[46] TAMAT (?)

1.8K 55 3
                                    

"Apa? Kenapa? Siapa? Bagaimana?" Diana bergumam di sepanjang halaman rumahnya. "Jika semua masalah ini selesai dan Kira sudah kembali, ini artinya sudah benar-benar tidak ada lagi celah bagiku untuk masuk menjadi bagian dari kehidupan Rizky."

Isma —Mama Diana— merasa aneh melihat putrinya berjalan sempoyongan. "Di?" Sahutnya.

Diana berhenti dan duduk di bangku taman halaman rumahnya. Tidak menyahuti panggilan ibunya.

Kenapa dia melamun? Batin Isma. Dia pun menghampiri Diana.

"Di?" Sahutnya lagi.

Diana masih diam.

Isma menaikkan volume suaranya. "Diana!"

"Rizky!!!" Jawab Diana, kaget.

Isma heran, "Rizky? Bukankah itu tetangga kita? Suaminya Kira, kan?" Tanya Isma.

"Duh, Mama, bikin Di kaget saja. Iya, benar, Ma."

"Kamu sedang memikirkannya?"

"T-tidak.." Diana berusaha menutupi semuanya.

"Jangan bohong. Mama tahu ekspresi wajahmu itu. Untuk apa kau memikirkan suami orang?"

"T-tidak kok, Ma. Siapa juga yang memikirkan suami orang."

"Diana..."

Diana berdiri, "Mama salah paham, nih. Di gak mikirin siapa-siapa, apalagi Rizky."

Isma menarik tangannya, "Duduk. Kita harus bicara."

"Ck! Bicara apa lagi sih, Ma? Tidak ada yang perlu dibicarakan." Diana kesal.

"Lihatlah, lihat ini. Diana Cahyani sudah berubah, tidak seperti yang Mama kenal dulu. Beberapa hari ini Mama memperhatikan tingkahmu yang aneh. Kadang senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri, dan menari-nari bahagia sendiri. Kamu juga belakangan ini sering masak terlalu banyak. Untuk siapa?"

"Untuk tetangga sebelah, Ma. Mama tahu kan kalau Kira masuk rumah sakit? Jadi, tidak ada yang akan masak di rumah itu. Dan dengan hadirnya Di di sana, Di harap dapat membantu kesulitan mereka." Jelas Diana, santai. Mama tidak boleh tahu yang sebenarnya. Batinnya.

"Apa maksudnya 'hadirnya Di di sana'? Kamu tidak berpikiran untuk merebut hati orang tua Rizky dan menjadi orang ketiga, kan?" Isma mulai curiga.

DEG! "T-tidak. M-Mama ini kalau ngomong suka ngawur, deh.." Kata Diana, sembari menyelipkan senyum terpaksa di antara ucapannya.

Ada yang disembunyikan anak ini dariku. Batin Isma.

"Di, Mama ingat kamu pernah cerita ke Mama tentang laki-laki yang sangat kamu cintai..." (Lihat Penggalan "Chapter 14 - Rasa" di bawah ini)

" (Lihat Penggalan "Chapter 14 - Rasa" di bawah ini)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"... Jadi, Rizky orangnya?"

Diana diam.

"Di, Mama tahu, melupakan orang yang sangat kita cintai itu gak gampang. Sekalipun kamu sudah berusaha untuk melupakannya, semua hal tentang dia akan terus ada dalam ingatan."

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Where stories live. Discover now