[42] BUJUK

929 53 7
                                    

"Ca, Ivan apa kabar, sih?" Tanya Dara, memecah keheningan.

"Idiiihhh... Belum juga lama ditinggal, kangen lo?" Decak Luna.

"Rinduku berbuah lara..." Kata Dara.

"Mengapa takut pada lara? Sementara semua rasa bisa kita cipta. Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah yang menunggu reda." Balas Pika.

Caca tertawa geli, "Hahaha... Pada kenapa sih lo semua? Sok puitis hahaha... Lo juga, Pik.. Tumben?"

"Terbawa suasana." Jawab Pika. "Kasihan, ada yang merindukan seseorang, tapi dia gak tahu apakah dia juga dirindukan atau tidak."

"Duuuhhh... Nusuk banget lo ya kalo ngomong." Dara kesal.

"DUAR! Hahahahaha.. Seorang Dara dikasihanin sama seorang Pika. Hahaha..." Luna tertawa.

"Dah.. Dah... Apa? Ivan? Selama di Ausy, dia gak mau diganggu katanya, kecuali darurat." Jelas Caca.

"Heh, memangnya rinduku ini bukan hal yang darurat, apa?"

"Hahaha... Sejak kapan rindu bisa jadi hal darurat?"

"Sejak hatiku jatuh pada seorang Ivan Sebastian."

"DIIIHHH.... ALAY!" Sorak Caca, Luna, Pika, bersamaan.

"Nahan rindu itu gak baik, loh. Nih ya, dilansir dari The Odyssey Online, efek buruk yang terjadi jika kita terus-terusan menahan rindu adalah munculnya stres. Saat stres berlebihan, seseorang akan mengalami susah fokus, emosi tidak terkendali, dan sulit terhindar dari penyakit. Hal ini akan mempengaruhi hormon dopamin dan serotonin. Hormon dopamin berkaitan dengan rasa bahagia, sakit, dan hasrat untuk bersama dengan orang yang dicintai, sedangkan hormon serotonin berfungsi sebagai pengendali stres, nafsu makan, dan suasana hati. Nah, bayangin dong gimana rasanya kalau gue terus menahan rindu? Bisa-bisa hidup gue hampa tanpa tujuan." Jelas Dara.

"Hampa terasaaaa hidupku tanpa dirimu. Apakah diiiiiii sanaaaaa kau rindukaaaann akuuuuu???!!! Seperti diriku yang s'lalu merindukanmu... Selalu merindukanmuuu wooooo!!!!!!!!" Teriak Pika.

Caca melirik Pika dengan aneh, kemudian tangannya memegang dahi Dara yang kebetulan duduk di sebelahnya, "Oh, panas. Demam nih anak. Pantes."

"Kok gitu siiihhhh!!! Gue kan ngasih ilmu buat kalian. Lumayan, kan? Setidaknya otak kalian ada isinya walau dikit." Balas Dara, kesal.

"Gak akan nyangkut, Dar. Otak gue mau dikekmanain pun udah gak bisa lagi nyerap ilmu." Jawab Pika, pasrah.

"Wah, makin belagu lo, ya... Hajar Girls!" Teriak Caca. Luna dan Pika, beranjak dari duduknya, mendekati Dara.

"Eiiitt! Kalau lo pada ngehajar gue, nanti gue gak mau ya bantuin kalian ngerjain skripsi lagi." Ancam Dara.

"Maaf, Nyai." Mereka kembali duduk.

"Lalu, gimana sekarang?" Tanya Luna.

"Ah, gak tahu deh. Harusnya, sebagai warga plus enam dua, kita tuh harus kepo sama urusan rumah tangga orang. Tapi, berhubung kita ada deadline ngerjain skripsi yang gak guna ini, jadi kita undur saja niat itu dan menghilang dari peradaban. Gue mau fokus ngerjain skripsi. Ogah gue jadi mahasiswa abadi." Kata Caca.

"Yah, gak seru. Kalau gitu, skill ghibah gue bisa hilang, nih." Decak Luna.

"Iyaaaaa!! Gak ada gosip gak seru!" Tambah Pika.

"Ghibah itu dosa, tahu." Tepis Dara.

"Yeeee... Dari kemarin kita juga udah ngeghibah." Balas Caca.

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Where stories live. Discover now