[32] - JAUH

1K 59 6
                                    

D-dia benar-benar ayahku? Ali terpaku. 

Gunawan berjalan menuju Ali, dan saat hendak memeluknya Ali justru menghindar. 

"Tunggu. Saya masih belum bisa menerima ini semua." 

"Ada apa, Al? Dia benar ayah kandungmu." Kata Fauzan.

Kalau dia ayah kandungku, berarti Kira adalah adik kandungku? D-dan berarti aku dan dia tidak bisa bersama selamanya?

"Hahaha... Gunawan... Gunawan... Bahkan setelah semua terbongkar pun anakmu masih tidak mau mengakuimu sebagai ayahnya. Apa ini masih disebut karma?" Decak Rani.

"Ma." Tegur Rizky seolah mengisyaratkan untuk tidak ikut campur.

Apa aku bisa menerimanya sebagai ayahku? Secara tidak langsung dia telah 'membuangku'. Memangnya apa yang menjadi alasanku untuk menerimanya? Dan bagaimana aku bisa hidup dengan orang tua yang terganggu mentalnya? Bukankah aku sudah mempunyai Ayah Fauzan yang semuanya sempurna? A-aku takut dia akan membunuhku jika suatu saat emosinya memuncak. Aku tidak bisa menerimanya. Batin Ali.

"Maaf. Tapi saya tidak bisa menerima Anda sebagai ayah kandung saya. Saya tetap memilih Ayah Fauzan. Maaf."

"A-apa?!" Semua orang di ruang itu terkejut atas ucapan Ali.

"Bagaimana saya bisa hidup dengan orang tua yang emosinya bermasalah? Bisa saja dia akan membunuh saya juga, kan? Intermitten Explosive Disorder... Bukankah penyakit itu bisa menular secara genetik? Bahkan saya sendiri pun takut jika nanti saya juga mengidapnya." Jelas Ali.

Gunawan hanya diam. 

Maaf, aku terpaksa mengarang alasan ini. Alasan sesungguhnya adalah aku tidak bisa menerima kalau Kira adalah adik kandungku. Aku mencintai dia, bagaimana mungkin aku bisa merelakannya dengan jalan seperti ini? Ini terlalu pahit buatku...

"Al?" Sahut Rizky yang melihat Ali melamun.

... Walaupun Kira sudah berumah tangga, setidaknya aku bisa menunggunya sampai kapanpun demi agar bisa bersamanya. Tapi kalau persoalannya begini...

"Ali!" Sahut Fauzan dengan nada tinggi. 

"AKU TIDAK BISA MENERIMANYA!" Ali juga menjawab dengan nada tinggi. Hal itu membuat semua orang terdiam.

"Ah.. Maaf. Saya hanya sedang melamun. Ya, intinya seperti itu. Tetaplah anggap saya orang asing, bukan anak dari Gunawan Wijaya atau apalah itu. Tetaplah bertindak seolah kita tidak saling mengenal. Maaf, saya tidak bisa menerima Anda sebagai ayah saya. Karena yang saya tahu, ayah saya bernama Fauzan Syarif, bukan Gunawan Wijaya. Maaf saya harus pergi." Gunawan masih diam. "... Yah, ayo pulang." Ajak Ali kepada Fauzan, ayahnya. 

"T.. Tapi, Al.." 

"Ayo, Yah..."

Mereka pun pergi meninggalkan semua orang di rumah itu. Hal ini membuat Kira tidak tega dengan papanya yang sedari tadi hanya bisa diam mendengar penolakan Ali.
Sudah lama Papa mencari putranya yang hilang. Papa juga sudah melakukan segala hal untuk itu. Aku kira akan berakhir bahagia setelah ini, tapi ternyata makin runyam?

"ALI!" Teriak Kira sembari berlari kecil.

"Adek?!" Rizky terkejut dan ikut menyusul Kira.

"ALI, TUNGGU!" Sahutnya saat mereka sampai di teras rumah. Sontak hal itu menarik pusat perhatian Diana yang sejak tadi berada di teras rumahnya.

"Ada apa lagi? Apa yang barusan saya katakan tidak jelas?"

"B-bukan begitu. T-tapi apa kau tidak kasihan dengan Papa? Bukankah kau juga sudah mendengar penjelasan Papa bahwa dia sudah melakukan segala cara untuk menemukanmu?"

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang