25. Kejujuran Helena

36.6K 3K 65
                                    

Mumpung lagi baik hati nih, jadi update lagi hehehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak gengs.

Happy reading

=====

"Kenapa harus aku, Helena?" Tanya Sean dengan nada dingin. Tidak ada sahutan sama sekali dari wanita itu.

Sean melirik ke samping, rahangnya mengerat menyadari wanita itu duduk dengan santai sambil menggigiti kukunya. Sean menepikan kendaraannya dengan kasar. Tubuh Helena terhempas ke samping, ia mendelik pada Sean.

Sean mematikan mesin mobil, menarik nafas sambil memejamkan mata sebentar. Ia harus meluruskan masalah ini. Helena tidak bisa bertindak sesuka hatinya. Pernikahan bukan urusan sepele dan Sean tidak mungkin menikahi wanita itu, ia tidak mencintainya. Apalagi wanita itu tengah mengandung bayi laki-laki lain.

"Katakan padaku siapa laki-laki itu?" Tanya Sean serius. Helena menoleh sekilas lalu memutar bolamatanya jengah.

Sean makin menggertakkan gerahamnya. Ia sudah mulai kehilangan kesabaran dalam menghadapi wanita pembangkang ini. Tidak mungkin juga ia bertindak kasar mengingat wanita ini adalah putri dari William Henderson, orang yang sangat ia hormati.

"Laki-laki yang mana?" Tanya Helena dengan tampang polosnya.

Sekali lagi Sean memejamkan mata. "Tentu saja laki-laki yang menghamilimu, Helena!" Ucapnya dengan gigi bergemerutuk.

Oh Tuhan, wanita ini benar-benar menguji kesabaranku!

"Itu berarti dirimu sendiri," kata Helena masih cuek.

"Berhentilah bermain-main, Helena! Kau tahu aku tidak pernah menyentuhmu. Jadi bagaimana mungkin kau bisa hamil, HAH!" Suara Sean naik satu oktaf.

Helena tersentak kaget menyadari suara Sean yang meninggi. Ia menoleh ke arah pria itu dan melihat wajah pria itu memerah menahan marah.

Menelan ludah, ia sedikit menciut. Biasanya ia tidak peduli dengan kemarahan orang lain namun tidak kali ini. Tapi bukan Helena namanya kalau tidak bisa menutupi rasa gugupnya, ia tidak mau terlihat takut di depan Sean.

"Jadi katakan, siapa laki-laki itu?" Wanita itu memilih diam. "Apa ini hanya bualanmu saja?" Helena sedikit mengedikkan bahunya berusaha bersikap tak acuh.

Sean makin menggertakkan giginya, matanya memicing, "Jangan-jangan kau mencintaiku hingga sangat ingin menikah denganku?"

Kali ini ucapan Sean berhasil. Helena menoleh cepat. "Tentu saja tidak! Bahkan jika hanya ada kau di muka bumi, aku tetap tidak mau...!"

"Lalu kenapa kau diam saja! Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya?" Potong Sean cepat.

"Kau sendiri kenapa diam? Menerima begitu saja keinginan Daddy! Kau bisa menolaknya bukan?"

"Ck. Seandainya aku bisa dan kau tidak selalu menyela ucapanku!" Bukannya Sean tidak tahu, kalau Helena selalu menyela omongannya jika ia ingin mengungkapkan sesuatu.

Helena menghela nafas. "Salah kau sendiri. Kenapa kau ikut campur masalahku?" Rahang Sean kembali mengeras mendengar perkataan Helena yang selalu saja mematahkan kalimatnya.

Wanita itu kembali menolehkan kepalanya pada Sean dan kembali menelan Saliva. Kali ini Sean terlihat berbeda dengan yang biasa ia lihat. Ada aura menakutkan di sana.

Helena berdecak kesal menutupi rasa gugup yang kembali menerpanya. "Aku ingin menyimpannya rapat-rapat, tapi gara-gara kau semuanya jadi kacau! Aku tidak bisa mengejar mimpiku..." jeda sebentar untuk mengambil nafas, Helena menoleh lagi pada Sean yang menatapnya tanpa kedip, kali ini menampakkan wajah bingung, "Ah sudahlah! Percuma saja, kau juga tidak akan mengerti!" Helena mengibaskan tangannya, lalu ia berbalik hendak membuka pintu mobil.

NOT YOURS (SELESAI)Where stories live. Discover now