31. Perjodohan

36.4K 3.1K 109
                                    

Oke, sebelum weekend aq sempet2in update ya. besok jangan nagih buat update, soalnya bab selanjutnya belum ditulis sama sekali haha...

Bab ini aq tulis tanpa revisi dan baca ulang ya, semoga aja ga ada typo dan ceritanya masih nyambung.

Buat salah satu author kece yang hari ini lagi foto2 prawed, aq doain semoga semuanya berjalan lancar ya, Amiiinn.

Doakan aq segera menyusul ya gengs, Amin.

Jangan lupa bagi VOMEN nya, love you geng

=====

Kiara meletakkan tasnya di atas meja. Bibirnya tersenyum kala mengingat kejadian kemarin sore. Ternyata seorang Michael bisa ia bohongi dengan mudah dan untung saja kebohongan itu tidak terendus sampai pria itu pulang.

Ah, ternyata ciumannya memiliki efek besar pada lelaki itu. Setelah Michael menciumnya dengan puas, Kiara meminta pria itu untuk pulang. Awalnya Michael menolak dengan alasan masih mengkhawatirkan putranya. Namun Kiara dengan yakinnya mengatakan kalau Max baik-baik saja. Max tidak selemah itu. Dan Kiara juga menegaskan kalau ia bisa mengurus putranya dengan baik tanpa harus ke dokter. Takut mood Kiara kembali memburuk, Michael mengalah.

Demi membuat Michael senang, Kiara berjanji akan menuruti keinginannya. Yang penting Michael cepat pulang. Kiara bernafas lega karena pria itu menurutinya. Walaupun sesudahnya ia harus mendapat omelan panjang lebar dari sang ibu.

"Hei, aku mencium aroma orang yang sedang jatuh cinta!" Ucap seseorang yang membuat Kiara berjengkit kaget. Kiara menoleh dan mendapati Helena tengah mengendus-endus dirinya.

Jatuh cinta!

Menyadari perubahan yang ditunjukkan wajah Kiara, mata abu-abu itu bersinar. "Wajahmu memerah. Ayo katakan, siapa pria beruntung itu? Hmm biar kutebak..." Helena mengetukkan ujung telunjuknya di dagu, pura-pura berpikir. Tatapannya tak lepas dari Kiara yang tampak salah tingkah. "Apa laki-laki itu bernama—"

"Tidak, bukan dia!" Elak Kiara, namun berbeda dengan yang ditunjukkan wajahnya.

"Aku belum menyebut namanya, tapi kau sudah mengelak!" Ejek Helena lantas ia tersenyum lalu memeluk Kiara. "Syukurlah. Aku harap kau menerima lamaran kakakku secepatnya!"

Helena mengurai pelukannya. "Kemarin kau pulang lebih awal? Apa sesuatu terjadi pada Max?" Tanyanya, Kiara memilih diam. "Baiklah, kau tidak perlu menjawab. Hanya dengan melihat wajahmu saja, aku sudah tahu jawabannya," ujar Helena yang ia yakini Kiara menghabiskan harinya bersama Michael kemarin. "Sampai nanti, Kakak Ipar!" Helena mengerlingkan matanya lantas berlalu dari sana.

Kiara sudah terbiasa dengan kedatangan Helena yang tiba-tiba, lalu dengan tiba-tiba pula wanita itu pergi.

Tentu saja wanita itu bisa bertindak semaunya. Perusahaan ini miliknya. Siapa yang berani menegur atau sekedar menasehati? Bahkan Sean yang sebagai atasannya pun tidak mampu untuk membuat wanita itu menurutinya.

*****

"Nona Kiara, ke ruanganku sekarang!" Perintah William lewat intercom.

"Baik, Tuan," sahut Kiara sopan.

Tiba-tiba dirinya gelisah, jantungnya berdetak sangat cepat. Tidak biasanya atasannya memanggil namanya dengan nada dingin.

'Apa aku berbuat salah?' Batin Kiara. Ia memikirkan kesalahan yang mungkin terjadi tanpa ia sadari, namun berkali-kali ia memikirkan berkali-kali juga ia yakin tidak ada yang salah.

Lalu ia teringat dengan kejadian kemarin, matanya melebar. "Jangan-jangan..."

Kiara meremas kedua tangannya dengan gugup. Ia takut, Helena atau bahkan Michael sendiri sudah menceritakan semuanya pada William. Mungkin atasannya itu memanggilnya untuk memecatnya.

NOT YOURS (SELESAI)Where stories live. Discover now