[5] PRA NIKAH

6.7K 360 16
                                    

"Apa lo lihat-lihat?!" Pekik gadis itu menyadarkan Rizky dari lamunan.

Astaghfirullah... Ghadul bashar, Ky. Ia berkata pada dirinya sendiri dan kemudian menundukkan kepalanya

"Wah... Cepat sekali datangnya, Ustadz?" Laki-laki itu memeluk tubuh yang mulai meringkih di hadapannya

"Lebih cepat lebih baik, Pak." Balas Ustadz.

"Sudah. Ayo duduk. Makan semua hidangannya. Mari-mari... Jangan sungkan."

Mereka memakan hidangan yang sudah tersaji di atas meja.

Sesekali Gunawan bercengkrama tentang agama kepada Ustadz. Sementara Rizky, ia tak habis mencerna sosok wanita di hadapannya. Balutan pasmina pink dengan gamis merah marun membuat gadis itu terlihat cantik.
Penampilan yang berbeda dari biasanya membuat mata lelaki tak bisa berpaling. Belum lagi melihat tingkah Kira saat makan, dengan pipi yang penuh layaknya ikan buntal semakin membuat wajahnya lucu dan sedap dipandang. Tidak bisa dipungkiri, sesekali Rizky melihat gadis itu tanpa ia sadari.
Namun balasannya adalah mata membulat yang ditunjukkan Kira tanda tidak senang membuat Rizky menunduk grogi.

Ini kenapa sih jantungnya jadi deg-degan gini? Mana keringet dingin lagi.

Istighfar, Ky... Istighfar... Ghadul bashar... Awas dosa. Batinnya.

"Jadi, bagaimana Pak Gunawan? Bisa kita lanjutkan?" Tanya Ustadz memulai obrolan setelah mereka selesai makan.

"Monggo..." Gunawan diam sejenak memanggil Iyem. "...Sebentar, Tadz... Iyem!!! Iyem!!!"

"Ya, Tuan?"

"Tolong kamu bersihkan meja ini sekarang juga, ya."

Iyem hanya mengangguk.

Setelah selesai, mereka melanjutkan obrolan. "Nah, Kira... Dia calon suamimu." Kata laki-laki itu kepada putrinya sembari menunjuk pemuda di samping Ustadz. Sontak Kira yang sedari tadi menikmati jus jeruk tersedak oleh apa yang barusan dikatakan papanya.

"Uhuk!!! Apa?! D-Dia?! Pa, yang benar aja? Ra pikir Papa mau cariin calon suami yang cool, tajir, modis, eh... Ternyata yang seperti ini???"

Yang seperti ini? Sontak Rizky memerhatikan pakaiannya.

"...Selera Papa rendah banget, ya. Dia cuma penjual putu. Mau makan apa Ra nanti? Jangankan makan, beli cemilan aja dia gak sanggup. Ra gak mau ya kalau harus tinggal di rumah kontrakan." Jawabnya acuh sembari memalingkan muka dan melipat tangannya di dada.

"Kira! Jaga bicaramu. Maaf, Ustadz. Maafin anak saya."

"Ra popo, Pak. Saya serahkan semua pada Rizky. Bagaimana, Ky?"

Sebelumnya Rizky sudah menduga bahwa kalimat ini yang akan keluar dari mulut seorang gadis manja seperti Kira. Ia sudah menyiapkan benteng yang kuat untuk itu. Walaupun berjuta anak panah beracun ditembakkan kepadanya, ia takkan gentar. Benteng iman bisa ia andalkan.

"Bismillah. Lanjutkan saja, Tadz." Jawabnya dengan ikhlas dihiasi senyum tipis.

"Itu sih maunya dia. Ra gak mau. Titik." Pinta gadis itu kukuh.

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang