[4] IKHLAS

7K 379 26
                                    

Semua orang menginginkan jodoh yang baik. Namun, tidak ada salahnya kan menjadi lentera untuk mereka yang masih nyaman dalam kegelapan?

***

Terlihat banyak miniatur ka'bah terpajang di atas lemari. Rak buku penuh dengan berbagai macam judul islami. Hanya pemandangan yang kurang menarik terlihat di salah satu meja sudut ruangan, ada Rizky di sana. Ia gelisah. Sebelah tangannya menopang kepala, ia mengetuk-ngetuk pulpen ke meja yang ada di depannya, seperti ada hal berat yang ia pikirkan. Jelas ini mengambil alih pusat perhatian Haris —teman sekamar sekaligus senior Rizky di pondok— yang sedari tadi melihat sahabatnya itu gelisah.

"Kenapa, Ky? Gelisah tenan?"

"Ha? Oh. Enggak. Gapapa Mas, hehe."

Walaupun ia berusaha menyembunyikan masalahnya, namun Haris tahu apa yang membuat laki-laki itu risau, secara mereka sudah lama berteman dan pastinya sudah saling mengenal pribadi masing-masing.

"Wes, ndak usah bohong. Aku tahu kamu itu gimana, cerita wae karo aku."

Mungkin benar apa kata Haris, kali ini Rizky membutuhkan teman untuk mendengar gundah gelisahnya, barangkali ia dapat membantu.

Ia memutar badan ke samping menghadap Haris. "Jadi gini lho, Mas. Aku tadi kan ke ruangan Pak Ustadz, di sana ada Pak Gunawan, riko kenal to sama beliau?"

"Sek... Sek..." Haris terlihat berpikir, "Haa... Investor tetap to?"

"Nggeh... Ustadz nyuruh aku nikah sama anaknya, dijodohin gitu, lho."

"Lah. Bagus dong. Masalahne opo? Bukannya kemarin riko memang mau nikah muda? Mau cari istri? Ini wes teko kok malah dipusingin?"

"Makanya dengerin aku dulu. Masalahne, anak'e Pak Gunawan iku sikapnya amburadul, aku pernah jumpa dia dua kali, pakaiannya itu lho, Mas... Astaghfirullah... Malu aku lihatnya." Rizky menunduk dan geleng-geleng kepala.

"Terus?"

"Masa aku nikah sama dia? Bukannya Allah bilang laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitu juga sebaliknya, to?"

"Yo... Tapi apa kamu yakin kalau kamu sudah menjadi laki-laki yang baik? Hmm? Yakin kadar keimananmu sudah mencapai tingkat yang paling atas? Jangan sombong lho, Ky."

Rizky terdiam, berpikir.

"...Bisa saja Allah menghadirkan dia untukmu sebagai jalan untuk meningkatkan derajatmu di sisi-Nya, bisa juga memang dia yang sudah ditakdirkan di Lauhul Mahfuzh untukmu..."

Rizky masih diam.

"... Ky, setiap pendosa punya kesempatan untuk bertaubat dan menata masa depan yang lebih baik. Lagipula, orang yang sudah baik pasti juga pernah punya masa lalu yang buruk, kan? Yaaa walaupun tidak semuanya seperti itu."

Haris melirik Rizky, "... Jangan menutup kesempatan seseorang untuk berubah. Pintu taubat Allah itu luas. Jangan disempitkan dengan pemikiranmu yang seperti itu. Bukannya tugas suami adalah membimbing istrinya? Kamu juga senang berdakwah, membimbing para santri yang pernah jahil di sini ke jalan Allah, bahkan sampai-sampai satu pesantren kenal sama kamu. Masa untuk membimbing seorang wanita saja kamu tidak bisa?..."

Haris menepuk pundak Rizky, "...Memang setiap orang ingin mendapatkan jodoh yang terbaik, namun jika kita hadir sebagai orang yang memperbaiki, apa salahnya? Bukankah proses perbaikan itu adalah proses yang paling berkesan? Maka dari itu, Ky, jadilah lentera untuk orang lain."

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Where stories live. Discover now