[39] GUGAT

737 47 2
                                    

"Pa, Mama takut. Bagaimana jika ancaman Rizky benar?" Tanya Rani.

"Sudah, Mama tenang saja."

"Tapi, Pa... Apa kita tidak terlalu keras pada Rizky? Sampai kapan kita seperti ini? Mama khawatir dia akan stres jika terus kita tekan."

"Lalu, Mama maunya bagaimana?"

"Mama tidak tahu, Pa. Di satu sisi Mama memang tidak menyukai gadis itu, tapi di sisi lain Mama juga kasihan pada Rizky."

"Lebih baik kita tunggu sedikit lagi. Kita cari jalan keluar kalau situasinya sudah sedikit lebih baik."

Rani mengangguk.

TING NONG! Suara bel rumah mengejutkan mereka.

"Sepertinya ada tamu, Pa."

"Iya, ayo, Ma."

Rani dan Tyo menuju sumber suara.

"Halo.. Selamat pagi, Om, Tante.." Sapa Diana dengan senyum manisnya.

"Eh, Diana...." Balas Rani dengan bahagia. Begitu juga Tyo, "Ayo, masuk-masuk... Mari ngobrol-ngobrol..." Ajak Rani.

Mereka menuju ruang tamu, "Ada apa Diana pagi-pagi sudah datang ke mari?" Tanya Tyo.

"Oh, anu Om... Ini, saya bikinin sop iga untuk Om dan Tante. Kita kan harus bersikap baik pada tetangga."

"Ah, begitu, ya?" Rani membuka tutup box yang dibawa Diana, "Huuummm... Harum sekali. Sepertinya lezat nih, Pa." Kata Rani kepada Tyo.

"Iya, Tante.. Saya baru memasaknya dan segera ke sini agar tetap hangat saat dimakan."

"Waahh... Diana ini sudah cantik, pintar, jago masak pula. Beda ya sama gadis itu, Pa?" Puji Rani.

Gadis itu? Hmm... Sepertinya aku tahu siapa wanita yang disebut Tante Rani. Bagus... Masih berjalan mulus Diana... Gunakan taktik selanjutnya.

"Ah, Tante bisa saja. Ngomong-ngomong kok rumah kelihatan sepi, Tan?" (read: kok Rizky gak ada di rumah?)

"Iya, barusan Rizky ditelpon mertuanya, katanya Kira masuk rumah sakit." Jawab Rani.

"Merepotkan sekali, ya..." Tambah Tyo.

HAHA... "Tidak kok Om, Tan... Itukan memang tugas suami. Rizky itu perhatian sekali ya pada istrinya. Kira beruntung memiliki suami seperti Rizky."

"Ya, tentu saja. Setiap orang yang berhubungan dengan Keluarga Syarif pasti beruntung."

"Iya, Diana juga bisa, kok.."

"B-bisa? Maksudnya Om?"

Rani dan Tyo saling tatap. Rani beranjak dari sofanya dan duduk bersebelahan dengan Diana. "Begini Diana... Sebentar lagi Rizky dan istrinya akan bercerai. Memangnya kamu gak mau jadi pengganti istrinya yang dulu?"

Wah wah... Cepat sekali, Diana...

"Eh? Maksudnya, Tante dan Om mau menjodohkan saya dengan Rizky?" Diana 'berpura-pura' terkejut.

"Ya... Bisa dibilang seperti itu. Lagipula Om dan Tante lebih menyukai kamu daripada gadis itu. Yakan, Ma?"

"Benar, Pa. Diana ini adalah menantu idaman."

J-jadi, Tante Rani dan Om Tyo benar-benar akan memisahkan Rizky dan Kira? Kenapa bisa seperti ini? Dan kenapa harus Diana yang terlibat? Batin Haris yang bersembunyi di balik tembok, menguping pembicaraan mereka.

Diana menunduk, 'berpura-pura' malu, "S-saya sih mau-mau saja dengan Rizky, Tan... Saya juga sudah menyukainya sejak SMA dan sampai detik ini saya masih menyimpan perasaan yang sama untuk Rizky."

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang