[26] KONFLIK

3.5K 183 64
                                    

Cafe yang menjadi tempat biasa The Girls berkumpul menjadi saksi kegelisahan Caca.

"Gue ga habis pikir sama kakak gue. Ada yang salah dengan kepalanya, kepentok baja kali, ya." Katanya sembari berpangku tangan.

"Satria Baja Hitam ya Ca maksudnya? Itukan superhero." Tepis Pika.

Luna melirik tajam ke arah Pika, kemudian ia melanjutkan, "Dapat hidayah kali kakak lo. Dan lo harus bersyukur karena kakak lo berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lo gak mau berubah gitu? Hijrah juga? Pakai jilbab?" Tanya Luna yang menimpali dengan candaan.

"Diihhh!!! Panas tau. Nanti rontok pula rambut gue, kusam, lepek, ketombean... Ewwwhhhh."

Mereka semua tertawa kecuali Dara.

"Lo kenapa, Dar? Kok diam?" Tanya Caca. "Mikirin kakak gue lo, ya? Kenapa? Mau ikutan hijrah juga? Dapat hidayah juga? Waahhhh... Waahh... Gak sekalian aja lo gabung sama orang sok suci, si Kira."

"Apa sih, Ca. Siapa juga yang mikirin Ivan. Biasa aja kali... Gue lagi mikir... Hm... G-gue.. Gue lagi mikir gimana caranya biar IP gue tinggi semester ini. Udah semester tujuh loh girlssss... Kan bentar lagi wisuda. Masa lo semua gak mau lulus dengan nilai yang bagus, sih? Hehehe.." Dara membalas pertanyaan Caca dengan grogi sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Halaah. Udahlah, Dar. Sejak kapan lo peduli sama nilai? Gue sudah tahu kok kalau lo suka sama kakak gue. Santai, nanti gue bantu lo PDKT-an."

Serius?! Mata Dara berbinar mendengar pernyataan itu dari Caca. Ia hanya melempar senyum tipis.

***

Kamar yang beraplikasi putih cerah seolah tak berpenghuni. Rizky menatap istrinya yang masih belum sadar dengan perasaan cemas. Namun, di sisi lain ia bahagia karena Kira sedang mengandung anak mereka. Harapan yang begitu cepat Allah kabulkan.

"Mas..." Sahut Kira, lemas.

"Ya... Sayang... Mas di sini.. Hey... Alhamdulillah kamu sudah sadar." Balas Rizky dengan mencium kening dan tangan Kira. Terlihat air muka yang sangat khawatir di wajah Rizky, tapi ia sangat bahagia ketika istri tercintanya sudah sadar.

"Adek di mana, Mas?"

"Kamu ada di kamar kita, Sayang..."

"Rizky Junior baik-baik saja, 'kan?"

"Apa? Rizki Junior? Ppfttt..." Rizky menimpali pernyataan Kira dengan tertawa kecil. "Ada-ada saja kamu. Alhamdulillah baik-baik saja, Sayang. Kita harus jaga Rizki Junior sampai ia lahir dan ganteng sama seperti Mas."

"Ihhh... Secantik Adek dong, Mas.."

"Loh, namanya kan Rizki? Berati laki-laki dong?"

"Ihh.. Bukan, Mas.. Rizki itu singkatan dari nama kita berdua, Rizky dan Kira. Gituu.."

"Hahaha... Begitu toh..." Balas Rizky sambil mencubit hidung Kira. "Sebentar ya Sayang, Mas panggil Papa Mama dulu. Mau ngabarin keadaan kamu. Oiya, Mas sudah buatkan bubur nih. Tapi kalau kamu mau makan yang lain nanti Mas belikan."

"Gapapa, Mas. Adek makan bubur saja."

"Yasudah. Nanti Mas suapin. Tunggu ya Sayangkuuu..."

Kira hanya mengangguk dengan senyum kecil di bibirnya.

Aku bersyukur mempunyai suami seperti dia Ya Rabbi.. Jagalah dia dan jaga pernikahan kami.. Pintanya dalam doa.

"Pa, Ma, Kira sudah sadar." Sahut Rizky yang menghampiri mereka di ruang tamu.

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Where stories live. Discover now