku gak mau asma kamu kambuh," jawab Rei lembut.

Apa ini ? Aku-kamu ? Apa mereka berdua pacaran ?

Ratu memberanikan diri untuk bersuara. "Apa dia pacar lo Rei ?" tanya Ratu kepada Rei dengan suara yang ia tahan agar tidak terdengar bergetar, ia masih bisa merasakan panas di pipinya akibat tamparan perempuan misterius itu.

"Iya, Rat. Dia pacarnya Rei," bukan Rei yang menjawab, melainkan adiknya, Rikhan, menjawab dengan santai, seolah hal itu wajar untuk didengar.

Oktaf suaranya naik. "Jadi ini Rei yang lo bilang penting buat lo bicarain ke gue, buat dapet kata-kata gak pantes dan tamparan dari cewek ini ?" tanya Ratu mulai kesal.

"Ratu maafin gue, gue gak bermaksud-astaga Mel, tuh kan asma lo kambuh," decak Rei sedikit kesal sambil memegangi Imelda dengan panik. Perkataannya terpaksa terputus karena melihat Imelda megap-megap-oke, itu terlalu jahat. Nafas Imelda tampak terputus-putus.

"Gue permisi, Rei. Makasih atas berita bahagia ini, ternyata selama ini lo nyembunyiin kalo lo punya pacar dari gue. Bodohnya gue ya gak bisa menyadari itu," ucap Ratu tersenyum getir sekilas kemudian mengambil tasnya di sofa dan keluar dari ruangan itu.

Saat Ratu sudah hampir sampai di pintu, seseorang menahan pergelangan tangannya.

"Rat."

"Lo mau kemana ? Ini udah malem, gue gak mau lo kenapa-kenapa," ujar Rei penuh rasa khawatir.

Ratu membalik badannya untuk menatap seseorang yang menahannya.

"Biarin gue pergi atau sahabatan kita cukup sampai disini !" jawab Ratu menyentak tangan Rei dengan kasar.

"Tapi gue minta maaf, Rat."

"Gak perlu minta maaf dan gak ada yang perlu dimaafkan," balas Ratu terdengar ambigu. Tapi Ratu tak peduli, ia lebih peduli caranya pergi dari sana secepatnya. Perasaannya bercampur aduk. Sakit ? Pasti. Dia tidak tahu apa-apa dan langsung menjadi korban utama.

Akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar rumah itu, saat sudah sampai di gerbang, terdengar sebuah suara memanggilnya memanggilnya.

"Rat," Ratu terhenti dari langkah buru-burunya dan membalik badan saat menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Rikhan.

"Gue bisa cerita semuanya kalo lo butuh penjelasan, lo belum tahu yang sebenernya, Rat. Gue bakal selalu ada kalo lo butuh gue," kata Rikhan pengertian.

Ratu menggeleng pelan. "Makasih, Rik. Tapi bukan kah ini yang sebenarnya ? Gue tertipu karena kepolosan gue."

"Tapi, Rat. Lo harus ta-"

"Iya, Rik. Gue udah ngerti, gue pamit, maaf malah buat kerusuhan di rumah lo," kata Ratu berusaha menahan air matanya yang sudah berada di ujung pelupuknya agar tidak jatuh dan berjalan menjauh dari Rikhan, menjauh dari rumah itu, dan pergi.

Kejadian itu yang membawanya ke sini, berjalan tanpa tahu harus ke mana. Pulang ? itu nihil, ia tak punya kekuatan lagi untuk berjalan. Tampak sepercik harapan di bayangan dalam matanya, ia melihat ada minimarket dan akhirnya memilih ke sana, untuk sebentar melemaskan kakinya dan mengumpulkan energinya.

Ia berusaha berjalan mendekat ke kursi dan meja yang disediakan di depan minimarket. Saat ia hampir mendekati meja itu, ia melihat laki-laki yang menatapnya heran sekaligus tak percaya, entahlah, ia tidak tahu, pandangannya sudah memudar dan tak bisa menatap laki-laki itu lagi sampai akhirnya semuanya gelap. Sekilas, masih bisa dia dengar suara laki-laki memanggilnya dengan nada terkejut. Semuanya gelap, Ratu tak tahu apa yang terjadi padanya setelah itu dan tidak tahu siapa laki-laki itu.

***

Aduh-duh-duh, gimana kira-kira feels-nya di chapter ini ? Siapa sih ya yang pernah ngira kalau ternyata Rei udah punya pacar ? Ratu aja sampe kaget setengah mati. Duh, sedih.

Sampai segitu dulu buat chapter satu ini, chapter satunya kayak biasa-kalau enggak sore ya malem aku update-nya.

Mohon voment-nya ya teman-teman :)

[HRL-1] Queen & Cassanova (COMPLETED)Where stories live. Discover now