3. Lights Club

24.9K 1.6K 5
                                    

Shawn Anderson

"Shawnnnn!" Kata Edward memanggilku saat aku memasuki ruangan VVIP kami.

Aku merebahkan diriku pada sofa di sisi Ryder. Ryder masih asik mencumbu salah satu wanita. Pikiranku kembali pada Scarla. Sudah satu minggu ini aku mencarinya. Ia tidak datang lagi ke kedai kopi-nya.

Tentu saja ia sudah di pecat, mana mungkin ia datang lagi ke tempat kerja nya. Aku harus menahan diriku untuk tidak menggunakan investigatorku untuk mencarinya. Aku akan mencarinya dan akan menemukannya dengan caraku.

"Hei dude! Apa yang sedang kau pikirkan?!" Kata Roland menepuk bahuku.

"Tidak." Aku mengelak.

Edward, Ryder, dan Roland adalah sahabatku semenjak di SMA. Kami masing-masing memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perusahaan ayah kami.

Namun tidak bagiku dan Ryder, kami sama-sama membangun perusahaan kami sendiri. Walaupun ayahku selalu menginginkan aku melanjutkan apa yang sudah ia kerjakan namun aku memilih jalanku sendiri. Berjuang memiliki perusahaan property elit dan mewah baik mansion hingga ke club malam.

"Celine mencarimu." Kata Ryder mengalihkan perhatianku pada seorang wanita yang mendekatiku.

Celine, salah satu teman SMA kami, ia selalu menggodaku dan menginginkanku, namun entah mengapa aku tidak pernah tertarik padanya.

"Shawn.. kemana kau satu minggu ini tidak muncul disini?" Tanyanya manja sambil bersandar di bahuku.

Aku melepaskan genggaman tangannya.

"Lepaskan." Kataku saat ia masih merangkulnya erat.

"Celine.. Sudah aku beritahu berulang kali! dia itu gay." Edward meledekku. Mereka semua tertawa, lebih tepatnya menertawakanku. 

Ya, itu ungkapan mereka, karena aku tidak pernah menginginkan wanita dalam hidupku. Bagiku wanita hanya menginginkan hartaku dan kekuasaanku, tanpa pernah menginginkan diriku apa adanya. Termasuk Celine, ia mulai mendekatiku sejak Ryder memberitahukannya bahwa club mewah ini milikku. Aku tertawa meremehkan dan beranjak dari tempat dudukku.

"Berikan aku satu Martini" kataku pada seorang penjaga yang berdiri di sisi pintu. Aku menyalakan sebatang rokok dan berjalan ke sisi kaca ruangan. Aku mengalihkan pandanganku pada dance floor yang hiruk pikuk di bagian bawah sana. Suasana club seperti biasa, sangat ramai.

Aku masih menghisap rokok-ku dalam, aku masih memikirkan wanita itu dalam lamunanku. Untuk pertama kalinya aku memikirkan seorang wanita, entah apa yang aku rasakan aku tidak dapat mendeskripsikannya. Yang aku ketahui aku hanya ingin bertemu dengannya.

Aku dapat mendengar Roland bersiul.
"Hei baby.. ingin bergabung bersamaku malam ini? aku akan membayar dua kali lipat?" Kata Roland menggoda.

"Maaf, ini minuman tuan." Suaranya yang tidak asing di telingaku. Aku menoleh dan aku mendapati wanita yang selalu dalam pikiranku bahkan baru saja aku memikirkannya dan ia sedang berbicara dan menatap Roland tajam.

'Scarla? Apa yang ia lakukan disini?' Aku mematikan rokokku dan masih bersandar memperhatikannya. Ia mengenakan pakaian pramusaji, apa ia bekerja disini? Mengapa aku tidak mengetahuinya?

"Ohhh kau sangat imut kau tahu itu, aku suka aku suka, bolehkah aku memilikimu malam ini?" Roland mengusap pipinya dan seketika ia menepis dan memutar tangan Roland ke belakang mengakibatkan Roland meringis. Aku tersenyum melihat wanitaku melakukannya.

Tunggu?! Sejak kapan aku menyebutnya wanitaku?

Saat itu juga penjaga maju dan memegang lengan Scarla ke belakang. Seketika itu tangan Roland terlepas bebas.
"Wanita Gilaaaaa!" kata Roland diiringi riuh tawa dan tepuk tangan dari temanku dalam ruangan.

Aku memasukkan tanganku ke saku dan menghampirinya.

"Lepaskan dia." Kataku pada penjaga yang masih memegang tangannya. Ia menatapku.

"Terima kasih." Ia tersenyum kecil dan berlalu keluar ruangan.

Aku dapat melihat lesung pipi kecil di pipinya ketika ia tersenyum. Aku masih mengingat mata nya yang indah ketika kami bertatapan, namun sepertinya ia melupakanku. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya.

"Kau harus memecatnya Shawn? Dia sangat membahayakan tamu-tamu yang ada di club ini" Kata Roland.

"Kau yang membahayakannya." Kataku lalu menyesap martiniku.

"Apaaaaa?! Sejak kapan kau perduli dengan seorang wanita?" Tanya Roland heran.

Seketika Ryder tersedak beernya.
"Shit buddy! Apaa yang baru saja kau katakan?!" Kata Ryder lalu terbatuk.

"Shawn membela seorang wanita?!" Edward mengejekku tidak percaya.

"Ayolah kita harus merayakan moment ini! Ayo kita minum malam ini! Aku yang akan membayar semuanya!" Ryder mengangkat gelasnya, diiringi dengan Edward dan Roland yang mengikutinya.

"Kita akan merayakan malam terakhir shawn menjadi gay malam ini" mereka tertawa dan bersulang untukku.

Aku hanya tertawa dan ikut mengangkat gelasku.

"Shawn bukan seorang gay lagi!" Ryder berteriak.

"Bastard." Kataku membuat mereka tertawa.

S.H.M.I.L.Y.  (COMPLETE)Where stories live. Discover now