[40] GUGAT - 2

762 42 6
                                    

Astaghfirullah... Apa yang baru saja kupikirkan? Tidak. Itu tidak benar. Aku harus berpikir jernih. Decak Rizky.

Saat Rizky memasuki ruang rawat Kira, dia langsung menghampirinya, mencoba memegang tangan kira, namun...

SET! Kira menepisnya.

"Eh? K-kenapa, Dek?" Rizky terkejut.

"Pa, Kak, boleh tinggalkan kami berdua?" Pintanya kepada Gunawan dan Ali. Mereka pun pergi keluar.

"Ada apa, Sayang? Apa yang mau kamu bicarakan?"

Kira meneteskan air mata.

"Kenapa kamu menangis?"

"M-Mas... Lebih baik kita bercerai saja."

DUAR! Seakan ada petir yang menyambar di hati Rizky.

"A-apa? Apakah Mas salah dengar? Apakah kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?" Rizky shock.

"Ini demi kebaikan Adek dan bayi ini, Mas. Tolong pahamilah."

"Lalu, tidakkah kamu berpikir apakah ini juga baik untuk Mas? Kenapa kamu selalu mengambil keputusan sepihak begini?" Rizky mulai kesal.

Kira menatapnya dalam, "Hiks... Hiks... Mas, tolonglah.. Adek sudah tidak sanggup lagi berada di rumah itu. Semuanya terasa mati."

"Kita pindah saja ya, Sayang? Kita keluar dari rumah itu. Setidaknya kamu tidak akan diperlakukan dengan buruk lagi..."

"Mau bagaimanapun dan dengan cara apapun, kita tidak bisa memutus hubungan dengan orang tua kita, Mas. Selamanya akan tetap sama. Hiks.. Hiks.."

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik... Hiks.." Tanpa sadar, Rizky pun ikut menangis.

"Bukankah Mas sudah pernah melakukan itu sebelumnya? Tapi, apa hasilnya? Tidak ada. Tetap saja Adek yang disalahkan dan jadi korbannya..."

Rizky hanya diam dengan air matanya yang berlinang.

"... Kesempatan kedua hampir tidak pernah ada, Mas... Hiks.. Hiks... Jika memang sumber dari permasalahan ini adalah penyakit yang diidap Papa, Adek bisa apa? Papa juga tidak bisa menolak takdir yang sudah terjadi padanya, kan? Papa juga sudah menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu kepada orang tua Mas. Tapi, jangankan diterima, Papa justru tetap menjadi dalang dari semua permasalahan yang ada, hingga akhirnya berimbas pada Adek. Hiks..."

"Adek... Hiks.. Kamu salah. Kesempatan kedua akan selalu ada jika kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan sabar. Kita coba lagi, ya? Kita bicara baik-baik sama Mama dan Papa?" Bujuk Rizky.

"Sudahlah, Mas. Hiks... Hiks... Tidak perlu membuang-buang waktu. Ridhoilah Adek untuk menggugat cerai Mas. Lepaskan Adek, dan menikahlah dengan Diana..."

"A-apa?"

"... Buatlah semuanya menjadi mudah. Adek mohon. Hiks.. Hiks..."

Rizky tertegun, "Apa semua ini karena Diana? Kenapa harus dia?"

"Karena, menurut orang tua Mas, dialah menantu yang sempurna untuk keluarga Mas, Keluarga Syarif. Hiks.."

"Dari mana kamu tahu informasi soal itu?" Rizky terdiam sejenak.

"Jadi, benar?"

Rizky kesal. Dia menormalkan kembali air mukanya. "Dek? Mas tidak pernah menaruh rasa apapun padanya..."

"Sama. Dahulu Mas juga tidak pernah menaruh rasa apapun pada Adek. Tapi, seiring waktu, Mas pasti bisa mencintainya seperti Mas mencintai Adek sampai saat ini. Hiks..."

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang